Saya mendapatkan tugas mengajar “in house training” di suatu Bank, tentang “Restrukturisasi dan penyelamatan kredit yang Efektif untuk meningkatkan Kinerja Bank“. Training ini dilakukan selama 3 (tiga) hari, merupakan refreshment, karena pada dasarnya peserta telah mendapat pembekalan tentang ilmu perkreditan serta rata-rata telah bekerja di Bank dan minimal menjadi Account Officer selama 3 (tiga) tahun. Oleh karena itu pelatihan di desain untuk dua hari kerja selama 14 sesi dan pada hari ketiga peserta diberikan pelatihan ” Manajemen Penagihan Hutang”, sehingga dalam rangka mengupayakan pengembalian piutang tetap mengikuti koridor yang diperkenankan secara hukum, namun juga hasilnya optimal, baik untuk kreditur maupun debitur. Dari hasil diskusi, disimpulkan bahwa lebih baik jika penyelesaian dilakukan secara damai, serta dapat dilakukan restrukturisasi, sehingga usaha debitur dapat berjalan kembali. Pelatihan ini juga menyertakan berbagai studi kasus, serta contoh-contoh yang terjadi di lapangan beserta cara penyelesaiannya.
Saya tak perlu menjelaskan bagaimana dan apa restrukturisasi yang dimaksud di atas, karena dalam beberapa tulisan saya telah ada postingan yang serupa. Disini saya ingin memotret apa dan bagaimana kondisi interaksi dan suasana pembelajaran. Kali ini pelatihan diselenggarakan di sebuah hotel, para peserta yang berasal dari berbagai wilayah juga tidur di hotel tersebut, sehingga dari sisi perusahaan, ini merupakan kesempatan antara para peserta untuk bisa sharing pengalaman di daerah nya masing-masing. Disadari, penempatan pekerja di berbagai daerah, akan memberikan pengalaman yang berbeda-beda, saat bisa ketemu seperti ini, dapat menjadi sebuah ajang diskusi yang menarik, karena mereka satu perusahaan sehingga diharapkan tak ada rasa ewuh pakewuh yang terjadi.
Dan karena cabang perusahaan berasal dari berbagai daerah, bahkan ada di daerah terpencil, yang memerlukan perjalanan melalui udara, darat dan laut, tentu saja ketemu dengan teman-teman satu perusahaan merupakan hal yang ditunggu-tunggu. Jadi, kali ini saya mendapat kelas yang super besar, terdiri dari lebih 45 orang…..bisa dibayangkan seperti apa. Tapi jangan dibayangkan hebohnya, justru kelas ini sangat tenang dan serius. Awal pembelajaran, yang disampaikan oleh pembicara pertama, suasana begitu sunyi senyap, sampai saya kawatir, apakah mereka tidak tertidur? Mungkin karena sesi awal ini merupakan wawasan dan strategi, dimana segala sesuatu atau bisnis yang dikerjakan oleh perusahaan harus sesuai dengan Visi/Misi perusahaan, bagaimana kemudian mengukur tingkat kesehatan perusahaan, langsung dilanjutkan membahas budaya perusahaan. Bagaimanapun baiknya sebuah sistem dan prosedur, namun budaya perusahaan mengikat lebih erat, karena masing-masing dalam lingkungan kerja akan berusaha dihargai, serta tidak terkena sanksi secara moral atau dikucilkan karena perilaku dan kinerjanya berbeda dengan budaya yang ada di perusahaan tsb.
Syukurlah, dengan berjalan nya waktu, suasana semakin cair, para peserta bebas diskusi, juga tak segan bertanya pada pembicara. Saya sendiri lebih memberikan pelatihan secara teknis atau aplikasi di lapangan, bagaimana Visi Misi perusahaan diterjemahkan dalam pekerjaan sehari-hari, sesuai dengan sistim prosedur yang ada, serta tunduk pada aturan yang diarahkan oleh Bank Indonesia (karena perusahaan ini adalah sebuah Bank), serta peraturan dan perundang-undang an yang berlaku. Pada dasarnya, pekerjaan kita harus didasarkan atas undang-undang, yang kemudian lebih diperjelas lagi oleh peraturan yang lebih detail, serta surat edaran dan atau sistem prosedur di perusahaan sendiri, disesuaikan dengan target segmen bisnis yang dilakukan perusahaan tersebut. Saya memberikan berbagai studi kasus untuk dibahas dalam diskusi kelompok, sharing pengalaman oleh sesama peserta. Pada hari ketiga dilakukan pelatihan cara melakukan negosiasi, serta bagaimana sebaiknya kita menghadapi klien yang mempunyai karakter berbeda-beda, apa yang harus dipersiapkan sebelum ketemu klien tersebut, dan sebagainya.
Pada akhirnya, dari hasil diskusi dan beberapa kali mengadakan in house training pada beberapa perusahaan, khususnya untuk bidang restrukturisasi, kesimpulan yang dapat diambil adalah: bahwa restrukturisasi berkaitan dengan restrukturisasi bisnis itu sendiri (tak bisa berdiri sendiri), sampai dengan penyelesaian kredit nya, serta hubungan Bank dengan nasabah. Dalam pelatihan selama 3 (tiga) hari, beberapa hal yang dapat dipetik adalah:
- Peserta aktif menyampaikan pengalaman, sharing, serta berbagai case di lapangan. Hasil diskusi semacam ini, antara lain dapat digunakan untuk memperbaiki dan me review Standard Operating Procedure (SOP), agar kebijakan dapat menyesuaikan dengan lingkungan bisnis yang terus berubah. Walau setiap perusahaan telah mempunyai SOP Perkreditan, yang merupakan penjabaran dari KUP (Kebijakan Umum Perkreditan) secara lebih detail bagaimana operasi perkreditan dijalankan, agar segala sesuatunya sesuai peraturan, serta masing-masing penanggung jawab melakukan tugasnya dengan baik, namun review minimal dua tahun sekali tetap diperlukan agar bisa mengatasi persaingan dan lingkungan bisnis yang terus berubah.
- Bagi tim pembicara, keaktifan peserta juga menjadi sarana untuk pengkayaan materi selanjutnya, karena bahan pelatihan harus terus disesuaikan dengan kondisi terkini.
- Ilmu dari restrukturisasi tidak hanya diperoleh dari pelatihan, interaksi peserta satu dan lainnya akan memperkaya di lapangan. Duduk bersama, melupakan pekerjaan sejenak, ditambah sharing dari pembicara, merupakan nilai tambah yang sangat bermanfaat.
- Restrukturisasi memerlukan timing yang tepat, sejak dari identifikasi masalah, identifikasi dalam menentukan alternatif penyelesaian, kemudian menentukan negosiasi yang tepat, serta bagaimana timing saat eksekusi, memerlukan pengalaman serta merupakan kunci sukses keberhasilan restrukturisasi.
- Waktu 3 (tiga) hari sangat bermanfaat untuk membahas berbagai hal. Berbagai macam fungsi pendukung, seperti notaris, akuntan, Pengadilan Negeri, KP2 LN, diperlukan kerjasama yang lebih intens, sehingga mereka juga memiliki sense of ownership yang sama dengan kita.
- Perlu list/random matters yang ditulis pada bagian depan file, sehingga jika ada yang berhalangan, bisa dikerjakan oleh alternate nya.
- Secara keseluruhan, restrukturisasi memerlukan kerjasama yang baik dengan debitur. Tanpa kerjasama dengan debitur, akan sulit dilakukan. Penyelesaian secara hukum sebaiknya dihindari semaksimal mungkin, legal case sangat melelahkan, time consuming costly, menyebabkan posisi yang sulit karena nasabah tak mau kerja sama. Oleh karena itu, sejak awal memerlukan analisis yang tepat.
Kami berharap, diskusi selama tiga hari ini akan memberikan manfaat yang optimal, tim pembicara mengharapkan para peserta masih dapat terus berhubungan, melalui email ataupun sarana lainnya, sehingga pelatihan ini benar-benar dapat memberikan nilai tambah. Dan kami berharap, “The Best Region Champion Bank” sebagaimana Visi/Misi perusahaan, dapat tercapai dalam waktu yang telah ditentukan.
sukses untuk program pelatihannya bu…ngomong2 saya bulan depan pindah jakarta bu…kita kopdar donk bu…
Makasih kang Boyin…oke, ntar kopdar kalau kang Boyin udah di Jakarta…kabari visa japri ya
bu, selagi in house training gitu, sering kedapetan peserta yang kepalanya terayun2 karena kantuk ga? Hehehe
soalnya saya dulu klo ada pelatihan gitu, suka ngantuk aja bawaannya, terlalu kenyang pas sarapan kali ya hihihi
Ngantuk? Itu biasa….
Muridnya boleh ngantuk…asal bukan pembicaranya yang ngantuk.
Justru karena itu, pembicara harus bisa membuat suasana agar tak ngantuk..dengan membuat lelucon, permainan, stusi kasus, dan lain-lain
..
saya pas dulu ya Bu..
bukan bidang saya nih..
gak ngerti blas… hehehe..
..
Nggak apa-apa Septa..prinsipnya, bahwa saat memberikan training, sebetulnya ilmu yang diperoleh oleh instruktur lebih banyak..kan muridnya banyak…hehehe
45 orang peserta dan pelatihan tetap bisa berjalan dengan kondusif? Salut, Bu.
Awal sesi memang serius karena merupakan wawasan dan strategi..kemudian praktek dilapangan….dengan membuat kelompok diskusi untuk membahas studi kasus. Hari ketiga benar-benar praktek…
Tetap kondusif…capeknya baru terasa saat kembali ke Jakarta…tiduuur terus…hehehe
Paling seru pada bagian sharing ya, Bu?
Biasanya pengalaman setiap tempat berbeda-beda karena karakter yang dihadapi juga berbeda-beda 🙂
Hehe… pembicaranya jangan ngantuk, kalo nggak, trainingnya ntar seperti di kuburan 😀
Iya…pas sharing memang lebih menarik….
Jadi instrukturnya mesti pandai menarik minat peserta agar mereka tak mengantuk…
Puteri Amirillis dan keluarga mengucapkan Selamat Menyambut Bulan Suci Ramadhan semoga kita diberi keberkahan di bulan ini.
Mohon maaf lahir batin atas segala salah dan khilaf saya selama ini. Salam saya…^^
Saya paling suka kalau sedang training di bagian diskusi bu..jadi ada dua arah pembicaraan. Kalau searah bikin ngantuk…paling suka juga kalau bahan yang di sajikan menarik dan tak terlalu banyak slide…apalagi kalau tulisan slide kecil-kecil,,mengantuk saya…salam saya bu enni…
Puteri,
Saya juga mohon maaf lahir batin..semoga amal ibadah kita saat bulan Puasa diterima oleh Allah swt. Amien.
Diskusi memang menyenangkan, selain tak ngantuk, bagi kedua belah pihak (peserta training maupun pembicara), sama-sama mendapatkan pengkayaan…
OOT nih Bu, tapi saya ngiri sama Boyin hahahaa… kalo saya nanti mudik ke Jakarta untuk liburan, kita ketemuan ya Bu 😉
Ya jelas…ayoo kapan…ajak Joice dan Odi ya.
Untuk DV pasti saya sempatkan kok waktunya.
Ini OOT juga Bu. Btw, saya di Jakarta lo Bu. Kapan kopdar nih? Hehehe. Jangan2 mesti nunggu bareng DV kopdarnya. 🙂
Iya nih Kris, kapan ya….
Biasanya kalau sama Yoga, saya cuma telpon2an..dia oke, saya oke…ketemu.
Kadang ya cuma mengobrol sambil makan..terus masing-masing pulang ke rumah.
Ayo Kris kapan…mumpung belum puasa…..japri ya (tapi makhir pekan ini saya ke Bandung….ada kondangan)