Menunggu buka puasa di Sevel

Cerita di blog ini, pada bulan puasa ini lebih banyak yang ringan, maklum setiap hari sudah lelah berkutat dengan jalanan yang macet di Jakarta, yang rasanya semakin bertambah parah. Minggu pertama bulan puasa kemacetan makin menggila, semua orang ingin segera sampai di rumah dan berbuka bersama keluarga.  Jadi, biasanya saya selalu membawa permen atau teh kotak,  untuk memudahkan membatalkan puasa jika terjebak kemacetan pada saat bedug tanda buka puasa berbunyi. Begitu  Azan Magrib, saya melihat, banyak pengendara meminggirkan kendaraannya (sepeda motor, mobil), agar bisa membatalkan puasa dengan minuman yang dibawanya. Jika kita perhatikan, di pinggir jalan berjejer penjual menawarkan berbagai makanan berbuka puasa, yang sangat berguna bagi pengendara yang lupa tak membawa makanan untuk membatalkan puasa. Jika kita melewati jalan tikus (bukan jalan utama), banyak anak muda membagikan tajil  kepada para sopir kendaraan umum, seperti taksi, bajaj, dan sebagainya.

Kehidupan di Ibukota, menuntut warganya tetap bekerja giat walau dalam kondisi berpuasa, dan masing-masing menyiasati dengan gaya berbeda. Teman saya selalu siap aqua di mobil, agar jika saat Azan Magrib masih di tengah jalan, bisa membatalkan puasa. Ada juga yang lebih suka meminggirkan kendaraan, atau mampir di cafe atau restoran, sekedar untuk mengganjal perut sebelum meneruskan perjalanan. Ini yang membuat jalanan lumayan lancar, setelah Azan Magrib, dan kemudian ramai lagi setelah orang selesai sholat Magrib.

Sore ini, saya dan Chris (staf marketing di kantor) berjanji akan membeli sesuatu di  ITC Fatmawati,  karena letaknya yang termasuk dekat dan se arah  dari tempat tinggalku. Pulang dari kantor jam 4 sore, jalanan di depan Gandaria City sudah macet total, kami akhirnya memutuskan  untuk naik bajaj, karena taksi sedang kosong dan kancil (kendaraan sejenis bajaj, namun lebih nyaman, karena goyangannya tak  sekencang bajaj) juga kosong. Disinilah masalahnya, jika sebelumnya saya cerita naik bajaj yang sopirnya ramah dan mengikuti aturan, pak sopir bajaj ini benar-benar ugal-ugalan…main potong jalan…bahkan setelah di blok A berani melawan arus. Saya sangat kawatir, berpegangan pada tangan nya Chris, namun untuk menegur lebih kawatir kalau sopirnya tambah ngawur. Syukurlah jalan yang dilanggarnya cuma sedikit, dan kami bergumul lagi dengan kemacetan sejak di ujung pasar blok A sampai depan ITC.

Karena Chris  sebelumnya sudah telpon-telpon an dengan pemilik toko, tak terjadi tawar menawar lagi yang alot, transaksi segera diselesaikan…. Selesai belanja, sudah menjelang berbuka puasa, tanggung jika melanjutkan perjalanan, apalagi saya lupa tak bawa minuman.  Saya dan Chris sepakat untuk menunggu buka puasa di Seven Eleven yang berlokasi di depan ITC Fatmawati. Kami dibantu mas yang jaga memilih makanan untuk berbuka, yang kemudian dihangatkan lagi.

Minuman gratis yang disediakan Sevel untuk buka puasa

Sevel juga menyediakan minuman untuk berbuka puasa, pilihannya bisa coklat susu atau capucino yang disajikan dalam berbagai gelas kecil. Untuk makanan saya memilih “Chicken Black Pepper” sedang Chris memilih “ Spicy Beef Burger“, dan teh panas manis. Sekaligus saya membeli kue untuk tambahan makan sahur, karena sering sekali pas sahur kurang selera, jadi suka diganjal lagi dengan roti. Saya membeli Cheese Pillow Bread, Choco Riffle Small dan Chiffon Cake Pandan…entah kenapa nama makanan di Sevel kok bahasa Inggris semua, atau karena nama tokonya Seven Eleven?

Kami menunggu buka puasa sambil mengobrol, tak lama kemudian terdengar azan Magrib, saya segera menyeruput coklat susu gratis dari Sevel, tak lupa berdoa dulu, berterimakasih telah selamat menjalankan puasa hari kelima tanpa halangan berarti.

Chicken Black Pepper dan Spicy Best Burger, masing-masing seharga Rp.22.000,-

Makanannya enak, dan sayangnya terlalu banyak untuk saya, walau makan pelan-pelan tetap tak habis juga. Sevel ini terletak dipojok jalan antara Haji Nawi dan Jalan Fatmawati, jalan yang tak pernah berhenti dilewati kendaraan bahkan pada saat malam hari. Saya melihat lokasi ini memang cocok untuk perhentian orang yang terjebak macet, singgah sebentar untuk berbuka puasa, dan segera melanjutkan perjalanan. Saya kemudian berpisah dengan Chris di depan Sevel, kebetulan ada taksi E yang lewat….dan tepat setelah buka puasa, jalanan lengang. “Iya bu, nanti begitu selesai Magrib, jalan rame dan macet lagi,” kata sopir taksi. Mungkin semua berhenti sejenak, mampir  atau berhenti dulu untuk sekadar membatalkan puasa, sebelum melanjutkan perjalanan. Sampai rumah jam 18.30 wib, dan saya masih sempat sholat Magrib di rumah….

Puasa hari kelima makin terasa nyaman, karena badan sudah terbiasa, dan juga tak terasa lapar atau haus….entah kenapa berbeda ya rasanya jika puasa bukan di bulan Ramadhan?

Iklan

18 pemikiran pada “Menunggu buka puasa di Sevel

  1. alhamdulillah, semoga kita tetap diberi kesehatan agar bisa menjalani shaum dengan kemudahan ya Bu 🙂

    wah, kalau begitu, lain kali kita pesan 1 saja untuk berdua ya Bu, hehehe …
    selama puasa belum ngerasain berbuka di luar rumah, sudah sutris duluan mbayangin macetnya sih 😀 apalagi berbuka di Sevel, kuatir ga kebagian tempat duduk hehehe … *gimana sih blom2 udah kuatir dan sutris duluan ya hiihihi*

    Kalau boleh memilih, saya lebih memilih buka di rumah….bulan Ramadhan kemacetan di Jakarta memang luar biasa

  2. selama masa puasa ini saya belum keluar rumah sama sekali. paling kalau keluar ya dekat2 sini saja. di depan terminal dan dekat pasar rawamangun ramai sekali, banyak penjual makanan dan orang buru2 ingin sampai rumah. saya belum pernah ke Sevel, tiap kali lewat Sevel di dekat Carolus biasanya ramai anak muda. mungkin para mahasiswa ya.

    semoga lancar ibadah puasanya ya bu. semoga sehat2 🙂

    Insya Allah, ibadah [uasa saya masih berjalan lancar, walau sempat flu dan sariawan
    Memang males keluar rumah kalau bulan Ramadhan seperti ini, macet sekali…..

  3. Waaahhh …
    saya belum pernah merasakan buka puasa atau pun makan di Seven Eleven …
    seringnya hanya mampir beli minuman kemasan … lalu langsung cabut lagi …
    sekali-sekali perlu di coba nih …
    sudah dua orang blogger membahas hal ini

    salam saya Bu EDRatna

    Perlu dicoba om…memang sih saya juga merasa tua sekali, lainnya anak muda…tapi kalau malu kan malah nggak buka puasa…hehehe

  4. Wah, selama ramadan bulan ini saya malah hanya buka di rumah saja bersama keluarga.

    Lho! Malah harus bersyukur..justru itu yang kita harapkan, bisa berbuka dan beribadah selama bulan Ramadhan bersama keluarga.

  5. Alhamdulillah, semoga selama ramadhan ini, kita semua diberikan kesehatan dan kekuatan agar bisa lebih berkah lagi semua ibadah kita ya Bu Enny 🙂

    enak juga ya di Sevel ini, ternyata mereka menyediakan minuman gratis utk membatalkan puasa 🙂
    baru tau lho aku ini Bu 🙂
    salam

    Iya bunda, sekaligus untuk ajang promosi saya kira.

  6. Alhamdulillah bisa berpuasa hingga hari ini ya, Bu… 🙂
    Setau saya di kota saya ada juga beberapa tempat yang menyediakan hidangan berbuka gratis (selain di masjid/mushola).

    Semoga kita selalu diberikan kemudahan dalam menjalankan ibadah puasa, Bu…. 🙂

    Menyediakan tajil ini juga bisa menjadi ajang promosi bagi tempat tersebut.

  7. Aaaaaaargh saya gak berani berbuka pake kopi atau minuman variannya… >.<' 😀

    Buka puasa minum kopi bisa merangsang asam lambung dan menyebabkan sakit maag…bagi yang tak kuat.

  8. Buset, harga makanan di Indo kok sekarang mahal-mahal betul tho Bu?
    Meski belum semahal sini, tapi harga 22 ribu itu kan tak terjangkau banyak kalangan ya…

    Btw, slamat menunaikan ibadah puasa, Bu!

    Memang Sevel ditujukan untuk kalangan menengah……
    Terimakasih Don..semoga puasa saya lancar.

  9. jakarta yang macet memang membutuhkan siasat kita ya bu untuk berbuka…sepertinya pilihan di sevel menarik jg bu,,,diberi susu gratis pula. menu bahasa inggris jadi seolah ini toko bule ya bu,,,berasa di luar negeri,,,^^
    salam saya bu..

    Hahaha…menu bahasa Inggris kan hanya untuk daya tarik, karena mereka tahu bangsa kita suka yang berbau luar negeri…hahaha

  10. hmm…, saya yang tinggal di Jogja ikut menyimak dengan senang hati; sungguh ini berguna kalau suatu saat pergi di Jakarta, hmm… senang membaca tulisan2 yang katanya ringan, namun menurut saya asyik ini.

    Silahkan mencoba jika ada kesempatan ke Jakarta…atau siapa tahu tak lama kemudian juga ada di Yogya, tinggal tunggu waktu aja.

  11. hem…sepertinya minumannya lumayan nikmat bunda 🙂

    Ramadhan memang beda bunda…meski kita tetap hrs beraktivitas seperti biasanya 🙂

    selamat menjalankan puasa bunda…semoga kita mendptkan berkah yang banyak di bulan ini ! Amien 🙂

    best regard,
    Bintang

    Makanan dan minumannya lumayan kok, mengenyangkan…
    Maklum bagi orang yang masih harus tetap kerja di bulan Ramadhan harus bisa memperhitungkan akan buka dimana jika terpaksa masih nyangkut diperjalanan padahal sudah waktu buka.

  12. Wah, saya jadi pingin merasakan Chicken Black Pepper dan Spicy Best Burger untuk berbuka puasa.

    Moga puasanya lancar ya?

    Dan memang enak pak…
    Ya..berharap puasa lancar sampai akhir….

  13. karena sekarnag aktifitas dirumah jadi gak pernah buka puasa diluar, beda dengan dulu waktu masih kerja dan kost setiap pulang kerja pasti mampir ditempat jualan makanan di PUSDAI dekat kosan sekedar untuk takjil…

    Saya dulu dari kecil sampai remaja buka puasa di rumah terus…setelah kost apaboleh buat, terpaksa makan diluar, masak sendiri terkadang tak sempat karena praktikum sampai sore.
    Setelah berkeluarga, karena bekerja dan jalanan macet, kadang saat berbuka masih dijalan…jadi ya harus bawa minuman, atau mampir lagi jika diperkirakan jarak masih lama.

  14. wah, dijakarta juga sudah menjamur seven eleven yah, bu:) selamat berpuasa, bu..

    Betul Fety…selamat berpuasa juga….ehh kalau hamil tak harus puasa kalau tak kuat.

  15. Wah, Bu. Ke SEVEL juga ya nongkrong.
    Menurutku makan di sana mungkin tak sesedap masakan nusantara ya, tapi tak apalah selama ada minuman hangat yg bisa mengademkan tubuh. 🙂

    Memang tujuan Sevel untuk anak muda..juga tempat persinggahan kaum pekerja yang terjebak macet, jadi jenis makanan disesuaikan dengan tujuan tersebut.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s