Setelah Lebaran, undangan mulai bertubi-tubi datang, dari undangan Halal Bil Halal (HBH), reuni sambil silaturahim, kondangan hajatan, maklum bulan Syawal dipercaya bulan yang penuh berkah untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan. Dan teman-teman dari A678, kali ini teman E678 ingin gabung, jadi disepakati kami akan mengadakan HBH sekaligus reuni di Bogor, maklum sebagian dari alumni AE678 bekerja di Bogor dan sekitarnya, sekaligus nostalgia. Alternatif nya, acara diadakan di Cafe Mahatani, yang merupakan kampus kenangan di Baranangsiang, atau di Cafe Gumati. Kalau boleh memilih sih, inginnya di Cafe Mahatani, tempat kami biasa duduk-duduk sambil menunggu kuliah selanjutnya, tempat awal kencan diam-diam dan kegiatan lainnya. Masalahnya, jika di Cafe Mahatani, harus ada tenda tambahan serta katering, dan mengingat kami semua makin bertambah usia, rasanya kok repot kalau masih harus capek mikirin tenda dan lainnya, akhirnya berdasar pemungutan suara on line (lewat milis, maksudnya), disepakati acara diadakan di Cafe Gumati pada tanggal 11 September 2011. Mengapa tanggal 11 September? Bukan apa-apa, awalnya acara HBH ini akan digelar di kebun durian milik Hoky, namun saat bulan Ramadhan Hoky kena serangan jantung dan harus dioperasi, sehingga acara reunian sambil makan durian batal (walau umur kami seharusnya tak boleh lagi makan durian lebih dari 2 pongge).

Saya mengajak si sulung untuk hadir di acara ini, saya sengaja pesan driver pocokan yaitu si mbak, agar hari Sabtu datang dari Bandung, untuk mengantar acara di hari Minggu. Jika tanpa si mbak, saya kawatir karena si sulung sering lembur, rata-rata pulang di atas jam 11 malam, jadi lebih aman ada sopir lain sebagai back up. Cafe Gumati yang dipilih terletak di daerah Batutulis, daerah yang indah dan dekat dengan lokasi istana Batutulis yang terkenal itu. Sayangnya, sepanjang tahun- tahun kuliah saya di Bogor, saya tak sempat masuk ke istana Batutulis, hanya sempat ke istana Bogor, itupun bersamaan ada acara kunjungan para penghuni asrama ITB, yang mengunjungi asrama putri IPB, yang salah satu acaranya mengunjungi istana Bogor dan Kebun Raya. Terbiasa melihat jalanan Jakarta yang macet, kami sengaja datang pagi-pagi agar tak kena macet di jalan, apalagi saya banyak lupa jalanan di Bogor. Dulu jika pergi ke daerah Batutulis adalah untuk renang (walau saya tak bisa renang sampai sekarang), dengan menggunakan bemo dari tempat kost ke arah pasar Bogor, kemudian dilanjutkan ke jalan Suryakencana, dan ganti bemo lagi dipertigaan ke arah Lawang Gintung.

Ternyata daerah Batutulis sudah sangat berubah, daerah yang dulu terlihat indah dengan jalan berkelok-kelok dan hijau sekarang telah penuh perumahan, serta macet. Urbanisasi rupanya juga mengalir deras ke arah Bogor, tak salah kalau dari hasil penelitian, tahun 2011 ini orang yang masuk Jakarta dari daerah lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya, karena orang dari daerah lebih banyak masuk ke daerah penyangga Jakarta, yaitu Tangerang, Bogor, Depok dan Bekasi. Rupanya saya rombongan pertama yang sampai di Cafe Gumati, karena merasa haus, kami memesan bandrek lengkap (bandrek, susu, dan irisan kelapa muda), serta pisang bakar. Tak lama kemudian dua teman dari Jakarta muncul, rupanya teman-teman dari Bogor malah datang belakangan, mungkin karena sudah bisa memperkirakan jarak dari rumahnya ke Cafe Gumati ini. Syukurlah, walau terlambat datang akhirnya Hoky didampingi putranya datang. Kami menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun, dan Hoky mengiris kue ultahnya yang sederhana. Betapa indahnya persahabatan, sampai si sulung cerita sama isterinya, dia sangat terkesan dengan keakraban teman-teman ibunya. Dia tak bisa membayangkan, kami mau menunggu kepulangan 90 menit lagi, karena ingin ketemu Hoky yang berulang tahun hari itu dan baru keluar dari rumah sakit. Hoky masih terlihat pucat, namun saya bangga dan terharu, Hoky berusaha datang untuk ketemu teman-temannya. Semoga sembuh seperti semula ya Hoky, dan jantungnya kembali sehat.

Apa yang paling menyenangkan saat ketemu teman-teman lama dalam lingkungan yang terbatas (3 angkatan) ini? Kami yang dulu sangat akrab, setelah ketemu kembali, waktu pertama-tama saat ketemu digunakan untuk menebak, siapakah yang datang tersebut. Betapa waktu telah mengubah wajah kami, maupun penampilan kami, semua terlihat lebih berbobot (berat badannya tambah), rambut memutih, namun begitu terlibat dalam percakapan semua seperti kembali ke masa silam seolah waktu tak pernah berjalan. Setiap kali ada yang datang, kami sibuk menerka. Suatu saat saya nyeletuk..”Siapa ya dia, kok wajahnya familier?” Rupanya dari Fak Kehutanan (E7), dan teman yang lain menjawab…”Jelas familier, kan dia dulu langganan ketangkep sama pak Andi.” Kami semua tertawa, anak sulungku bingung, oleh teman disebelahku dijelaskan bahwa pak Andi( alm Prof.Dr. Andi Hakim Nasution) merupakan dosen legendaris. Beliau orangnya rapih, jadi jika ada mahasiswa berambut goondrong akan dikejar, dan setelah tertangkap akan diajak ke tukang cukur yang berada di belakang perpustakaan Fak Pertanian, beliau akan menunggu sampai mahasiswa tadi selesai dicukur rambutnya, dengan biaya dari kantong beliau. Pak Andi alm juga tak suka jika melihat mahasiswa memakai baju yang tidak dimasukkan. Di satu sisi beliau orang yang sangat perhatian, terutama pada mahasiswa yang kurang beruntung ekonominya, beliau akan mencarikan pekerjaan paruh waktu atau beasiswa, agar mahasiswa tadi tetap dapat melanjutkan kuliah.
Cafe Gumati terletak di ketinggian dengan pemandangan yang indah, dan latar belakang Gunung Salak dibelakangnya. Sayang gunung Salak tak terlihat jelas, entah karena cuaca yang panas menyengat, atau karena polusi? Ternyata fenomena tahun 1970 an, kalau gunung Salak tertutup kabut, kota Bogor akan hujan, sekarang tak berlaku lagi. Saat itu, fenomena ini sangat membantu saya, mendekati akhir 70an saya melakukan penelitian di daerah Dermaga, Bogor. Jika sedang memupuk, atau melakukan pencatatan (tinggi batang, lebar daun, presentase sinar matahari yang sampai ke tanaman yang lebih rendah),….saya melakukan penelitian pada tanaman tumpangsari, saya harus memperhatikan gunung Salak di kejauhan. Jika kabut mulai hampir menutupi gunung Salak, saya harus mempercepat pengukuran, karena jika gunung telah tertutup maka akan turun hujan, dan jika sudah turun hujan bisa berjam-jam, yang akan berakibat pada hasil pengukuran. Sayang, perubahan iklim, bangunan yang makin rapat, membuat fenomena ini tak berlaku lagi. Seperti daerah Batutulis, saya teringat betapa indahnya daerah ini saat-saat kami melewati daerah ini saat melakukan praktek usaha tani, jalan yang meliuk-liuk, lereng terjal, hijau sejauh mata memandang…sekarang sudah menjadi hutan beton, semua berubah, sebagaimana halnya kami semua juga berubah.
Sepertinya kok saya pernah ke Cafe Gumati ya? Tapi sekitar 3th lalu. Musti coba lagi nih kayaknya.
Senang ya bu, di saat-saat begini, bertemu dengan teman lama. Saya juga posting hari ini ttg reuni hehehee
Kafe ini memang memorable banget pemandangan yang disuguhkannya… sudah lebih dari 3 tahun lalu terakhir kesana.. mudah2an perubahan alam sekitarnya tidaklah menghilangkan khas alami lingkungan yang dulu dibanggakan dan dicari oleh pengunjung…
Mudah2an bisa kembali mudik dan posting cerita terbaru ttg Kafe Gumati ya… seneng udah bisa mampir kesini.. salam hangat dari Iraq.. ya, Iraq yang masih meledak-ledak itu…
selalu menyenangkan halal bihalal dengan teman kuliah. tapi entah kenapa, angkatan kami selalu lebih suka bikin acara sendiri daripada gabung dengan angkatan lain 😀
jangankan si sulung yang menyaksikan langsung. saya yang cuma baca aja salut deh ama ibu dan temen2nya yang masih akrab begini… hebat!! bisa ngumpulin begitu banyak orang untuk reunian itu kan bukan hal yang gampang… 🙂
btw cafe gumati nya keliatannya bagus ya…
salam kenal
Wah, kalau seperti itu ya mending rambut sengaja digondrongin saja, Bu. Biar nanti dibayarin sama Prof Andi di tukang cukur. 😛
Pernah sekali melintas di depan istana batutulis. Kondisi istananya pun sepertinya kurang terawat, Bu.
Yang jelas memang selalu menyenangkan bertemu kembali dengan kawan lama dalam suasana ceria semacam itu. 😀
Pemandangannya bagus sekali, Bu! Saya suka, kesannya damai betul!
Waktu pertama baca judul postingan kupikir Ibu mau bicara soal unsur kimia abisnya namanya singkatan plus angka-angka gitu taunya halal-bihalal 🙂
Ibu tau nggak, nenek saya yang udah berumur 81 taon hingga sekarang masih rutin reunian dengan teman SMP nya! Mengagumkan meski kalau denger ceritanya tentang semakin sedikit peserta reuni karena sudah banyak yang meninggal, agak nyesek dengernya 🙂
Buu….saya terkenang-kenang lagi dengan kota hujan yg penuh kenangan itu selama membaca tulisan ini… 🙂
Tapi..saya dulu juga belum pernah ke istana batutulis bu.. 😦
ah…moga2 saya berkesempatan ke cafe ini (dan cafe mahatani juga) ah…
cerita ttg pak dosen andi itu kok mengharukan ya? tampaknya beliau dosen yg tegas tetapi perhatian ya. kalau sekarang, masih adakah dosen yg spt itu?
Itu ceritanya pangling ya Bu. Ketemu teman lama yang udah bertahun-tahun nggak bertemu, ya pasti harus nebak-nebak dulu, ini siapa, itu siapa.
Nggak kebayang gimana ramenya ketemu banyak teman begitu.
Saya telat HBH nya bu, baru diadakan hari jum’at kemaren.
salut untuk ke akraban yang tetap terjaga Bu,
waktu merubah pisik tetapi tidak kenangan indah ya Bu,
saya sudah mulai susah untuk mengumpulkan teman2.
waktu telah mengubah wajah
tapi, kebersamaan semoga tetap terjaga
waaahh keren buk, masih bisa reunian bareng teman2 kuliah dulu.. kalo dhe kemaren baru sebatas teman SMA, yang teman SD dan SMP belum pernah sama sekali..
wah asyiknya bu bertemu teman lama, tentu sangat menyenangkan. apalagi tempatnya di dekat kampus ya. kenangannya akan lebih terasa ya bu. si mbak itu emang suoir atau supir2an bu? semoga pak hoki lekas kembali sehat kembali.amin
bagus Bu cafe-nya sebelah mana ya?
oya Bu.. Istana Batutulis itu bisa terbuka untuk umum ya? #barutau
Subhanallah… masih tetap terjalin silaturrahim meskipun teman yang sudah lama banget 😀
Alhamdulillah masih diberikan umur panjang sehingga masih bisa reunian 😀
Rencana untuk ketemuan dengan beberapa teman sekolah lebaran kemarin gagal total. Banyak yang bentrok jadwal dengan keluarga masing-masing. Ada satu teman SMP yang secara surprice datang ke rumah, tapi saya justru sedang jalan-jalan bareng Sabila ( niat mau kasih kejutan malah jadi terkejut sendiri. Maaf sahabatku…).
Jadi teringat kalau saya dan teman2 juga belum sempat ber HBH ….
Kenangan-kenangan manis selalu menyeruak kalau sudah berkumpul dengan teman2 ya Bu.
Jadi kangen juga dengan teman2 kuliah….
Reuni memang selalu membawa cerita sendiri ya bun 🙂
Aplagi pas tebak2an hehe
Btw aku cuma sekali makan di Gumati bun, ndak cocok sambalnya hehe
Padahal pemandangannya bagus ya