Awalnya saya berharap, saya mendapat keleluasaan untuk berlibur setelah perjalanan ibadah Haji yang cukup melelahkan bagi orang seusia saya. Namun kenyataan berbicara lain, belum sampai seminggu saya tiba di Jakarta, saya harus menjadi pembicara di BusinessFirst. Tak salah juga, karena ini merupakan tugas yang tertunda, jadi walau batuknya belum reda, saya mengajar….risikonya sering diseling dengan minum air putih. Akhir Nopember ini, saya kembali bertugas ke luar pulau. Namun tulisan ini tak menceritakan tentang tugas tersebut, tapi bagaimana saya dan teman berusaha menikmati perjalanan dan kuliner di sepanjang perjalanan ini.
Pesawat Garuda yang membawa kami sampai Balikpapan sekitar jam 12.30 wita, setelah ketemu pak sopir yang menjemput, teman saya bertanya, enaknya makan dimana, karena perjalanan ke Samarinda akan ditempuh sekitar 2,5 jam perjalanan. Pak sopir mengatakan, sebaiknya makan di perjalanan, dan saya sudah membayangkan akan berhenti di RM Tahu Sumedang yang letaknya nyaris di tengah perjalanan antara Balikpapan dan Samarinda. Perjalanan tak bisa terlalu lancar, karena baru dua hari sebelumnya jembatan Kutai Kartanegara (Kukar) yang melintasi sungai Mahakam, di kota Tenggarong runtuh. Saya belum sempat ke kota Tenggarong ini, walau sudah beberapa kali ke Samarinda. Jadi, banyak pejabat datang ke daerah Tenggarong, dan jalan satu-satunya adalah melalui Balikpapan, kemudian ke Samarinda, baru ke Tenggarong.
Melewati RM Sumedang, pak sopir jalan terus, saya tanyakan, katanya nanti saja. Padahal kami memikirkan apa pak sopir tak lapar, karena saya dan teman, sudah sempat mengganjal perut di pesawat. Memasuki km.20 ke arah Samarinda, pak sopir membelokkan mobilnya ke halaman sebuah rumah makan, yang secara sepintas membuat hati agak keder juga. Rumah makannya sederhana, jauh lebih kecil di banding RM Tahu Sumedang yang banyak di parkir mobil-mobil pengunjung. Saya dan teman saling melirik, tapi tak berani mengucapkan kata-kata. Memasuki rumah makan “Amado” ini, kami langsung menanyakan letak musholla, agar bisa sholat lebih dahulu karena sudah jam 14.35 wita. Musholla nya sangat sederhana tapi bersih, dan air mengalir lancar.

Kami memesan makanan, saya memesan soto banjar dengan ketupat yang dipisahkan, kedua teman saya dan pak sopir pesan ayam goreng. Minumnya, saya dan teman pesan es kopyor dengan gula aren, sedang teman yang lain serta pak sopir pesan teh panas manis. Sambil menunggu makanan, kami makan keripik singkong yang lezat. Pelayan memberikan dua piring berisi irisan buah segar. Ha! Rupanya di sini buah-buah an disajikan sebagai makanan pembuka, bukan makanan penutup.

Es kopyor tak lama kemudian datang ….. begitu minum ….. saya benar-benar kaget, rasanya sungguh nikmat. Kopyornya asli, tanpa diberi apa-apa, hanya ditambah gula aren. Tak lama kemudian datang soto Banjar…… hhhmm benar-benar nikmat. Kami saling mencicipi masakan teman yang lain …… rasa ayam goreng nya sungguh enak, apalagi rasa sambalnya, rasa pedas, dan manisnya sungguh tepat.
Di restoran ini (yang ternyata nanti juga kami temui di restoran lain), ternyata jika kita pesan ayam bakar atau ayam goreng, sudah termasuk dengan tambahan sup ayam. Kami cukup lama berhenti di restoran “Amado” ini, ternyata restoran ini memang terkenal, tak lama setelah kami masuk, banyak mobil berdatangan. Dan jika beruntung, di restoran ini kami bisa menemukan sate payau (sate rusa) …… sayang kami tahunya belakangan, setelah perut kenyang.

Kami memasuki Swiss Bell Hotel Borneo sudah mendekati jam 4 (empat) sore, kami mengucapkan terimakasih pada pak sopir yang telah menjemput dan mengantar kami sampai ke hotel, pak sopir berjanji akan menjemput lagi besok pagi. Malam ini kami berencana makan ikan, karena masakan ikan di Kaltim ini sungguh nikmat karena ikannya segar. Untuk makan malam, kami memesan taksi dari hotel, biayanya Rp.60.000,- (enampuluh ribu rupiah) tiap jam, minimal harus dipakai untuk dua jam. Tujuan kami adalah restoran Akmal, yang pernah saya ceritakan di tulisan saya sebelumnya.

Di Akmal, kami memesan sup Palimara (sup ikan Patin), ikan bakar, serta oseng-oseng kangkung. Benar-benar nikmat, terutama sup Palimara nya, menurut teman dari Bank Kaltim, sebenarnya Palimara ini asal usulnya masakan Makassar. Di Samarinda ini banyak percampuran berbagai suku, juga banyak orang Bugis di Samarinda, mungkin ini yang membuat ada berbagai masakan khas Makassar yang akhirnya diadaptasi dengan masakan Kaltim. Di sini, yang khas adalah sajian pisang yang kecil-kecil, mirip dengan pisang mas di pulau Jawa. Menurut penjelasan teman dari Kaltim, pisang ini bagus dimakan oleh perempuan yang habis melahirkan (sayang saya lupa nama pisangnya) karena berfungsi untuk mengeringkan luka.
Kami makan di restoran yang tak terlalu ramai, mungkin juga karena harganya yang cukup mahal, namun saya lihat di beberapa meja yang tak banyak terisi, pengunjung membawa laptop dan membuka-buka kertas, serta diskusi. Kamipun melakukan hal yang sama, membahas rencana pertemuan besok pagi. Setelah kenyang, tetap tak bisa menghabiskan semua makanan, kami pulang, sebelumnya kami minta diantar untuk memutari kota Samarinda, melihat keindahan kota Samarinda di waktu malam.

Paginya kami makan di restoran Swiss Bell Hotel Borneo, saya memulai dengan makanan pembuka yaitu bubur ayam. Tentu saja, tak hanya bubur ayam, karena kalau sarapan bubur ayam, tak akan tahan sampai siang, jadi perlu ada menu tambahan, seperti roti satu tangkap, susu kopi, juice dan lain-lainnya. Pokoknya kalau sarapan harus banyak, agar kuat menghadapi hari yang cukup melelahkan. Siangnya, sehabis presentasi, saya dan teman diajak makan di Akmal (kembali ke Akmal) yang memang terletak di depan Kantor Pusat BPD Kaltim. Kembali menikmati menu Palimara yang sungguh lezat, ikan bakar, juga udang (yang tak berani saya ambil, takut kolesterol meningkat).

Sorenya kami kembali ke Balikpapan, untuk menginap di hotel Novotel, agar besok pagi tak terburu-buru dan masih bisa menikmati kota Balikpapan. Malam itu kami hanya memesan makanan untuk diantar ke kamar, karena badan terasa capek.
Pagi hari, makan pagi kembali ke menu bubur ayam, dan bubur ayam di Novotel ini enak sekali, juga variasi makanan lain. Betul-betul kami menikmati makan pagi dengan pilihan menu yang beragam, yang semuanya enak. Pak sopir menjemput kami jam 9 pagi, tujuan kami seperti biasa, jalan-jalan ke Kebun Sayur. Saya semakin mengenal Kebun Sayur, sehingga lebih mudah memilih berbagai pernak-pernik seperti: gelang, kalung, bros, serta kain khas Kalimantan Timur.
Tak terasa hari makin siang, pak sopir menanyakan jam berapa pesawat kami, dan segera menelpon teman nya agar bisa di check in kan lebih dahulu, agar kami sempat makan siang. Saat makan siang di restoran Akmal bersama teman dari BPD Kaltim, Pemimpin Cabang Utama BPD Kaltim mengatakan, kalau ada ikan bakar yang rasanya sungguh lezat, letaknya dibelakang Kantor Pos Klandasan…namun kami harus rela antri dan berkeringat. Rupanya pak sopir belum pernah diajak ke tempat makan disini, jadi kami menyusuri jalanan di belakang kantor pos, mencari warung yang orangnya berjubel….dan entah kenapa tak satupun terlihat orang berjubel, apalagi berkeringat, karena saat itu cuaca mendung.

Tak lama kemudian pak sopir membelokkan mobilnya memasuki restoran yang cukup besar, dan bilang kalau kantor nya sering pesan makanan dari restoran “Bojolali” ini. Kami menurut, turun dari mobil, memasuki restoran tersebut. Saat kami pesan ikan, si mbak pelayannya menjawab kalau ikannya belum dibakar. Kami bengong, kok aneh, ternyata kemudian saat saya memasuki dapur restoran ini (rupanya restoran ini cukup dikenal karena pernah masuk artikel di Tribune Kaltim), bahwa yang terkenal di restoran ini ayam bakarnya, yang sebelum dimasak digebuk dulu, diberi bumbu, didiamkan, baru dibakar.
Di pembakaran saya melihat tukang masak sedang membakar puluhan ekor ayam, dan di meja terlihat banyak dos-dos, yang saya perhitungkan lebih dari 30 dos, sedang dipersiapkan untuk memenuhi pesanan pelanggan. Akhirnya kami memesan ayam bakar, lengkap dengan supnya, pepes ikan patin, sambal dan lalapan. Rupanya teman saya sungguh terpesona dengan es kopyor gula aren yang diminum saat di Amado Restoran, tiap masuk ke restoran yang ditanyakan adalah, apakah ada menu es kopyor gula aren. Tak salah kami memilih ayam bakar, rasanya sungguh “mak nyuus”….juga pepes ikan patin nya. Rupanya nama restoran ini bukan Boyolali, seperti perkiraan semula, tetapi “Bojolali”, yang maksudnya karena rasanya yang lezat jadi lupa sama isteri/suami (bojo, dalam bahasa Jawa berarti pasangan hidup, atau suami/isteri). Setelah selesai dan membayar, ternyata pemiliknya bukan orang Jawa, tapi lahir dan besar di Balikpapan.
Setelah kenyang, kami hanya membayar Rp.105.000,- (seratus lima ribu rupiah) untuk makan empat orang. Pak sopir melanjutkan perjalanan, di ujung jalan sebelum membelok ke kanan, kami terperangah…. ada warung sederhana, penuh orang dengan asap bakaran yang membubung dan aromanya sedaap. Kami langsung teriak… “Oooo ini …warung yang dimaksudkan oleh Pemimpin Cabang Utama Bank Kaltim.” Pak sopir langsung mengatakan, “Mohon maaf bu, soalnya kalau yang seperti ini, saya tak tega membawa ibu ke sini, nanti dimarahi atasan“. Hahaha…jadi pak sopir nggak tega, padahal kami semua rela berkeringat, demi ikan bakar yang rasanya mak nyuus. Jadi kami berpesan…lain kali ya pak, kalau sempat ke Balikpapan lagi, jangan lupa antar kami makan di sini. Pak sopir cuma tersenyum, selanjutnya kami segera menuju bandara Sepinggan, di luar pintu masuk telah menunggu teman yang telah nge check in kan tiket kami bertiga. Kami menyerahkan KTP, kopor yang akan masuk bagasi, kemudian kami menunggu di lounge, serta bergantian sholat di musholla. Pesawat Garuda take off sesuai jadual, dan kami sampai bandara Soetta jam 15.00 wib. Badan yang terasa lelah, membuat tak selera apa-apa, tapi tetap harus makan, dan setelah membersihkan badan, saya harus segera tidur, karena besok ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.
Acaranya padat sekali ya, Bu 🙂
Hmm… Kata teman saya, sepertinya harga sovenir di kebun sayur lebih murah dibanding yang di Citra niaga ya, Bu? Saya sih belum pernah membandingkan 😀
Rumah makan Akmal? Wah, memang eksklusif sepertinya 😀
Acaranya memang padat….
Harga di pasar Kebun Sayur dan Citra Niaga relatif kok, asal pintar menawar. Kemarin tak sempat ke Citra Niaga, sampai Samarinda sudah sore, malamnya pengin makan ikan…terus besoknya selesai meeting langsung ke Balikpapan.
bu enny hebat deh, setelah perjalanan haji yang panjang masih dilanjutkan menunaikan tugas ke luar jawa. semoga kesehatan bu enny selalu terjaga ya.
bu, makanannya tampaknya enak-enak ya? jadi pengen haha. penasaran dengan sup patinnya itu lo. kayaknya segar.
Itu tugas yang telah dirancang sejak Juli 2011, dan mundur terus….
Makanannya memang enak, dan sup patinnya…mak nyuuus
ya ampun bu… sampe laper saya ngeliatnyaaaaa… 😛
btw itu foto yang sarapan di novotel, harusnya ditaruhnya rada bawah bu, karena disitu ceritanya kan masih sarapan di swiss bell hotel di samarinda. belum ke balikpapan. hehehe protes aja ya saya… 😛
Hehehe…sebetulnya ada foto bubur ayam Swiss Bel Hotel Borneo, tapi kok kebanyakan foto, jadi saya delete.
Belum sempat memperbaiki…..ntar deh kapan-kapan.
Bu, kayaknya ini jalan2 deh ketimbang kerja. Perjalanan dan tulisan menarik nih bu, serasa ikut menikmati adventure lidahnya. Salam kenal ya Bu
Begitu ya? Jalan-jalannya kan sambil kerja, ceritanya kan ke Samarinda, jadi mesti melalui jalan darat yang cukup lama, dan tentu saja mampir makan.
Dan besoknya juga begitu, sambil ke Bandara, mampir dulu di pasar, terus makan siang, maklum makan di pesawat kadang kurang cocok.
Salam kenal juga, makasih telah mampir.
Buhuhu… Saya belum pernah menginjakkan kaki di bumi Kalimantan, Bu. 😦
Mudah2an suatu ketika Farijs bisa sampai ke Kalimantan..sungguh indah daerahnya.
Perjalanan 2 malam yang melelahkan sekaligus mengasyikkan. Sukses selalu buat Ibu.
Lelahnya seimbang dengan mengasyikkannya.
Selalu tersedia sisi menarik di sebelah sisi tugas ya bu En. Lho belanja sovenir di kebun sayur, unik ya namanya. Kaltim cantik ya bu, sy baru sampai kalbar, smoga suatu saat nanti. Salam
Iya..saat masih aktif kerja dulu nggak sempat jalan-jalan…jadi setelah pensiun dan kerja part time, selalu menyediakan waktu untuk menikmati keindahan, walau sambil kerja juga.
saya kaget,
ibu kok sudah tugas lagi, biasanya yang pulang haji itu istirahatnya agak lama, karena batuk2nya itu berat
berarti kondisi ibu prima banget ya, rajin olahraga ya bu?
makanan nya itu menggugah selera banget lho bu, serasa ikut jalan2
Batuk-batuk nya masih ada, namun komitmen kan harus dijalani mbak…risiko pekerjaan.
Doain sehat-sehat aja ya.
saya belum pernah ke balikpapan, tp konnon itu ktnya kota terkaya di kalimantan ya bu?
Kalau soal terkaya, saya tak tahu….tapi kotanya indah, tertata…maklum banyak perusahaan minyak di sana.
Makanannya pun enak-enak.
ternyata saya tidak sendirian yang kaget tau ibu udah bertugas lagi
kirain masih leyeh2 di rumah karena kelelahan abis berhaji
semoga ibu selalu sehat yaaa
dan satu lagi, setiap kuliner selalu ada buryam, klop banget sama saya yang kapanpun disodori buryam ga bakalan nolak hehehe
ckckck 105rb u/ 4 orang? murah banget!!! jangan2 harga seekor ayam cuma 10rb di situ ya bu hehehe
Kalau cuma menuruti kata hati, penginnya libur minimal dua minggu, tapi banyak kerjaan yang memang ditunda setelah Haji. Disamping itu, entah kenapa kok banyak tawaran, juga undangan pada akhir tahun ini. Alhamdulillah sehat, walau kadang masih batuk-batuk kalau kelelahan.
duh jadi lapar nih bu membacanya, kapan kapan saya akan ke balikpapan ah…heee…
Hehehe..kalau masih muda, di sana ada kepiting kenari yang terkenal lezat.
suka banget sama makanan yang seperti di dalam gambar…
jadi laper
salah banget mampir ke sini siang-siang
eh salam kenal ya mbak 🙂
Salam kenal juga, makasih telah berkunjung.
Sudah lama nggak ke sini … rupanya masih hobby nguliner saja ya Bu …
Salam
Hehehe…selalu, di kala ada kesempatan
senang sekali membaca tulisan perjalanan ibu hari ini suamiku sedang tugas ke balik papan .jadi pengen nyusul
Syukurlah jika tulisan ini bermanfaat.
Kelihatannya menyenangkan ya Bu.
Melihat kuah soto saya agak takut…. soalnya hasil GCU kolesterol mulai naik…
Rasanya memang enak….
Sebenarnya jika bepergian ke Kaltim, masakan ikannya sangat enak karena ikannya segar.
Restoran Amado tidak hanya ada di ruas samarinda-balikpapan lho bu. Di kota Samarinda pun ada, yaitu terletak di jalan Diponegoro. Kedua-dua tempat tersebut pernah saya kunjungi. Memang terkenal dengan soto banjarnya.
Trus suvenir yang ada dikebun sayur balikpapan itu juga pernah saya sambangi. Murah2 jika dibandingkan dengan suvenir yg ada di citra niaga samarinda
Wahh info menarik….jadi bisa juga makan di restoran Amado Samarinda.
Dan sepertinya memang souvenir di Kebun Sayur lebih bervariasi jenisnya ya…
ibu ini menjadi inspirasi saya kalo ke kaltim, semoga bisa juga mencicipi semuanya…
kemarin saya sempat akan ke kaltim, tapi gagal krn beralih tugas ke papua. salam bu.
Semoga suatu ketika Puteri sampai ke kaltim
Waah bagus juga infonya nich…
kebetulan saya bulan depan ada tugas ke balikpapan rencananya
mau jalan-jalan juga ke samarinda
maklum saya lagi ingin menginjakan kaki di 33 Provinsi
untuk sementar sudah 21 Provinsi 🙂
Semoga postingan ini memang bermanfaat
Ping-balik: Wisata Kuliner, jalan-jalan ke Pasar Segiri dan Pasar Pagi, di Samarinda «