Mina
Kami sampai di Mina menjelang Dhuhur, jalanan penuh orang. Banyak jemaah Haji berjalan kaki sepanjang jalan, membawa koper yang diseret, bahkan ada yang membawa anak kecil. Hati ini terasa lebih ringan, dan bersyukur, betapa nikmatnya kami masih bisa naik bis ber AC. Mendekati Mina, semakin banyak jemaah memenuhi jalanan, ada yang tiduran di bawah jembatan, mereka adalah para jemaah non kuota, yang tidak memesan tenda. Jemaah dari Indonesia sangat teratur, sejak awal, semua jemaah, baik reguler maupun plus, semua dipersyaratkan mendaftar melalui Kementerian agama, telah memesan tenda dan makanan yang diselenggarakan oleh Maktab, bekerjasama dengan Maktab Indonesia.

Terasa sekali panas menyengat di Mina, tenda kami kebetulan lumayan juga jaraknya dari kamar mandi, di satu sisi ini menguntungkan karena tak ada bau yang kurang sedap. Tenda rombongan kami agak di atas, yaitu Maktab 115, dekat dengan jalan, risikonya sering sekali mendengar bunyi ban kendaraan berdecit dan sirene meraung-raung, mungkin ambulan yang membawa orang sakit.

Di tenda, untuk laki-laki dan perempuan tidurnya terpisah, dibatasi oleh kain, yang sebetulnya masih terlihat, jadi kami benar-benar harus menjaga aurat, apalagi masih berpakaian ihram.

Saya ke kamar kecil…aduhh antriannya panjang sekali, masing-masing kamar mandi rata-rata 10-20 orang. Saya mulai ikut dalam antrian, kemudian setelah selesai segera berwudhu……disini topi lebar atau payung sangat diperlukan. Minuman berlimpah, baik minuman dingin maupun panas. Begitu juga saat waktu makan, makanan berlimpah, termasuk buah-buah an, namun jangan ditanya rasanya. Disini kita tak perlu memikirkan rasanya, karena saat makan harus pakai otak.
Selesai sholat Magrib diadakan tausiah. Pembimbing mengingatkan bahwa dalam ibadah Haji, banyak hal yang bisa terjadi. Jadi kami semua selalu diingatkan agar ikhlas, sabar, memohon pada Allah swt agar semua dilancarkan. Intinya, Allah tidak menyukai orang yang sombong, sehingga kita harus rendah hati. Jika mendapat kesulitan, merenung, apa hikmah dibalik kesulitan tersebut. Jalannya dengan berzikir, berdoa, memohon kemudahan pada Allah swt. Tujuan dari Haji adalah memohon ridho Allah swt.
Dibahas juga kemungkinan saat thawaf Ifadha dilantai 2 atau 3, karena peluang saling menyikut lebih kecil. Dokter Arto menjelaskan, yang harus diperhitungkan bukan hanya jarak tempuh, namun saat berdesakan dibutuhkan energi yang besar, sehingga diperlukan kondisi kesehatan yang baik.
Jemaah disarankan agar segera istirahat setelah makan malam, nanti akan dibangunkan jam 1 malam, karena jam 2 malam berangkat ke Padang Arafah untuk melaksanakan wukuf. Pada kenyataannya tak mudah untuk tidur, jam 11.30 saya ke kamar mandi, ternyata antrian sudah panjang sekali. Semua orang kelihatannya ingin mempersiapkan diri lebih baik, waktu yang ada digunakan untuk zikir, membaca Al Quran, berdoa, dan hanya tidur sebentar setiap malamnya.
Padang Arafah untuk Wukuf

Jam 2.oo dinihari waktu Mina, rombongan berangkat menuju Arafah menggunakan bis. Perjalanan lumayan lancar, walau beberapa kali tersendat. Sebelum Subuh, bis yang saya tumpangi memasuki Arafah. Kami segera ke kamar kecil…dan antri lagi, untuk menunaikan kebutuhan, mengambil air wudhu dan kemudian sholat Subuh berjamaah. Entah kenapa rombongan lain ternyata malah baru datang siang, bahkan ada satu rombongan yang sholat Subuh nya di Mina.


Dipercaya bahwa di Arafah adalah tempat bertemunya Adam dan Hawa. Arafah bisa berarti pula Taufan, banyak anginnya. Disini disarankan banyak merenung, mengenali diri sendiri. Arti wukuf sebetulnya adalah berhenti sejenak, merenung, bertafakur, mohon ampun, dan berdoa sebanyak-banyaknya.
Apa doa yang disarankan di Arafah?
- Doa kepada Allah swt, bertobat, memohon ampunan atas segala dosa yang pernah kita lakukan.
- Bersyukur kepada Allah swt atas semua karunia yang telah diberikan
- Mendoakan kedua orang tua, memohon ampunan bagi beliau yang telah tiada, serta mohon diringankan siksa kuburnya, dan diberi tempat yang layak di sorga.
- Mendoakan anak-anak kita, saudara/saudara ipar, menantu dan cucu
- Mendoakan diri kita sendiri
- Mendoakan teman-teman yang telah menitip doa pada kita
- Mendoakan kaum muslimin, serta negara kita.
Waktu sebelum wukuf digunakan untuk istirahat, karena doa paling mustajab adalah saat wukuf yaitu sejak Dhuhur sampai Magrib. Menunggu waktu wukuf lumayan lama, kami sempat berfoto di tenda, rasanya menyenangkan, entah kenapa lelah dan panas tak terasa. Makanan juga berlimpah, bahkan sesama jemaah saling menolong. Walaupun antri setiap kali ke kamar kecil atau mengambil air wudhu, tapi suasananya sangat menyenangkan. Bahkan kebersamaan di tenda ini semakin menguatkan pertemanan sesama jemaah.

Saat saya keluar tenda, banyak juga saya melihat para bapak yang menggelar karpet atau tikar di luar tenda, rupanya angin dari pohon Soekarno (dinamakan demikian karena dulu mendapat hadiah dari bung Karno) bertiup sepoi-sepoi membuat suasana di luar lebih menyegarkan.
Saat terdengar azan untuk sholat Dhuhur, kami semua berdiri untuk memulai sholat sunnah 2 rakaat, yang kemudian dilanjutkan dengan sholat Dhuhur berjamaah. Selanjutnya dilakukan pengajian, dengan membaca Al Quran, ceramah, suasana dikondisikan dalam suasana merenung dan kembali pada Tuhan. Dalam pakaian ihram, diibaratkan kita berserah diri kepada Allah swt, siap jika sewaktu-waktu dipanggil. Tak ada lagi yang berjalan-jalan di luar, semua jemaah masuk ke tenda, mendengarkan ceramah, kemudian berzikir. Masing-masing pasangan mengambil tempat untuk memulai berdoa, mendoakan anak-anak, memohon ampunan, memohon kebaikan dalam sisa umur yang masih ada, juga mendoakan saudara dan teman yang menitip doa. Sungguh suasana yang syahdu, walau sebenarnya diluar panas menyengat, namun tak terasa.
Di padang Arafah ini, kami merasa kecil, hanya manusia biasa, dan hanya Allah swt yang memberikan kita karunia, sungguh saya bersyukur mendapat ijin Nya untuk sampai ke sini. Semoga doa yang kami panjatkan dikabulkan oleh Allah swt. Menjelang Magrib, doa-doa yang dipanjatkan makin khusuk, saat saya pergi ke toilet, saya melihat dimana-mana orang berdoa, ada yang sendirian, berpasangan, ada yang duduk di bawah pohon, bergandengan tangan. Ya Allah, Subhanallah, semua berdoa untukmu….sungguh pemandangan yang tak mungkin terlupakan seumur hidup saya.
(bersambung…)
bu, emangnya makanannya rasanya gimana bu? gak enak gitu?
makanannya makanan indo atau makanan arab bu?
Kalau masakan saat masih di hotel Hilton di Makkah, Movenpick di Madinah dan Inter Continental di Jeddah masih enak…dan memang sudah di pesan untuk masakan Indonesia, dan di Jeddah masakan internasional.
Tapi saat sudah mulai Rukun Haji, kami tidur di tenda-tenda…sebetulnya yang masak (koki) juga orang dari Indonesia. Tapi entah kenapa, atau karena orangnya sangat banyak, makanan kurang rasa….tapi tetap harus dimakan. Kalau buah-buah an, minuman jus dalam bentuk botol, air mineral berlimpah. Dan sebetulnya nggak kurang akal, kami juga makan pop mie made in Indomie, namun sudah dibuat di Saudie Arabia, rasanya masih enak Indomie asli Indonesia…hahaha
sEMOGA SEGERA saya bisa ke sana .
Amien
Catatan perjalanan yg dalam Bu..Serasa ikut lebur ke dalamnya. Semoga gak lama lagi saya bisa mengikuti jejak ibu. Amin..Bu ini bukan perjalanan haji dari ONH Plus kan? Soalnya tidak sebegitu horor yg diceritakan bapak saya waktu beliau ke sana. 🙂
Saya ikut yang plus mbak, maklum usia tidak muda lagi dan tahun ini suami dua kali masuk RS…..jadi memilih yang tak terlalu lama di perjalanan (saya ikut program 19 hari). Tapi kata teman yang pernah ikut reguler, kemudian membandingkan dengan plus, sebetulnya jika usia masih muda, reguler lebih menarik, karena waktu longgar dan sempat menjelajah kota Makkah dan Madinah. Yang lebih penting adalah kesiapan kita saat mau naik Haji, benar-benar harus sehat, program apapun yang harus diikuti.
Ini ada blog teman, yang baru pulang Haji tahun ini dengan program reguler, dia menceritakan di blognya.
Benar-benar diperlukan fisik yang kuat ya, Bu, untuk mengikuti semua ibadah.
Ceritanya lengkap, jadi bisa membayangkan bagaimana perjalanan naik haji itu. Semoga saya segera bisa mengikuti jejak Bu Enny.
Memang perlu fisik yang kuat, walaupun sebenarnya bisa menggunakan kursi roda.
Karena ibadah haji adalah ibadah yang banyak pergerakannya, berpindah-pindah tempat. Semoga Indah bisa segera mendapat kesemptan ke sana ya.
Subhanallah…
Berarti pemerintah kita lebih memfasilitasi muslim yang akan mejalankan ibadah haji ya, Bu…
Kata teman saya yang naik haji dengan haji plus, tenda mereka saat di Mina di’serbu’ oleh jamaah reguler. Mungkin karena nyari2 makanan yang enak ya, Bu… 🙂
Sebenarnya, baik pemerintah Indonesia maupun pemerintah Arab Saudia berusaha terus memperbaiki pelayanan (ini menurut Ustad yang membimbing kami). Namun pertambahan jumlah orang yang ingin naik Haji, diperkirakan tahun 2011 ini ada sekitar Rp. 4 juta orang (kuota), tentu masih banyak yang belum puas.
Kebetulan makanan di tenda kami melimpah, bahkan banyak jemaah yang tersesat diberi makan dan minum dulu, sebelum diantar ke maktabnya oleh Muntowif. Saya merasakan kebersamaan dan saling tolong menolong antara sesama jemaah, sehingga semua terasa lancar, tak merasa capek..dan Alhamdulillah sehat.
yah…memang soal makanan itu ya bu yg sering jd kendala…di arafah saya jg mesti maksa2in makan krn tkt sakit bila tak makan…jadi sebelum makan ya mensugesti diri : semua makanan enak! haha…
Hehehe iya..makanan berlimpah, tapi jangan tanya rasanya…
Saya akhirnya mengandalkan roti tawar…minimal rasanya mirip, walau kok “agak keras” ya.
semoga saya dimudahkan kesana dalam usia muda aamiinn. salam kenal bu ..
Semoga dikabulkan oleh Allah swt doanya. Salam kenal, terimakasih telah berkunjung ke blog ini.
Sepertinya kita ini seangkatan 😁
Sepertinya iya….mungkin malah satu kelompok.