Perjalanan ibadah Haji sungguh merupakan perjalanan yang sulit untuk dilupakan. Saya sepakat dengan tulisannya Ustad Budi, dalam bukunya “Belajar Bahagia”, bahwa perjalanan Haji adalah sebuah ikhtiar menemukan kebahagiaan yang hakiki dalam penyerahan diri yang total kepada Allah. Belum pernah saya merasakan hati yang begitu tenteram dan damai, ibadah yang khusuk, membuat saya bisa memahami mengapa orang yang pernah berkunjung ke Tanah Suci Makkah untuk beribadah, selalu ingin kembali ke sana. Namun perjalanan ini tak sekedar perjalanan rochani, namun memerlukan fisik yang prima karena perpindahan dari satu tempat ke tempat lain terjadi terus menerus, tanpa memandang waktu, juga cuaca.
Oleh karena itu disarankan, agar bagi yang mampu, dapat menyegerakan keinginan untuk perjalanan ibadah haji ini. Saya mengakui, pada usia seperti saya, sungguh banyak hal yang harus dipikirkan, agar saya dapat melaksanakan ibadah yang wajib dengan sempurna, serta terpaksa banyak meninggalkan ibadah sunnah yang sebetulnya sangat bagus untuk dilaksanakan. Namun, hal tersebut terpaksa saya lakukan, karena keterbatasan kemampuan fisik, sehingga saya dan suami memfokuskan pada ibadah yang wajib.
Dari serial tulisan saya tentang perjalanan ibadah Haji, ini sebetulnya lebih untuk mengingatkan pada diri sendiri, serta ditujukan untuk mendorong anak-anakku agar bisa segera menjalankan kewajibannya bila telah mampu. Saya mengakui, bagi orang yang awam seperti saya, saat sudah berniat akan menunaikan ibadah Haji, mencari info tentang apa saja yang harus dilakukan, barang yang harus di bawa, pengalaman di sana seperti apa, bukan hal yang mudah. Mengikuti manasik sangat menolong, tapi belum menjawab semua pertanyaan, karena banyak pertanyaan yang bersifat pribadi, yang sungguh sulit terucap untuk ditanyakan. Tulisan ini sekaligus mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditanya kan langsung kepada saya, baik melalui telepon atau email, dan semoga tulisan ini bermanfaat.
1.Pengertian Haji dan Umrah
Haji adalah berkunjung ke Tanah Suci Makkah untuk beribadah, dengan melakukan beberapa amalan, antara lain: thawaf, Sai, Wukuf dan amalan-amalan lainnya di masa tertentu, demi memenuhi panggilan Allah swt dan mengharapkan ridha Nya. Sedangkan umrah adalah berkunjung ke Baitullah untuk beribadah, dengan melaksanakan thawaf, Sai dan Tahallul demi mengharapkan ridha Allah swt.
Perbedaan Haji dan Umrah:
- HAJI dilakukan hanya pada bulan Haji (Dzulhijah), mulai tanggal 8 hingga 13 Dzulhijah, sedangkan UMRAH dapat dilakukan setiap saat.
- HAJI dilakukan tidak hanya di Makkah, tetapi juga di Arafah, Mina dan Muzdalifah. Sedangkan UMRAh hanya dilakukan di Masjidil Haram untuk melaksanakan thawaf, Sai dan Tahallul.
- HAJI dilakukan satu paket dengan UMRAH, sedangkan Umrah dapat dilakukan berdiri sendiri. Rukun Haji adalah: Ihram, Wukuf di Arafah, Thawaf Ifadhah, Sai, Tahallul. Sedangkan Rukun Umrah adalah: Ihram, thawaf, Sai, Tahallul.
2. Persiapkan mental
Persiapan mental ini sangat perlu, bahkan sejak di tanah air. Saya akui, cobaan dan godaan saat menjalankan haji sungguh hebat, jadi kita benar-benar harus ikhlas, sabar, mudah memaafkan, serta hanya mengharap ridha Allah semata. Untuk membuat hati lebih tenang, agar kita benar-benar khusuk menjalankan ibadah Haji, maka kita harus mempersiapkan diri kita, baik fisik maupun batin, antara lain:a) menjaga kesehatan dengan makan makanan bergizi, serta menjaga kebugaran. b) menyelesaikan urusan pribadi di dunia, seperti: urusan dinas, hutang piutang, sosial kemasyarakatan, menyiapkan bekal untuk keluarga yang ditinggalkan. Setelah berpakaian ihram (hanya 2 lembar kain putih tanpa dijahit, untuk laki-laki), sebetulnya mengibaratkan kita telah siap jika sewaktu-waktu dipanggil oleh Tuhan. Oleh karena itu, sebelum berangkat dari tanah air, dianjurkan shalat sunnah 2 rakaat, berdoa untuk keselamatan diri dan keluarga yang ditinggalkan.
3. Barang-barang yang dibawa
a. Jumlah pakaian.
Barang apa saja yang dibawa, sebetulnya tergantung dari masing-masing. Namun saya merasakan kesulitan, barang apa saja yang dibawa, karena setiap orang yang ditanya, jawabannya berbeda-beda. Bagi orang dari Asia Tenggara, pada umumnya memakai pakaian ihram (yang dilakukan saat mau menunaikan rukun Umrah dan Rukun Haji) berwarna putih, walaupun sebetulnya tidak wajib berwarna putih. Untuk hari lainnya, bisa bebas menggunakan pakaian warna apapun, sepanjang menutup aurat. Jumlah pakaian yang dibawa disesuaikan dengan program yang kita ambil (ada yang 2 minggu, 3 minggu, 26 hari, atau bahkan 40 hari), yang harus dipertimbangkan apakah kita mempunyai kesempatan mencuci pakaian. Saat masih di Makkah dan Madinah, ada kesempatan mencuci pakaian, bisa menggunakan laundry (menggunakan jasa laundry yang dikerjakan oleh WNI, yang jauh lebih murah dibanding laundry hotel). Saat di apartemen transit (Aziziah), selain waktunya sempit, kamar untuk laki-laki dan perempuan terpisah, jadi kemungkinan untuk mencuci baju sangat kecil. Dan saat mulai menunaikan Rukun wajib Haji, sekitar 4-5 hari, kita tak punya kesempatan untuk mencuci baju, karena acara sangat padat, tidur ramai-ramai di tenda, bahkan ke kamar mandi juga harus antri.
Teman-teman yang berbadan tinggi, bisa dengan mudah membeli tambahan baju jika terasa kurang di Makkah, karena menurut teman-teman harganya jauh lebih murah dibanding di Indonesia. Namun bagi yang berbadan kecil seperti saya, sulit mencari baju yang cocok, sehingga kalaupun beli baju, baru bisa dipakai di tanah air, setelah dimodifikasi.
b. Sepatu, sandal, dan barang-barang lain.
Saya terlalu berlebihan membawa barang, karena selain sepatu yang saya pakai, saya membawa 2 sepatu untuk berjaga-jaga jika ada kemungkinan sepatu rusak atau hilang, juga ada 2 sandal. Sebaiknya membawa sepatu yang enak, yang nyaman dipakai, karena kita akan banyak berjalan kaki. Sesuai saran teman, saya memakai sepatu merk C***k (bukan iklan ya), yang bisa dipakai kemana saja, bahkan untuk mandi karena mudah kering.
c. Obat-obatan
Ini benar-benar harus dipersiapkan dengan teliti, karena banyak sekali obat sehari-hari yang sulit di cari di tanah Suci. Kalaupun ada, belinya harus jumlah lebih besar, jadi sebaiknya kita membawa obat-obatan yang memang perlu untuk persediaan kita. Dan karena capek, biasanya penyakit yang biasa mendatangi kita, akan muncul, jadi bersiap lebih baik.
4. Jika kita menemani orang tua beribadah
Kondisi kesehatan setiap orang di tanah Suci sangat beragam. Ada yang ditanah air sehat, di Tanah Suci sakit, begitu pula sebaliknya. Sebaiknya, jika menemani orangtua ber haji, yang menemani adalah yang jenis kelaminnya sama, ini untuk memudahkan perawatan jika orangtua jatuh sakit, karena setelah di apartemen transit (Azizizah/Shisa), kemudian mulai berihram untuk menunaikan ibadah Haji sampai selesai, kita tinggal di tenda-tenda yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Saat ibadah Haji, suami sempat sakit, walaupun tidak parah, namun jadi merepotkan orang lain. Setelah suami agak kuat, saya memberikan obat tetes mata dan obat lain nya di luar tenda, karena suami telah bisa berjalan ke luar tenda.
Ada teman yang menemani ibunya, syukurlah teman ini perempuan, sehingga bisa menunggu ibu, sambil tetap beribadah. Kami semua memang bergotong royong membantu teman yang sakit, namun bagi si sakit, tetap lebih nyaman jika yang menunggu orang dekat yang telah dikenalnya.
4. Mengelola batin dan fisik selama menunaikan ibadah Haji
Menunaikan ibadah Haji, sebagian besar adalah ibadah fisik, yang memerlukan pergerakan dan ketepatan waktu, karena pada saat yang sama, semua orang bergerak, mengingat waktu untuk menunaikan ibadah Haji sangat terbatas. Oleh karena itu, diperlukan kesabaran, kerjasama antar kelompok, serta tolong menolong, agar pergerakan tidak terganggu. Pada musim Haji tahun 2011 ini, diperkirakan ada 4 juta orang yang menunaikan ibadah Haji.
Kita sendiri harus selalu berpikiran positif, selalu melantunkan zikir dan doa, agar semua dilancarkan oleh Allah swt. Banyak kejadian aneh, maupun hal-hal yang tak terduga, namun jika kita berpikir positif dan selalu berdoa mohon kelancaran, maka Insya Allah akan dimudahkan. Syukurlah rombongan kami sangat kompak, saling tolong menolong, sehingga tak mendapat kesulitan yang berarti. Setiap kali memulai sesuatu, berdoa dulu, dan meningkatkan kesabaran. Hanya dengan sabar, dan ikhlas, semua menjadi lebih mudah, bahkan berjalan kaki berkilo-kilo meter tak terasa lelah, karena berombongan bersama-sama dengan teman-teman yang baik.
5. Penutup
Pada akhirnya, yang paling utama dalam menjalankan ibadah Haji adalah meningkatkan kesabaran, keihlasan, saling tolong menolong..sungguh semua menjadi lebih mudah. Tulisan ini merupakan tulisan terakhir dari pengalaman saya menunaikan ibadah Haji, semoga bermanfaat bagi teman-teman semua. Teman-teman juga bisa membuka blognya pak Harry Sufehmi, yang juga menulis serial tentang perjalanan ibadah hajinya di Hajj, the Pilgrimage.
Sumber bacaan:
- Tuntunan Praktis Manasik Haji dan Umrah. Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Jakarta, Juni 2011.
- Panduan Ringkas Ibadah Umrah dan Haji. Tim Pembimbing Khalifah Tour. PT Citraceria Usaha Khalifah. Bandung: 1432 H-2011 M
- Pengalaman penulis dalam melaksanakan ibadah Haji
Tulisan terkait:
- https://edratna.wordpress.com/2011/07/28/persiapan-1-sabaar-sabaar/
- https://edratna.wordpress.com/2011/10/19/ngulon/
- https://edratna.wordpress.com/2011/11/26/perjalanan-menuju-titik-nol/
- https://edratna.wordpress.com/2011/11/27/1-manasik/
- https://edratna.wordpress.com/2011/12/01/2-persiapan-keberangkatan-jamaah-calon-haji/
- https://edratna.wordpress.com/2011/12/04/3-menunaikan-rukun-haji-a-jeddah-makkah/
- https://edratna.wordpress.com/2011/12/08/3-menunaikan-rukun-hajib-madinah/
- https://edratna.wordpress.com/2011/12/11/3-menunaikan-rukun-hajic-aziziah/
- https://edratna.wordpress.com/2011/12/14/3-menunaikan-rukun-hajid-mina-padang-arafah/
- https://edratna.wordpress.com/2011/12/17/3-menunaikan-rukun-hajie-muzdalifah-masjidil-haram-thawaf-ifadha/
- https://edratna.wordpress.com/2011/12/20/3-menunaikan-rukun-hajif-melempar-jumroh-di-mina/
- https://edratna.wordpress.com/2011/12/22/3-menunaikan-rukun-hajig-thawaf-wada-jeddah-dan-kembali-ke-jakarta/
suka sama tulisan ini mbak, semoga saya bisa kesana juga. salam kenal ya mbak
Semoga harapannya dikabulkan oleh Allah swt.
Salam kenal juga, makasih telah berkunjung.
Penjelasannya lengkap sekali bu … pasti akan menjadi informasi yang lengkap dan baik bagi pembacanya …
terimakasih.
Sama-sama mas
Wah dapet juga artikel lengkap tentang haji. Biar saya belum kerja saya juga kepengin banget berhaji kebaitulloh Mba…
Thanks udah share pengalaman yang sangat mahal dan berharga ini…
Salam kenal..
Salam kenal, makasih telah berkunjung.
Salut utk ibu yg sudah merangkum dengan sangat baik pengalaman berhaji ini…dan berdasarkan pengalaman saya sendiri, membaca / mengetahui info haji berdasarkan pengalaman pribadi ini juga sangat membantu dalam persiapan sebelum keberangkatan…minimal ngayem-ayemi dengan memberi gambaran terlebih dahulu, hehe…
Tujuannya memang itu Mechta, karena saya dulu betul2 tak punya gambaran, dan tiap kali bertanya pada orang yang pernah ke sana, jawabannya berbeda-beda.
Mudahan bisa segera menyusul…. 😀
Amien
kalau orang sakit parah & tidak mengerjakan salah satu rukun hajinya, bagaimana hajinya sah apa tidak?…