Saat anak pertamaku masuk TK umurnya 4 (empat) tahun, si bungsu sekolah TK sejak berumur 2,5 tahun. Ternyata telah berlalu 23,5 tahun sejak si bungsu pertama kali masuk TK, dan sekarangpun masih terus sekolah. Jadi, kapan ya berhenti sekolahnya? Zaman saya dulu, namanya sekolah Froebel, letaknya di dekat kantor polisi di kota kami. Saya masih ingat, jika jam istirahat, ibu guru akan bertanya, “siapa yang mau ke kamar kecil?” Kami yang ingin ke kamar kecil, dikumpulkan, dipisahkan antara yang perempuan dan laki-laki, dan diantar ibu guru sampai ke dalam kamar kecil. Dulu, kamar kecil biasanya menjadi satu kesatuan dengan kamar mandi, yang luas sekali, sehingga muat untuk 5 (lima) anak sekolah Froebel untuk buang air kecil dipandu ibu guru. Dan tugas ibu guru pula untuk membersihkannya. Sepulang sekolah, karena sekolah Froebel letaknya jauh dari rumah, sering kaki-kaki kecil saya tak cukup kuat untuk berjalan sampai rumah, jadi biasanya langsung digendong memakai kain panjang oleh simbok dan tertidur, bangun-bangun sudah di atas kasur. Sekolah Froebel ini awalnya dikenalkan oleh Friederich Wilhelm August Fröbel, yang lahir di Jerman, merupakan salah satu tokoh pendidikan, yang karya dan pemikirannya masih dijadikan acuan bagi dunia pendidikan modern hingga saat ini (Wikipedia).
Bulan: Februari 2012
Perubahan Gaya Hidup dalam lingkungan kita pada sebuah buku
Perubahan gaya hidup masyarakat kita merupakan analisis yang tak henti dilakukan oleh para Analis, baik dari bidang marketing, budaya, serta berbagai pihak lainnya yang berkepentingan. Bagi seorang Analis, perilaku konsumen dan perubahan gaya hidup merupakan salah satu kajian dari analisisnya, karena hal itu akan mempengaruhi kemampuan daya beli masyarakat, atau jika orang tersebut mengambil pinjaman, akan mempengaruhi kemampuan pengembalian pinjamannya (repayment capacity nya).
Lanjutkan membaca “Perubahan Gaya Hidup dalam lingkungan kita pada sebuah buku”
Solitaire dan sendiri
Membaca blognya teman disini dan disini, yang mengajak untuk berbagi cerita bagaimana kita menghabiskan waktu sendirian, saya mencoba untuk ikut meramaikan. Saya tak pernah ikutan berbagai kontes yang diadakan oleh teman-teman blogger, maklum masih merasa, menulis di blog sendiripun susah sekali untuk disiplin, walau target saya tak tinggi-tinggi, minimal satu kali dalam satu minggu. Memang kadang jika lagi jenuh (aneh ya, jenuh jadi rajin menulis?), malahan “agak aktif”, bisa seminggu dua kali menulis di blog. Saya tak pernah bermain kartu atau game. Mengapa? Saya sendiri tak tahu, hanya dulunya ayah saya kawatir, karena bermain kartu saat itu konotasi nya bisa digunakan sebagai judi. Pendapat yang aneh, dan hal ini sempat membuatku kesulitan saat saya belajar Statistik, karena contoh yang diberikan oleh dosen, yang berasal dari Sumatra Utara, selalu mengambil contoh kartu remi. Lha saya sendiri tak pernah bermain remi, pengalaman ini membuatku tak membuat banyak batasan pada anak-anak, yang penting adalah memahami risiko nya, dan menjaga agar anak-anak tak berjalan di luar jalur.
Mencoba “Bagel” di Angel-in-us Coffee
Saya beberapa kali melewati cafe ini, sejak dibuka pertama kali bersamaan dengan pembukaan Lotte Mart di jalan Fatmawati. Karena ada tulisan Coffee, dan saya sudah menghindari kopi sejak bertahun lalu, maka saya mengabaikan cafe ini. Sampai suatu hari, setelah membayar tagihan kartu kredit melalui Bank, saya bersama menantu dan cucu pergi ke Lotte Mart, yang dituju bukan Lotte Mart nya karena saya malas antri panjang saat membayar apalagi membawa bayi, tapi mau lihat-lihat vest untuk si sulung di Calisto.
Menjaga Keseimbangan
Komentar Anderson pada tulisan saya sebelumnya, tentang Reuni Keluarga, sangat bagus dan membuatku ingin menulis tentang bagaimana kita menjaga keseimbangan dalam kehidupan kita. Komentar Anderson, secara garis besar (telah saya edit, yang asli pada komentar di tulisan saya), sebagai berikut: “Saya percaya hidup itu akan menemukan keseimbangan. Saya dan 3 orang kakak dan adik adalah 4 bersaudara yang memiliki hubungan sangat dekat dan akur. Ketika 3 diantaranya menikah (termasuk saya), mulai lah kami menyesuaikan dengan kehidupan baru dan jadi agak jarang bertemu satu sama lain. Namun saya percaya, hidup akan menemukan keseimbangannya, dimana hubungan keluarga-keluarga baru ini mulai berjalan mapan sementara sesama saudara tidak merasa terabaikan. Semoga…”
Yang lucu-lucu dari sebuah perjalanan
Pada setiap perjalanan, kita sering menemukan hal aneh maupun lucu. Kadang menggelikan kalau kita tak terlalu lelah, namun juga menyebalkan, terutama kalau kondisi kita lelah, stres, sehingga mudah menjadi tersinggung. Namun karena perjalanan kali ini beserta teman, apalagi didampingi putrinya, yang kebetulan berlibur, maka perjalanan menjadi lebih menyenangkan, banyak sendau gurau, bahkan hal kecilpun sering menjadi bahan tertawaan.
Sepeda motor vs Bajaj
Hari-hari ini bagi yang tinggal di Jakarta, makin terasa macetnya. Jika sepuluh tahun yang lalu jarak tempuh masih bisa dicapai dalam waktu 10 menit, sekarang sudah bersyukur jika pada jarak yang sama, bisa dicapai dalam waktu setengah jam sampai dengan satu jam. Kadang melintasi jalan Fatmawati saja membutuhkan waktu lebih dari satu jam, bahkan saya pernah dari daerah belakang Citos (Cilandak Town Square) ke Brawijaya Square mencapai 2,5 jam, yang dalam kondisi normal rata-rata bisa ditempuh paling lama setengah jam. Jika sore hari kemacetan bertambah parah, setiap kendaraan adu cepat, serudak-seruduk, mencoba melalui celah agar bisa cepat sampai tempat tujuan. Apalagi jika hujan, jangan ditanya lagi, bukan hanya padat merayap (istilah di radio) tapi sudah benar-benar berhenti. Namun jika hujan lebat, jalanan lumayan agak longgar karena sementara para pengendara sepeda motor berteduh dulu. Kadang tak jelas apa penyebab kemacetan tersebut, anehnya ada waktu tertentu, jalanan lancar, inipun menimbulkan pertanyaan.