Ketindihan

Pernahkah anda mengalami “Ketindihan”? Pernahkah anda tidur, kemudian anda merasa terjaga dari tidur namun tidak memiliki kemampuan untuk bergerak? Itu yang disebut dengan istilah “Ketindihan”. Ketindihan adalah kata yang seringkali diungkapkan untuk menjelaskan, suatu keadaan ketidakmampuan bergerak atau ketidakmampuan kontrol terhadap otot-otot tubuh kita pada saat terjaga (atau merasa terjaga) dari tidur. Namun cerita saya disini, tak ada hubungan dengan ketindihan saat tidur, namun ketindihan atas kebaikan orang lain. Mungkin istilah ini hanya dikenal oleh keluarga saya saja. Seringkali ibu alm bilang, “kita mesti datang ke undangan pernikahan putrinya bapak ANU, karena sudah ketindihan,” yang dimaksudkan ibu, adalah bahwa kami telah banyak mendapat kebaikan dari keluarga bapak ANU, sehingga tidak pantas jika tak bisa menghadiri undangan yang dikirim oleh bapak ANU.

Bulan Maret ini ada beberapa acara sosial yang mau tak mau wajib saya hadiri, kecuali jika kondisi badan tidak sehat. Juga bulan ini merupakan bulan yang penuh dengan kepadatan acara, serta banyak undangan pernikahan, mungkin karena merupakan bulan baik, serta musim hujan sudah berlalu. Sayangnya saya juga punya banyak pekerjaan di awal bulan ini, bahkan sempat dua minggu terus menerus, dan di akhir pekan juga ada acara. Praktis badan rasanya capek sekali, namun kegiatan tetap harus terjadi.

Hari Sabtu, saya masih menghadiri acara reuni yang diselenggarakan oleh Divisi Diklat BRI, tempat dimana saya pernah memimpin Divisi tersebut sebelum pensiun. Tentu saja saya harus hadir, dan kebetulan saya tak merasakan apa-apa, artinya badan saya baik-baik saja. Acara yang penuh canda tawa, melupakan badan yang capek, apalagi ketemu dengan berbagai teman dari berbagai generasi. Malamnya saya harus menghadiri undangan kakak sepupu yang menikahkan putrinya di daerah Bella Rosa, Jerut Purut.  Kebetulan cuaca cerah, jadi tak ada masalah, walaupun sulit cari parkir, tempatnya sih menyenangkan, namun parkirannya kurang luas.

Hari Minggu seharian saya istirahat di rumah, sebetulnya saya sudah merasa lelah, apalagi seminggu sebelumnya sempat kena flu dan baru sembuh setelah tiga hari. Ahh, mungkin saya kecapekan, jadi saya mengundang yu Tun untuk memijat badan, agar setelah itu bisa tidur nyenyak. Ternyata malamnya saya tetap sulit tidur, dan baru tertidur menjelang jam 3 dini hari. Paginya badan merasa melayang, berputar-putar tak menentu. Saya mencoba diam dan tetap merem, bernafas panjang, sambil berdoa, agar Tuhan mengabulkan saya untuk bangun karena waktunya sholat Subuh. Tak lama kemudian serangan vertigo mulai memudar, pelan-pelan saya bangun, berjalan ke meja makan untuk minum teh dan makan seiris roti mari, kemudian ke kamar mandi untuk wudhu. Saya sholat sambil duduk, dan selesai sholat kepala pusing dan merasa seperti berputar. Saya sempat memanggil Tiah, tapi suara saya kurang keras. Saat Tiah masuk kamar, saya dalam kondisi kesakitan, Tiah membawa teh panas yang kemudian saya minum dan mencoba makan roti panggang. Perut terasa diaduk, saya mencoba lari ke kamar mandi, tapi tak sempat dan mulai muntah….selesai muntah badan agak enakan. Saya tak berani tiduran, takut pusing kembali menyerang, jadi  saya telungkup ke meja.

Tak lama kemudian terasa mau muntah lagi, kali ini sempat ke kamar mandi. Akhirnya saya oleh Tiah diantar ke Klinik Cipete, diberi obat flu, anti mual dan mertigo (untuk mengatasi vertigonya). Sampai di rumah saya memaksa makan, agar bisa minum obat…ternyata kembali saya muntah, kali ini semua makanan termasuk obat keluar semua. Akhirnya saya memutuskan pergi ke UGD RS Setia Mitra, karena kawatir akan muntah terus menerus, dan kehabisan cairan. Di UGD, saya disuruh tidur, tapi kawatir kalau pusing….suster menyarankan untuk merem, kemudian pelan-pelan berbaring dan jangan buka mata. Di UGD saya diinfus dan dimasukkan obat anti mual. Tiah mengurus administrasi agar saya bisa dirawat. Tak lama kemudian saya didorong ke kamar Wijayakusuma 4, dan muntah lagi….badan sudah lemas sekali, tapi masih bersyukur sudah ada di rumah sakit. Dokter akhirnya memberikan obat melalui suntikan agar tak keluar lagi, kecuali untuk obat vertigo karena tak ada yang berbentuk cairan. Saya diminta untuk terus merem, agar tidak pusing. Rupanya Tiah sangat kawatir, dia kirim sms ke adik saya yang di Semarang, juga adik bungsu, serta suami. Anak sulung saya menulis status di FB yang malah bikin adiknya yang sedang belajar di Jepang senewen. Syukurlah siang  menjelang sore badan saya mulai terasa nyaman, jadi saya bisa menelpon suami, mengatakan kalau kondisi aman….suami mengatakan kalau Minah akan segera dikirim ke Jakarta. Awalnya saya mau menolak, tapi terpikir juga, kalau cuma ada Tiah, nanti kelelahan, apalagi ada Ara (bayi, putri si sulung) yang juga harus dijaga. Menjelang Magrib adik bungsu saya mampir ke rumah sakit, saya minta menelpon si bungsu yang sedang kuliah di Jepang, agar tak kawatir. Sampai saat itu, saya terus merem, hanya membuka mata saat makan, katanya memenag itu yang diperlukan, untuk mengurangi pusing.

Analisis dokter, penyebab utama adalah sakit maag, menyebabkan mual dan pusing, dan akhirnya bisa terkena vertigo. Tapi sebetulnya vertigo ini penyebabnya adalah pada syaraf keseimbangan, dan sulitnya saya tak tahu kapan mulai ada gejala vertigo. Pertama kali kena vertigo adalah pada sebulan menjelang berangkat Haji, namun saat itu bisa cepat diatasi, dan selama Rukun Haji saya tak lupa minum mertigo, sehingga selama perjalanan Haji tak terkena serangan vertigo. Masalahnya, saya sendiri merasa baik-baik saja, bahkan hari Minggu itu saya istirahat seharian, yang rencana awalnya mau datang ke tempat saudara tetapi dibatalkan.

Saya tiga hari di rawat di Rumah Sakit, dan sebetulnya hari kedua sudah normal kembali, hanya terasa lemas. Menurut dokter recovery nya sekitar seminggu, hari ini sebenarnya sudah lewat seminggu, cuma nafsu makan belum muncul. Bahkan kemarin saya mulai datang ke kondangan, acara teman suami, dan entah kenapa rasanya setiap makanan tak terasa enak, berarti memang kondisi saya masih belum sepenuhnya pulih. Tapi, tidur terus juga bosen, menulis di komputer juga tak tahan lama, jadi hari ini saya akan mencoba melatih untuk mulai membaca dan menulis di blog ini. Semoga kondisi saya makin membaik…..

Iklan

12 pemikiran pada “Ketindihan

  1. Jangan memaksakan diri dulu bu… kecapekan yang bertimbun mmebuat recoverynya juga lambat..

    Kupikir mau cerita ketindihan mahluk halus bu :D. Saya pernah tuh hehehe

  2. Pusing disertai muntah itu pasti gak enak banget Mbak..Walau tak menderita vertigo, tapi saya pernah merasakan yg demikian waktu kena flu parah. Semoga lekas pulih kembali ya 🙂

  3. iya dari ketindihan sampe ke vertigo.. kalau vertigo harus diupayakan kembali mencari posisi yang enak buat badan menemukan keseimbangannya kembali… semoga lekas sembuh ya..

  4. Kalau “ketindihan” yg ini maknanya “kepotangan budi” ya Mbak…
    Hal demikian kadang jadi dilema, apalagi kalau kepotangan budinya dalam hal sejenis, maksudnya saat kita punya hajat, seseorang yg tempat tinggalnya jauh meluangkan waktu ketempat kita.
    Nah ketika mereka yg punya hajat, mau tak mau kita musti berusaha untuk kesana karena “ketindihan” tadi itu.
    Hal seperti ini makin sulit dihindari dengan adanya kemudahan komunikasi, yang dengan mudahnya undangan itu disampaikan lewat berbagai sarana…

  5. Lho idem pak Mars ternyata, istilah ketindihan-nya bu En, kami menyebutnya kepotangan budi juga.
    Bu En …. istirahat yang cukup ya, biar cepat pulih kembali, tubuh mengirim sinyal butuh perhatian. Hati yang gembira adalah obat utama. Salam kami

  6. Bu Enny, dulu saya pernah sakit maag. Kata dokter salah satu pemicunya karena kecapekan. Mungkin karena capek nggak dirasakan, jadi akhirnya sakit. Memang istirahat itu dibutuhkan. Yang susah memang sekarang kadang kita tidak merasa capek, jadi ya tidak istirahat. Semoga cepat sembuh ya Bu. 🙂

  7. mechtadeera

    Semoga segera sehat kembali bu….dipaksain untuk banyak istirahat saja… Saya sekali pernah ‘terserang’ vertigo ini saat di kamar mandi…duuh…kapok!

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s