Telah beberapa kali teman-teman menceritakan tentang restoran Ah Poong ini, tapi saya membayangkan males banget jauh-jauh dari Jakarta hanya untuk makan. Awalnya ada teman yang sekarang bermukim di Perth sedang cuti 2 (dua) minggu di Jakarta, jadi kami berencana untuk ketemu di restoran Ah Poong pada hari Jumat, tanggal 18 Januari 2013, karena letaknya di tengah antara kota Jakarta dan Bogor. Saya tak bisa ikut serta karena hari kerja, dan saya masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Ternyata hari Kamis, tanggal 17 Januari 2013, Jakarta banjir besar yang membuat kota lumpuh. Dan betapa sedihnya, teman yang dari Perth rumahnya ikut terkena banjir, dan akhirnya mengungsi ke daerah Puncak.

Pada hari Minggu tanggal 20 Januari 2013, kebetulan Kepala Suku (Ketua angkatan Faperta A678 IPB) ulang tahun, melalui bbm Kepala Suku mengundang teman-teman untuk mau datang makan sarapan bersama di restoran Ah Poong di Sentul. Saya mulai berpikir, wahh boleh juga nih, asalkan ada teman yang bareng-bareng pergi ke Sentul. Akhirnya saya dan Ati janjian ketemu di depan Mal Pejaten Village, yang kemudian ikut Alda (yang diantar suami), bersama-sama pergi ke Sentul. Jalanan masih sepi, karena undangan berupa makan pagi. Ternyata sampai di depan pasar apung Ah Poong, tempat parkir sudah penuh dengan mobil, dan retoran sudah penuh sesak.

Hujan mulai turun rintik-rintik, para anak-anak yang siap dengan payung mendatangi kami menawarkan untuk sewa payung. Walau sudah membawa payung, saya memilih untuk menyewa payung, agar bisa memberikan sesuatu pada anak yang menawarkan payung tersebut.

Kami berjalan melalui jalanan yang menurun, melalui jembatan dengan aliran sungai yang masih deras menuju ke resto apung. Panorama disekitar restoran ini memang masih indah dan segar, jika tidak hujan, kami bisa berbelanja di pasar sungai apung, yang seperti di daerah sungai Barito, Banjarmasin.

Pengunjung juga bisa menikmati wisata air, naik perahu menyusuri sungai di sepanjang Pasar Apung. Resto Ah Poong ini bekerja sama dengan Eat n Eat, namun saat saya tanya apakah kartu Eat n Eat saya di Gandaria City bisa dipakai, dijawab oleh kasir bahwa Eat n Eat Ah Poong berbeda. Baiklah, apalagi kami ditraktir oleh kepala suku yang membagikan masing-masing satu kartu yang isinya Rp.50.000,- dan bisa ditambah jika kurang.

Kami segera mencari tempat dan syukurlah masih bisa menyisihkan meja dan 15 kursi karena yang diperkirakan hadir sekitar 15 orang. Secara bergantian, kami memesan makan dan minum…sayang saya sudah makan sarapan di rumah sebelumnya, sehingga saya tak terlalu bisa menikmati rasa makanan yang ada. Saya tak memberikan komentar tentang rasa makanan, namun bagi siapapun yang ingin menikmati suasana makan yang lain, mengajak makan teman atau keluarga, maka resto Ah Poong ini patut dicoba….dan akan lebih bisa dinikmati jika cuaca cerah.
hmm.. agak jauh ya kalau dari Tebet. tapi kapan-kapan dicoba ah
Sepertinya menyenangkan! Yes, kapan-kapan dicoba, ah.
konsep restorannya unik juga ya bu… 🙂
Ah Poong, wah di Jember juga ada bu, khusus mie ayam .. apa sama ya masakan khasnya 🙂
wah sepertinya asyik yha bu tempatnya, restorannya model terbuka, jadi hemat AC 😀
ah pong banyak diceritakan orang, jadi penasaran mau kesana nih…
Duh kompaknya kakak-kakak A678. Perpaduan resto dan sungainya keren bu En. Salam
Pengen juga… tapi melihat jembatan itu lha kok jadi deg2an ya… hehe
Asik banget nih suasana di restoran Ah Poong.