Lebaran

Saat ini kita sedang menikmati libur Lebaran, yang sejak beberapa tahun lalu kita mengenal adanya cuti bersama. Yang berarti, libur Lebaran tidak hanya dinikmati oleh keluarga muslim, namun juga oleh seluruh masyarakat Indonesia. Saat saya masih kecil, libur Ramadhan adalah 40 hari, sehingga saat mulai bulan Ramadhan sampai dengan seminggu setelah Idul Fitri, yang ditandai dengan istilah “Lebaran Kupat”, kami bisa menikmati liburan. Dan karena ayah ibu bekerja sebagai guru, maka kami sekeluarga menikmati libur panjang ini. Dimulai dengan acara “megengan” berupa selamatan, serta berdoa, memohon agar kita bisa melalui bulan Ramadhan dengan penuh syukur dan khidmat. Selamatan ini diadakan dari rumah ke rumah, tak terkecuali tetangga yang bukan muslim, semua bergembira menyambut datangnya bulan Ramadhan. Selamatan kedua adalah “maleman” yaitu setelah tanggal ke-20 bulan Ramadhan, kemudian selamatan menjelang Idul Fitri, dan terakhir adalah selamatan seminggu setelah Idul Fitri. Makanan yang dimasak juga berbeda-beda, namun yang tak boleh dilupakan adalah apem, makanan yang berasal dari tepung beras, ragi, santan, telur, gula dan garam sedikit, diuleni (diaduk), dan didiamkan agar mengembang.

Saya tidak tahu, apakah acara selamatan yang bertahap tersebut masih dilaksanakan di kampung saya. Sejak saya menikah dan tinggal di Jakarta, apalagi jika Lebaran hanya cuti pas tanggal merah saja (dulu belum ada istilah cuti bersama), kesibukan mengurus dua anak kecil, ditambah tak ada pembantu karena mudik, membuat saya dan suami harus realistis. Apalagi setelah ibu dipanggil menghadap Allah swt, menghadapi Lebaran juga berarti kami harus mengatur bagaimana agar saat Lebaran, manajemen rumah tangga berjalan mulus. Dan seringnya, justru saat libur Lebaran yang terbatas ini, ada saja drama keluarga, anak yang jatuh, keseleo dan lain-lain, maklum anak kecil yang  tak pernah berhenti bergerak. 

Sekarang, saya menikmati libur Lebaran bersama anak cucu, dan agar tak terlalu lelah, mulai Lebaran ini saya menggunakan tenaga infal. Jika dulu, saya tak pernah menggunakan infal, walau lelah sekali, namun usia yang makin bertambah, membuat saya harus berpikir ulang. Syukurlah si mbak mempunyai teman, yang mau menjadi tenaga infal di rumah selama libur Lebaran ini. Dan si mbak juga mudik di hari kedua Lebaran, sehingga masih sempat memasak ketupat bersama ikutannya  sebelum mudik.

Teman blogger, dari ki-ka: Imelda, Menik dan suami, Nana, Ria, saya sendiri, Narpati
Teman blogger, dari ki-ka: Imelda, Menik dan suami, Nana, Ria, saya sendiri, Narpati           (Salam tiga jari, Persatuan Indonesia)

Dan yang menyenangkan, liburan kali ini, teman-teman blogger datang ke rumah. Inilah pertama kalinya mereka datang kerumahku…alangkah senangnya…betapa indahnya pertemanan, ada beberapa teman yang selama ini hanya saya kenal di dunia maya. Walaupun cuma menikmati suguhan teh panas bikinan mbak Imah (infal) dan kue kering, tak mengurangi kegembiraan kami. Sayangnya tak bisa mengobrol lama, karena masih ada acara berikutnya lagi, mengunjungi teman blogger yang sekarang juga merambah menjadi penulis di daerah Pondok Labu. Betapa indahnya Lebaran, tak membedakan keyakinan yang kita peluk, namun kita tetap satu dalam keindahan. Terimakasih teman-teman, yang telah menyempatkan diri datang ke rumah saya…..semoga Lebaran tahun depan kita masih bertemu lagi.

Iklan

4 pemikiran pada “Lebaran

  1. Selamat Idul Fitri ya Bu..
    Mohon dimaafkan atas semua salah dan khilaf…
    Senang melihat kebersamaan sahabat blogger tersebut.. 🙂

    Sama-sama Uda, mohon maaf lahir batin.

  2. indahnya kebersamaan blogger ya Ibu …..
    Megengan, maleman, apem kenangan masa kecil kami

    Betul mbak Prih..megengan, maleman, apem..tinggal kenangan.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s