Saya susah mencari arti kata infal, walau istilah ini populer digunakan untuk mendapatkan pembantu yang bekerja sementara waktu karena pembantu utama sedang mudik. Dari tulisan di kompasiana, disebutkan yang benar adalah inval, yang berarti PRT (Pembantu Rumah Tangga) Pengganti/ Sementara/Pekerja Cadangan. Asal kata ini adalah “invaller” dari Bahasa Belanda. Menurut Kamus Bahasa Belanda-Inggris, kata invaller (de) berarti substitute, replacement, person or thing that takes the place of another atau pengganti/ orang pengganti. Sayangnya saya belum menemukan kata inval atau infal ini dalam KBBI.
Baiklah, saya cuma mau sharing pengalaman, bagaimana kami akhirnya memutuskan menggunakan tenaga infal ini. Seperti tahun-tahun sebelumnya, sejak kelahiran cucu saya (sekarang berumur 3,5 tahun), pembantu wajib ada, karena ayah bunda Ara (nama cucu saya) keduanya bekerja di luar rumah, sedang saya sendiri masih banyak kegiatan di luar rumah. Selama ini jika Lebaran, kami bergotong royong mengerjakan pekerjaan rumah tangga, sambil gantian momong Ara. Namun pengalaman tahun lalu mengajarkan, ternyata tidak mudah juga mengurus semua itu kalau ada anak kecil, di satu sisi banyak tamu datang ke rumah kami, karena posisi suami sebagai anak kedua dengan 7 (tujuh) orang adik dan posisi saya sebagai anak sulung. Rasanya pekerjaan cuci mencuci, masak, bersih-bersih rumah tak ada habisnya. Mau agak dibiarkan, kawatir juga karena ada anak kecil. Dan tahun lalu, si sulung (babenya Ara) kakinya sakit (bengkak), terpaksa menggunakan kruk sehingga tak bisa banyak membantu.
Jadi, setelah mencari informasi di sana-sini, menantu saya menelpon agen penyalur tenaga kerja perempuan, dan si mbak siap datang di rumah kami tanggal 26 Juli 2014. Setelah si mbak yang sudah senior di rumah mendengar rencana tersebut, dia menawarkan kakak ipar temannya, yang sudah dikenalnya karena pernah menjadi ART di rumah tetangga, saat kami masih tinggal di kompleks rumah dinas. Dengan segala pertimbangan, akhirnya kami memutuskan untuk menerima ART yang sudah dikenal, walau cukup mahal untuk kami, karena biayanya Rp.150.000,- (seratus limapuluh ribu rupiah) per hari, dan kami perkirakan akan perlu waktu sekitar 17 hari sampai si mbak senior pulang.
Yahh, itulah risiko rumah tangga yang suami isteri bekerja. Sebetulnya menantu saya libur satu setengah bulan, namun dia mengambil pekerjaan tambahan di EF… setelah dihitung-hitung, penghasilannya tetap lebih besar dibanding dengan membayar gaji si mbak infal. Syukurlah, ternyata pertimbangan kami benar, anak sulungku pas hari ketiga setelah Lebaran, matanya merah, jadi praktis tak bisa membantu pekerjaan rumah tangga. Dan Alhamdulilah, KMN (Klinik Mata Nusantara) yang terletak di jalan Kartini telah buka sejak dua hari setelah Lebaran, sehingga bisa langsung diobati. Saya jadi ingat kenangan lama, duluu …… setiap Lebaran adik bungsu saya selalu sakit, seringnya sakit perut….padahal kakak-kakak nya sudah siap pakai baju baru dan ingin berkeliling ke saudara-saudara dan pinisepuh lain untuk silaturahim. Akhirnya beberapa kali Lebaran, kami hanya tinggal di rumah saja. Dan hal ini ternyata menurun di keluarga saya…dulu si bungsu suka jatuh pas Lebaran, kemudian si sulung sakit panas….tahun kemarin anak sulungku kaki nya bengkak, dan Lebaran kali ini sakit mata. Lebaran…ohh Lebaran.
Si mbak infal pengalamannya cukup banyak, karena pernah bekerja sebagai TKI di Hongkong, Kuala Lumpur dan Singapura. Dia bekerja sangat cekatan…sayangnya dia tak mau ditawari untuk menjadi ART kami, karena punya suami yang mengharuskan dia pulang ke kampungnya. Kalaupun bekerja, dia ingin pulang sebulan sekali….waduhh bisa runyam urusan rumah tangga kami.
Syukurlah, pagi ini si mbak senior sudah pulang…dan akhir minggu ini ART yang baru (ART yang lama menikah dan tak balik lagi) akan diantar oleh agennya. Bagi rumah tangga yang punya anak kecil, memang diperlukan minimal 2 (dua) ART di rumah, agar semua berjalan lancar. Yahh inilah suka duka Lebaran…jadi sebetulnya yang menikmati Lebaran adalah si mbak, yang selama setahun telah mengabdi dan menjaga kelangsungan hidup rumah tangga majikannya. Terimakasih mbak…tanpamu, anak-anak saya tak bisa lancar sekolahnya, dan saya tak bisa meninggalkan rumah dengan tenang. Semoga pengabdianmu dicatat sebagai amal baik oleh Allah swt. Aamiin.
Iya Bu, ya. Bisa repot kalau tidak ada yang membantu. Jasa ART besar sekali memang. Patutlah kalau diberikan penghargaan semacam itu minimal setahun sekali pas lebaran, ya. Semoga cocok ya Bu dengan yang baru.
Betul Farijs…..tanpa ART saya tak bisa seperti sekarang ini.
Suka sekali dengan tulisannya Bunda, Memang repot yah kalau suami istri keduanya bekerja hemmm bisa jadi rujukan nih walau saya belum punya baby
Betul Tetik, apalagi jika di hitung2, kita masih bisa produktif, dalam arti menghasilkan uang yang bisa membayar si mbak infal…dan yang paling berharga adalah bisa menikmati Lebaran. Kalau tak ada anak kecil, lain lagi ceritanya.
kami menyebutnya pocokan ibu, untuk mbak yang sementara waktu menggantikan mbak yang tetap.
Pengeluaran untuk ART infal akan terimbangi dengan keleluasaan gerak kita ya Ibu, menjaga kondisi kesehatan selama banyak tamu tanpa mbak tetap.
Salam
Betul mbak… “pocokan”. Istilah infal ini saya kenal saat Kompas menulis artikel pas Lebaran, tahun lalu atau dua tahun yang lalu. Saat itu saya cuma ketawa-ketawa, namun Lebaran kali ini, lebih produktif menghasilkan sesuatu yang bisa menutup biaya infal…sehingga bisa menikmati suasana Lebaran bersama keluarga.