Biasanya, kita cenderung abai, jika tak merasa sakit. Sepanjang usiaku, saya tidak sering ke dokter mata. Misalkan: belekan (entah kenapa saat masih kecil acara belekan ini beberapa kali terjadi), mata merah, dan yang terakhir adalah keculek koran yang menyebabkan mata merah dan perih. Ada gunanya saya ke dokter mata, karena ternyata mata saya kelelahan (Nahh lho..matapun bisa lelah), serta mulai ada gejala katarak sehingga setiap hari harus diberi obat tetes mata, pengganti air mata. Gejalanya mata seperti “ngganjel” (apa ya bahasa Indonesia nya…seperti terganjal?), atau seperti berpasir.
Ketidak tahuan ini bisa berakibat fatal. Kejadiannya menimpa suami, karena selama ini jika merasa kurang enak badan, yang dikawatirkan adalah kemungkinan serangan stroke, karena suami pernah terkena stroke pada tahun 2000, serta dua kali lagi berupa “light stroke“. Pada saat suami merasa badan tidak nyaman, dan pusing, yang dipikirkan adalah “serangan stroke“, karena tidak ada gejala mata terasa sakit. Suami merasakan pusing kepala yang sangat hebat, dalam perjalanan dari Bandung ke Jakarta sempat muntah-muntah di jalan. Tak pernah terlintas di pikiran bahwa sakitnya karena glaukoma. Serangan ini terjadi pada bulan Juni tahun 2011, saat sampai di UGD RS Cikini, yang dirasakan masih sakit kepala…namun lama kelamaan makin terasa bahwa mata sebelah kiri sakit sekali. Dan sayangnya itu adalah hari Sabtu tengah malam, sehingga yang ada hanya dokter jaga. Jadi suami diberi infus dan obat pereda sakit. Pada hari Senin, saat diperiksa secara teliti oleh dokter spesialis mata, baru terlihat jelas kalau suami terkena glaukoma, saat itu tekanan matanya mencapai 60 (untuk yang normal antara 10-20).

Syukurlah setelah ditangani dokter, suami tak terlalu kesakitan, setiap dua jam sekali harus diberi tetes mata. Saat kami pergi Haji akhir Oktober 2011, kondisi suami belum begitu baik, syukurlah kami bisa menjalankan ibadah Haji tanpa halangan yang berarti. Bahkan sekembalinya dari ibadah Haji, tekanan bola mata kiri turun menjadi 30, sehingga menurut dokter mata, tidak perlu operasi. Sejak itu suami langganan memeriksakan mata kirinya ke dokter mata. Namun kesibukan yang terus menerus, dan mau tak mau tetap harus bekerja di depan komputer, membuat tekanan bola mata kiri naik lagi, dan memuncak pada saat menjelang Lebaran tahun 2014. Sejak itu, rencana operasi mata sudah dibicarakan, untuk itu suami harus periksa darah lengkap dan urin, terutama harus menjaga kadar gula darah tetap normal, tekanan darah normal, serta kolesterol normal. Dan ini merupakan hal yang berat, karena jika suami stres, hasil test gula darah naik turun…..sehingga dokter baru menetapkan operasi bisa dijalankan pada tanggal 3 September 2014.

Tanggal 2 September saya mengantar suami ke RS Mata Cicendo di Bandung, untuk mendaftar masuk kamar perawatan. Saya kaget melihat suasana antrean yang panjang sekali, ternyata hal ini terjadi sejak adanya program BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Walau capek antre lama, saya menikmatinya, dan bersyukur, adanya program BPJS ini membuat masyarakat sadar akan kesehatannya dan berani untuk memeriksakan kesehatannya ke rumah sakit.
Dari hasil obrolan dengan pasien maupun keluarganya, ternyata banyak sekali penyebab penyakit mata. Glaukoma yang saya kira hanya mengenai orang diabet (gula darah tinggi), ternyata orang normal pun bisa, penyebabnya pun bermacam-macam. Ada yang karena trauma (kena benturan dll), atau penyebab lainnya. Gadis disebelah saya menemani ayahnya, yang matanya pendarahan. Dia berasal dari Tarakan, agar bisa operasi di RS Mata Cicendo, dia kost di rumah penduduk di sekitar RS Mata Cicendo dengan membayar Rp.100.000,- semalam untuk memeriksa mata ayahnya sebelum dokter memutuskan bahwa mata ayahnya harus dioperasi. Gadis ini termasuk orang yang ulet, di antara waktu luang tidak mengantar ayahnya, dia berbelanja pakaian jadi di daerah Andir, agar hasilnya bisa dijual di kampung halaman, untuk menutup biaya pengobatan. Mata ayahnya pendarahan akibat diabetes. Padahal di keluarganya tak ada riwayat diabetes, jadi penyebab nya adalah pola makan yg salah. Ibu yang lain mengantar check up suaminya yang habis operasi mata karena lensanya tertarik, untuk melihat ada garis-garis dan kabur. Ibu ini dari Majalengka, masih beruntung karena suaminya PNS gol III C sehingga tak perlu bayar. Sebetulnya di RS Mata Cicendo menyediakan asrama/penginapan untuk keluarga pasien yang dari luar kota, namun selalu penuh, sehingga akhirnya penduduk sekitar membantu dengan menyediakan penginapan.

Sebelum operasi, suami harus dicek lagi tekanan bola matanya, kemudian kami menunggu lagi. Senangnya RS Mata Cicendo bersih, ada museum mata (sayang cuma bisa ngintip lewat kaca), makanan di kantin lumayan enak (terutama nasi pepes nya), dan tempat sholatnya (ada masjidnya) bersih. Saya mendengar suara kecapi, di antara suara panggilan petugas loket. Saya mendekat ke pemain kecapi yang bernama pak Desmon, setiap harinya menghibur pasien di lobby rumah sakit ini.
Jam 16.30 wib akhirnya suami dipanggil untuk masuk ke kamar perawatan, suami mendapat jatah kelas 1, yang satu kamar untuk dua orang, dibatasi tirai, dan masing-masing pasien mendapatkan fasilitas TV sendiri. Kamar mandi nya bersih dan ada air panasnya. Suami diperiksa sekali lagi, untuk melihat gula darah dan tekanan bola matanya. Pemeriksaan diulang lagi sebelum jam 9 malam, dan suami diharuskan puasa sejak jam 2 pagi untuk operasi besoknya. Mungkin karena tegang, tekanan bola mata suami yang sempat turun 32, naik kembali menjadi 38. Saya sendiri malam itu sulit tidur karena suami gelisah, syukurlah hasil pemeriksaan pagi harinya, suami tetap dapat melaksanakan operasinya.
Pagi-pagi, pasien yang akan operasi harus mandi dan keramas, kemudian berganti baju operasi, dan diperiksa kembali tekanan bola mata nya. Ternyata suami saya baru dipanggil untuk operasi sekitar jam 12.30 wib, dari pavilyun tempat suami di rawat saat itu, yang akan di operasi matanya ada 14 orang, bayangkan berapa jumlah total pasien yang dioperasi hari itu. Saya banyak belajar, bahwa bagaimanapun, kita tetap harus memperhatikan kesehatan, karena biasanya kita sadar ada masalah kalau ada anggota tubuh yang terasa sakit.

Jam 15.30 wib suami diantar masuk ke kamar perawatan, rupanya operasi tak membutuhkan waktu lama, hanya sekitar setengah jam, yang lama adalah menunggu, karena bergantian dengan pasien lain. Suami langsung sadar karena tidak dibius total. Saat sekitar jam 8 malam, suami diperiksa lagi tekanan bola matanya…suami kesakitan…ya tentu saja, sore baru dioperasi, tapi malamnya sudah dibuka, mata harus melihat ke atas, ke bawah, ke kiri dan ke kanan. Malam itu suami sempat tidur nyenyak, saya sendiri bisa tidur, karena saya sempat ijin kepada satpam dan suster agar yang menemani suami boleh dua orang, karena kawatir jika diperlukan ada tambahan obat yang tak ada di apotik rumah sakit, saya tak kenal kota Bandung. Adanya teman, membuat saya lebih tenang, sehingga bisa tidur nyenyak.

Besok paginya suami telah bisa membuka bola matanya, dan bisa diperiksa tekanan bola matanya…telah kembali normal menjadi 10, sama dengan tekanan bola mata untuk mata yang normal. Hari itu pula suami diperbolehkan pulang. Saya lega, dan baru bisa menikmati keindahan taman di dalam lingkungan RS Mata Cicendo, yang bunga anggreknya bergelantungan di pinggir taman, di gantung di pohon, dan banyak yang bermekaran. Sayangnya saya sibuk dengan urusan suami yang sakit, sehingga sebelumnya tak bisa menikmati keindahan taman ini. Setelah mengucapkan terimakasih kepada para perawat, kami pulang dengan lega…..semoga suami sembuh kembali dan bisa beraktivitas secara normal.
Dan yang paling saya syukuri, semua biaya operasi dan perawatannya gratis karena ditanggung BPJS. Dokter dan perawatnya ramah, tak membedakan pelayanan terhadap pasien. Pantas jika Rumah Sakit ini selalu penuh pasien yang berdatangan dari seluruh nusantara.
syukurlah operasinya berjalan lancar ya… semoga semakin memulih ya bu
Terimakasih doanya EM
Dalam kehidupan modern sekarang ini, kita jadi cenderung gampang terserang berbagai penyakit, termasuk mata. Saya paling sering berkendara dg sepeda motor. Rentan sekali tentunya terhadap mata. Perlu waspada nih.. Terima kasih, Bu sudah mengingatkan tentang menjaga kesehatan mata.
Semoga Bapak segera pulih kembali ya..
Terimakasih doanya, Uda Vizon
moga2 bapak segera pulih ya bu…
Terimakasih doanya Arman
Semoga bapak segera sehat kembali, Bu Enny… Betul juga, saya seringkali abay masalah kesehatan mata ini.. terima kasih sdh diingatkan.
Terimakasih doanya Mechta…iya, kita harus hati-hati menjaga kesehatan mata
semoga Allah cepat-cepat mengangkat penyakit bapak, salam perkenalan ya bu
Salam kenal juga, terimakasih telah berkunjung.
Ibu Enny, semoga Bapak segera pulih ya setelah tindakan operasi. Bersyukur layanan di RSMC baik sekali sehingga pasien terlayani dengan baik.
Terimakasih mbak Prih atas doanya.
alhamdllh oprasinya berjalan lancar ya bu, saya berdo’a bapak pulih kembali seperti semula amiin
Terimakasih Riri atas doanya
semoga cepat sembuh ya.
Terimakasih doanya