Jalan-jalan: Dua malam di Medan

Restoran Jimbaran
Restoran Jimbaran

Setelah tahu akan mengajar di suatu instansi di Medan, yang ada di pikiran adalah, kemana saja selama di Medan?  Setelah turun dari pesawat, kami menuju kota Medan dengan naik kereta api. Dari stasiun kereta api kami menuju restoran Jimbaran untuk makan siang. Selanjutnya kami menuju istana Maimoon, sayang sekali istana sedang ditutup karena ada kerabat istana yang akan melaksanakan pernikahan pada hari Sabtu malam. Terpaksa hanya bisa mengambil foto-foto di halaman terbuka dengan latar belakang istana Maimoon.

Dan sayangnya cuaca di Medan kurang bersahabat, pengap dan panas, namun seperti berkabut, yang rupanya terkena debu dari gunung Sinabung. Syukurlah perjalanan kami dari Jakarta naik pesawat tidak tertunda, karena sempat beberapa pesawat yang terbang hari Kamis ditunda karena gunung Sinabung sedang erupsi.

Pak Efendy, pemilik Sondoro seafood dengan kepiting nya.
Pak Efendy, pemilik Sondoro seafood dengan kepiting nya.

Malamnya kami diajak teman makan malam di Sundoro, yang terletak di belakang Singapore Station (nama SPBU di Medan). Restoran seafood ini modelnya atap terbuka, pengunjung nya ramai sekali, kata teman kalau hari libur penuh sesak dan mesti antri.

Direkturnya, Effendy, membuat ciri restoran secara visual terlihat bersih, namun keramik yang lama tetap dipertahankan, jika ada yang rusak diganti, dengan warna keramik yang disesuaikan dengan keramik yang lama. Hal ini agar membuat orang tak takut masuk restoran tersebut, yang dipersepsikan sebagai rasa makanan bintang lima, dengan harga kaki lima.

Masakan ikan berempah di Sondoro seafood yang membuat badan hangat
Masakan ikan berempah di Sondoro seafood yang membuat badan hangat

Pak Effendi mempertahankan kualitas ikannya bagus dan masih hidup, dengan menempatkan jenis ikan yang sama di aquarium yang sama. Pak Effendy bekerja sama dengan para peternak ikan (dengan pola inti mitra), sehingga dijamin ikan tetap bagus kualitasnya. Rasa masakan ikannya memang enak sekali, dan seharusnya tak perlu ditambah dengan nasi, karena hanya makan ikan sudah cukup kenyang.

Masjid Raya
Masjid Raya
Tempat Azan, bangunan nya masih asli sejak ratusan tahun lalu
Tempat Azan, bangunan nya masih asli sejak ratusan tahun lalu

Besoknya, hari Sabtu, saya dan teman seharian mengajar. Selesai mengajar, kami berjalan-jalan ke Pasar Ikan, yang terkenal dengan kain-kain nya. Setelah memilih-milih, akhirnya saya membeli dua kain songket Palembang, agak aneh memang, ke Medan beli songket Palembang, karena kalau mau beli ulos harus ke Pasar Sentral.

Selanjutnya saya dan teman pergi ke Masjid Raya, masjid yang interiornya masih asli, dan dibangun sejak Sultan Makmum….. Kami sempat sholat di masjid ini, mimbar untuk tempat azan maupun imam masih asli, demikian pula interior di dalam nya. Menara di luar masjid merupakan pertanda arah ke Kiblat, dan sebelum kita mengenal TOA, maka orang melakukan azan di menara ini.

Restoran Bhineka
Restoran Bhineka

Malamnya kembali kami mencoba masakan Bhineka. Suasanya benar-benar BhinekaTunggal Ika, pintu masuknya mirip restoran di Bali, ada patung dan payung.

Interior restoran Bhineka
Interior restoran Bhineka

Namun di dalam restoran interior nya ditata sedemikian rupa membuat suasana akrab, dengan musik degung khas Sunda. Disini akan menyenangkan jika masih muda, karena udang nya besar-besar, namun saya sudah tak berani mencicipi lagi.

Ikan kuah kuning di restoran Bhineka, sungguh lezat
Ikan kuah kuning di restoran Bhineka, sungguh lezat

Masakan ikan kuah kuningnya sungguh lezat, mengingatkan rasa ikan kuah kuning di Papua. Tentu saja saya pesan minuman Martabe, yang merupakan singkatan dari markisah dan terong Belanda. Kami mengobrol sampai malam, karena besok sudah tak ada kegiatan lagi, dan tinggal pulang ke Jakarta.

Bolu Meranti
Bolu Meranti

Besok paginya kami check out dari hotel Aryaduta, masih ada waktu untuk membeli oleh-oleh bolu di Meranti yang terletak di jalan Kruing.

Di depan istana Maimoon
Di depan istana Maimoon

Teman yang mengantar penasaran saat mendengar cerita, bahwa kami tak bisa masuk ke istana Maimoon, dia meminta sopir melewati istana Maimoon. Ternyata istana Maimoon hari Minggu pagi itu telah dibuka untuk umum. Kami segera ke sana, memotret dan dipotret, serta dengan terburu-buru meminjam pakaian Melayu untuk difoto. Masih ada waktu setengah jam untuk segera menuju ke stasiun di Medan. 

Iklan

4 pemikiran pada “Jalan-jalan: Dua malam di Medan

  1. Terpukau dengan kepiting yang ‘dipondong’ Pak Effendy nih Ibu….
    Dua malam dengan aneka kunjungan wisata bonus dari waktu tugas.
    Selamat terus mengajar Ibu Enny.

    Terimakasih mbak Prih doanya…mengajar dan jalan-jalan.

  2. aldi

    Selamat datang di Medan Bu… 🙂
    Sebetulnya, masi banyak lagi wisata dalam kota di Medan Bu yg unik… Kayak Museum Hewan Rahmat Shah atau Tjong A Fie Mansion

    kalo soal kuliner, deket Hotel Arya Duta padahal ada Soto Sinar Pagi Bu…. tukang soto paling tenar se-Medan

    semoga lain waktu bisa jumpa Ibu…

    Makasih Aldi, saya catat, siapa tahu ada proyek ke Medan lagi.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s