1. Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah sistem perdagangan bebas antara negara-negara di Kawasan Asia Tenggara. MEA mulai dirintis sejak tahun 2003 oleh para pemimpin negara ASEAN. Sepuluh negara ASEAN adalah negara: Filipina, Malaysia, Indonesia, Singapura, Brnei Darussalam, Vietnam, Myanmar, Thailand, Laos dan Kamboja. Negara ASEAN diperkirakan akan menjadi engine of growth bagi ekonomi dunia. Dengan MEA, memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di Asia Tenggara.
Empat Target yang menjadi Fokus MEA 2015 adalah;
- Wilayah kesatuan pasar dan basis produksi yang terintegrasi (A single market and Production Base). Dengan terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi, maka akan membuat barang, jasa, investasi dan modal dalam jumlah yang besar, serta tenaga kerja terampil (skilled labour) menjadi tidak ada hambatan dari satu negara ke negara lainnya di Kawasan Asia Tenggara.
- Wilayah dengan persaingan yang tinggi (Competitive Economic Development). Kebijakan yang diperlukan adalah: Competition policy, Consumer protection, Intelectual Property Right (IPR), Taxation dan E-commerce.
- Kawasan dengan perkembangan ekonomi yang merata (Equitable Economic Development). Hal ini dengan memprioritaskan pada UKM. Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini, kondisi pasar, pengembangan SDM dalam hal peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi.
- Kawasan diintegrasikan dengan perekomian global (Integrated into the Global Economy). Dengan membangun sebuah sistem untuk meningkatkan koordinasi terhadap negara-negara anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada jaringan pasokan global melalui pengembangan paket bantuan teknis kepada negara-negara ASEAN yang kurang berkembang.
2. Peluang dan Tantangan MEA pada Dunia Usaha dan UKM
a. Kekuatan Indonesia.
- Ranking ke-16 dunia untuk besarnya skala ekonomi dengan 108 juta penduduk sebagai kelompok menengah yang sedang tumbuh, sehingga berpotensi sebagai pembeli barang-barang impor.
- Perbaikan peringkat investasi Indonesia oleh pemeringkat dunia.
- Masuknya Indonesia sebagai peringkat keempat dalam propective destinations world investment berdasarkan UNCTAD.
- Fondasi industri adalah peringkat keempat di ASEAN setelah Malaysia, Singapura dan Thailand.
b. Kelemahan Indonesia.
- Infrastruktur: transportasi masal, pelabuhan, jembatan, jalan Tol, irigasi, waduk, terminal peti kemas, jalan penghubung antar pulau.
- SDM yang berkompeten dan berpengalaman.
- Sumber daya alam yang belum diolah.
- Teknologi dan sistem informasi.
- Kondisi Fundamental Ekonomi.
- Kepastian hukum dan reformasi birokrasi.
- Otonomi daerah dan sinkronisasi Peraturan/Kebijakan yang masih lemah.
- Biaya logistik dan biaya produksi secara keseluruhan belum efisien dari total biaya produksi 17% nya adalah untuk biaya logistik, sedangkan Singapura hanya 6%.
3. Peluang Dunia Usaha Menghadapi MEA.
- Pasar lebih terbuka luas, perekonomian lebih meningkat, GDB meningkat, kesejahteraan meningkat.
- Menipisnya jurang ekonomi negara maju dan negara berkembang, negara demokratis liberal dan negara sosialis. Kebersamaan dan penyelesaian masalah bersama membuka peluang sinergi dan perkuatan ekonomi menghadapi globalisasi.
- Banyaknya FDI menumbuhkan investasi asing masuk membawa pengaruh positif: kompetensi, tenaga kerja lokal, penataan industri, persaingan usaha ketat.
- Peluang kebutuhan tenaga kerja bertambah besar, karena pembukaan pasar ASEAN.
- Bekerjasama dan bersinergi positif, tidak hanya dengan daeah lain atau investor secara nasional, tetapi juga secara regional (ASEAN) dan internasional, aktivitas diplomasi, negoasiasi, komunikasi.
- Persaingan mendorong peningkatan efisiensi, inovasi, kreativitas, daya tahan usaha.
- Policy Blue Print SME’s (201402014) UKM menyumbang 53,3% total PDB (data BPS). Peluangnya memberikan pertumbuhan jumlah dan kualitas UKM yang berhasil bersaing di negaranya maupun yang berhasil menembus pasar regional ASEAN.
- Indonesia berpeluang menjadi sasaran investasi dan tujuan berbisnis yang paling menarik/diincar: jumlah penduduk, komoditas unik, sumber daya alam melimpah, banyak tenaga kerja potensial dengan harga kompetitif, industri kreatif, wisata yang beragam dan unik.
- Banyak indutri yang prospektif: industri perikanan, makanan dan minuman, otomotif, industri kreatif, industri militer, industri perlengkapan olahraga, sektor konstruksi, sektor ketenaga kerjaan, pengolahan hasil laut/perikanan, sektor kesehatan, sektor pertanian dan sektor energi.
- Komoditi ekspor Indonesia ke Singapura, antara lain: minyak dan gas, bahan perhiasan dari logam mulia, suku cadang pesawat terbang, kertas, minyak kelapa sawit mentah, sayur dan buah-buah an segar, produk pertanian (talas, keladi, ubi kayu), produk perkebunan (kopi, kakao, jambu mete), ikan hias, produk makanan olahan, produk alas kaki, produk spa/aromatherapy, produk kosmetik, produk kerajinan, produk furniture, produk perikanan dan peralatan hotel.
- Beberapa komoditi ekspor Indonesia ke Filipina, antara lain: produk urea, komponen dan suku cadang kendaraan bermotor, helmet, produk olahan plastik, makanan minuman (kopi, teh, kakao, kecap manis, coklat powder, tepung terigu, meises), kendaraan bermotor (Toyota Innova dan Avanza), batubara, nikel, pasir kwarsa, dan furniture.
- Komiditi ekspor Indonesia ke Brunei Darussalam, antara lain: beras, sayur mayur, buah-buah an, traktor, dokter, perawat, produk olahan hasil laut/air tawar, tenaga kerja dan sektor konstruksi.
4. Tantangan Dunia Usaha Menghadapi MEA.
- Persaingan tenaga profesional meningkat, karena berbagai profesi, seperti: akuntan, arsitek, advokat dan tenaga kerja medis seperti dokter, boleh diisi oleh tenaga kerja asing.
- Fundamental ekonomi Indonesia: kurs valuta asing, kurs rupiah, defisit neraca perdagangan, suku bunga yang tinggi, birokrasi dan penegakan hukum yang belum kondusif menjadikan tantangan bersaing dengan negara lain menjadi lebih ketat.
- Kurang daya promosi, sejumlah produk Indonesia identik dengan produk negara lain, merupakan hambatan ekspansi Indonesia ke negara ASEAN.
- Indonesia masih dalam transisi kepemimpinan baru, sehingga perlu waktu konsolidasi, sementara negara lain telah lebih dulu mempersiapkan diri, misalnya infrastruktur, peraturan perlindungan usaha, pengusaha, pendidikan, pembangunan kapasitas.
5. Mengapa UKM sangat penting dalam Menghadapi Tantangan MEA?
UKM mencakup 90% dari keseluruhan perusahaan di ASEAN. Telah disahkan ASEAN Policy Blue Print for SME’s Development 2004-2014, yang bertujuan untuk menjamin adanya transformasi UKM ASEAN yang memiliki daya saing, dinamis dan inovatif. Bagi Indonesia, UKM memiliki peran dan kontribusi yang besar bagi perekonomian nasional, karena menyumbang 53,3% dari total PDB (Pendapatan Domestik Bruto). UKM di Indonesia bergerak di sektor pertanian, industri dan keuangan. Pertumbuhan UKM yang dimiliki perempuan di Indonesia berada pada peringkat tiga tertinggi di Asia Pasific (hasil penelitian MasterCard).
Keunggulan UKM dibanding Usaha Besar (Nigel, 2012):
- Inovasi teknologi mudah dilakukan dalam upaya pengembangan produk.
- Hubungan kemanusiaan yang akrab terjalin dalam usaha kecil.
- Kemampuan menciptakan kesempatan tenaga kerja yang cukup tinggi.
- Fleksibel dan mudah menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat.
- Manajerial yang dinamis dan peran kewirausahaan.
Mengapa UKM lebih luwes dibanding Usaha Besar? Karena pada UKM keputusan bisa lebih cepat. Peran strategis UKM ini memberi kontribusi besar terhadap perekonomian riil Indonesia. PDB Indonesia tahun 2013 adalah US$ 868,3 miliar, atau 30 persen dari PDB seluruh negara ASEAN. Jumlah penduduk Indonesia berpeluang menggunakan produk dalam negeri, yang akan mendorong industri skala besar dan memacu pertumbuhan UKM. Ketika MEA mulai berlaku pada akhir tahun 2015, UKM masih harus diperkuat lagi.
Bahan Bacaan:
Gayatri, R.A dan Enny, D.R. “Manfaatkan Momentum Pasar bebas MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) dengan Meningkatkan Kredit Usaha Kecil dan Menengah.” Jakarta, 12-13 Maret 2015.
Terima kasih Ibu Enny sharingnya. yang kami kumandangkan di kelas tentang persaingan tenaga profesional di bidangnya dan peningkatan daya saing. Selalu terbuka peluang dan menjawab tantangan ya Ibu.
Salam
Sama-sama mbak Prih, syukurlah jika bermanfaat.