Mendapat kesempatan menginap di rumah salah satu penduduk di kampung Cibeo, Baduy Dalam merupakan kehormatan tersendiri, apalagi jika pemilik rumah dan keluarganya sangat ramah. Saya banyak bertanya tentang bagaimana adat Baduy Dalam, kepercayaan nya, filosofi hidupnya dan apa saja pantangannya. Di sini akan saya coba tulis hasil percakapan saya dengan ayah Karmain, dari Baduy Dalam, kampung Cibeo.

Kampung Baduy Dalam, termasuk dalam wilayah Desa Kanekes, terdiri atas tiga kampung Baduy Dalam, yaitu Kampung Cikeusik, Kampung Cikatawarna dan Kampung Cibeo. Batas Luar antara Baduy Dalam dan Baduy Luar, terletak pada sungai yang diatasnya berdiri jembatan Kayu.

Kampung Cibeo, tempat saya menginap terdiri dari 98 rumah, dan lumbung atau tempat untuk menyimpan padi, yang terpisah. Lumbung padi ini bisa menyimpan persediaan padi untuk setahun ke depan.
Rata-rata setiap rumah ditempati oleh dua keluarga, dan masing-masing paling banyak punya 7 (tujuh) orang anak. Ayah Karmain, tempat rombongan kami menginap mempunyai 6 (enam) orang anak. Rumah ayah Karmain mempunyai dua dapur sesuai dengan jumlah keluarga yang tinggal di situ.
Rumah orang Baduy Dalam terdiri atas rumah panggung, yang terbuat dari kayu dan bambu, beratap daun enau yang dikeringkan. Kayu-kayu nya diikat dengan rotan dan pasak, jadi tak menggunakan paku. Dalam setiap rumah di Baduy Dalam, terdiri dari:
- Taraje, yang merupakan pijakan sebelum naik ke teras rumah.
- Papangge, atau Teras rumah yang terletak di depan pintu.
- Sosorok, yang merupakan ruang untuk menerima tamu. Disebelah ruang ini ada ruang yang bertirai, tempat berganti baju.
- Imah, adalah dapur dan ruang tidur utama untuk keluarga ini (ayah Karmain).
- Tepas, adalah dapur yang terletak di luar dan terlihat dengan ruang tamu.
Jika malam hari, bagian ruang tamu merangkap menjadi kamar tidur untuk tamu yang menginap, diberi alas tikar pandan. Bantal dan tikar pandan ini akan dirapihkan pada pagi hari, sehingga ruangan bisa digunakan untuk bersantai, mengobrol dan menerima tamu saat ada tamu berkunjung, yang biasanya pada akhir pekan atau waktu yang diperjanjikan. Hari-hari biasa, orang Baduy Dalam ke ladang dan sering menginap di ladang sampai berhari-hari.
Orang Baduy Dalam mendirikan rumah secara bergotong royong, satu hari dapat mendirikan 10 rumah. Yang lama adalah persiapan nya, menyiapkan bambu, kayu serta untuk bagian-bagian rumah yang lain.
Barang-barang seperti tempat nasi dan alat dapur ditempatkan di atas para (pogo dalam bhs Jawa). Untuk penerangan menggunakan cublik (lampu yang dibuat dari sumbu dan bahan bakarnya minyak goreng), dijaga agar nyala nya tetap kecil. Untuk memasak, dapurnya tetap di atas, menggunakan kayu yang dinyalakan dengan korek api. Kayu atap rumah yang hitam ini, jika dikerok abunya ditaburkan di atas luka, dapat membuat luka cepat kering dan menutup.
Orang Baduy Dalam sangat menghormati alam dan lingkungan nya. Pantangan yang harus diikuti selama di Baduy Dalam:
- Tidak diperbolehkan menggunakan sabun, shampo, pasta gigi serta barang kimiawi lain. Untuk mandi, orang Baduy Dalam menggunakan daun kranji, yang dikeringkan dan ditumbuk menjadi bubuk. Fungsinya sebagai lulur, bisa membuat kulit halus dan tetap lembab.
- Tidak boleh mengambil video atau foto dengan sarana apapun.
- Dilarang membuang sampah sembarangan.
- Orang asing (bule, Jepang) hanya boleh sampai di Baduy Luar.
Orang Baduy Dalam mandi di sungai atau pancuran, telah ditentukan dimana tempat kaum perempuan mandi, yang lokasinya berbeda dengan kaum laki-laki. Tanah di Baduy Dalam terdiri dari Tanah Larangan, yang tak bisa diganggu gugat, serta tanah yang bisa dikelola. Masing-masing keluarga telah diberi tanah untuk dikelola yang batasnya ditentukan oleh keputusan tertinggi secara musyawarah dan mufakat.
Istilah dan Susunan kampung Cibeo terdiri dari:
- Puun, atau Kepala Kampung, merupakan orang yang dianggap mempunyai tingkatan tertinggi, nggak boleh dipegang sehingga kita tak bisa bersalaman. Hanya boleh makan dari makanan yang dihasilkan tanah di Baduy Dalam, dan dimasak sendiri oleh isterinya.
- Serat= merupakan wakil Puun, atau lebih dikenal oleh kita sebagai ajudan.
- Jaro Tangtu, atau Lurah. Tugasnya membantu masyarakat jika menemui kesulitan, atau ingin bertemu Puun, jika ada masalah yang perlu dibahas.
- Baresan, terdiri dari 9 (sembilan) orang. Berfungsi sebagai Dewan Penasehat, dilihat dari sisi hukum adat.
- Baresan Palawari Adat, merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap konsumsi jika ada kegiatan adat.
- Juru Aes, bertugas mendandani pengantin.
- Paraji, membantu kelahiran bayi. Disini Paraji baru berperan setelah bayinya lahir.
- Panghulu, mengurusi orang yang meninggal dan hal-hal yang berhubungan dengan kematian.
- Bengkong, bertugas untuk menyunat.
Jika ada acara, suku Baduy Dalam juga mempunyai kesenian. Misalnya ada yang bermain angklung pada saat menanam padi. Atau Pantun, yang bercerita tentang sejarah Baduy Dalam, tentang Dewi Sri dan Dewi Singkong, cara bercerita menggunakan kecapi.
Perkawinan dijodohkan oleh keluarga, dan disini tidak ada perceraian. Pihak dari laki-laki yang akan melamar. Pada saat pesta pernikahan, pengantin didudukkan di depan rumah, namun acara makan-makan dilakukan di alun-alun untuk seluruh desa dan beberapa undangan ke warga Baduy Dalam di desa lainnya. Untuk acara pernikahan memerlukan biaya sekitar Rp.30.000.000,- (Tiga puluh juta rupiah) saat ini. Ayah Karmain sedang mempersiapkan pernikahan putranya (Sapri). Pesta makan-makan diadakan 3 (tiga) hari 3 (tiga) malam, terbayang bagaimana ramainya. Sayang pernikahan Sapri diadakan pas kita sedang melakukan Puasa Ramadhan. Penanggalan Baduy Dalam berbeda dengan penanggalan masyarakat umum. Ada bulan-bulan yang dilarang melakukan pesta, menerima tamu, seperti pada bulan Kawalu. Orang Baduy Dalam memakai pakaian putih, atau hitam. Namun untuk tamu boleh berpakaian warna apa saja, asalkan tetap menjaga kesopanan.
Orang Baduy Dalam tidak menggunakan teknologi, karena semua dilakukan agar sesuai untuk menjaga lingkungan dengan alam sekitar sehingga perjalanan dilakukan dengan berjalan kaki, tanpa alas kaki. Sedang orang Baduy Luar, jika keluar wilayahnya, boleh menggunakan kendaraan umum.
Apa yang dipersiapkan jika anda ingin ke Baduy Dalam dan diperbolehkan menginap di rumah penduduk?
- Pakaian ganti.
- Obat-obatan dan keperluan pribadi.
- Jaket ringan, topi.
- Jas hujan.
- Sandal/sepatu gunung.
- Sleeping bag atau selimut tipis.
- Headlamp/senter.
- Daypack/ransel ringan.
- Lain-lain: pembalut, obat nyamuk oles, sun block, plastic zip lock untuk menyimpan benda-benda yang tidak tahan air, air mineral dan makanan ringan secukupnya.
Sebaiknya untuk grup yang mau menginap membawa, antara lain:
- Beras dan bahan makanan (sayur dan lauk pauk) untuk dimasak dan dimakan bersama tuan rumah dan keluarga (kira-kira cukup untuk 10-15 orang).
- Oleh-oleh untuk tuan rumah, misal: Beras, ikan asin, mie, gula, kopi, teh dan lain-lain.
Sumber data:
- Dari wawancara/mengobrol dengan ayah Karmain.
- Dari sahabat blogger (Yoga Amaliasari). yang sudah sering ke Baduy Dalam.
Salut ya sama
Orang2 Baduy ini utk tetep menjaga lingkungannya
Mereka memang harus menjaga lingkungan karena mereka hidup bersama alam.
nggak boleh sikat gigi itu agak menyurutkan niat ke sana bu he..he…
padahal mah takut nggak kuat jalannya
asik bacanya. makasih. kalau orang Baduy ini agamanya apa? apakah berbeda antara baduy luar dan dalem? Adakah upaya pemerintah untuk meningkatkan status sosial mereka? sumber air, kesehatan, dll
Orang Baduy Luar boleh menggunakan teknologi jika keadaan darurat, boleh pakai sandal, naik kendaraan umum. Orang Baduy Dalam, kemana-mana harus jalan kaki, tanpa alas kaki.Agamanya, saat saya tanya “Sunda Wiwitan”…mereka percaya pada Tuhan yang di Atas. Kalau Baduy Luar saya nggak tahu, karena mereka sudah bisa berhubungan langsung dengan orang luar.