Zaman anak-anak saya, mengajak ke dokter gigi adalah hal yang paling sulit. Mereka sudah takut duluan dengan peralatan dokter gigi. Sampai akhirnya ketemu dengan dokter gigi perempuan, yang pinter menarik hati anak-anak. Sebelum anak saya duduk di kursi untuk diperiksa, diajak latihan menggosok gigi boneka. Kemudian baru anak saya beneran duduk di kursi untuk periksa gigi, dan bu dokter gigi bilang…..” Buka mulut ya, nggak lama kok…..nggak sampai 10 hitungan.” Bagaimana caranya? Rupanya bu dokter menghitungnya pelan-pelan sehingga sampai selesai nggak menyentuh angka 10.
Bu dokter gigi tak lupa menyediakan pernak-pernik hadiah yang bisa dipilih sebagai hadiah jika anak bersikap manis saat diperiksa giginya. Sampai si sulung mahasiswa, dan harus diambil 4 (empat) gigi bungsunya dengan operasi, sebelum melanjutkan kuliah di Australia, dia tanya…” Nanti tante Titik ikut menunggu ya?” Karena sebetulnya tante Titik bukan dokter bedah mulut, sehingga operasi gigi si sulung dilakukan oleh koleganya yang bedah mulut.
Jadi saat si sulung siuman pasca operasi gigi di RS Medistra, pertama-tama yang ditanya adalah apakah tante Titik menunggu saat dia dioperasi. Sayang, dokter cantik dan baik ini tak berumur panjang.

Saat cucuku mulai memerlukan dokter gigi, si sulung dan istrinya sibuk mencari dokter gigi yang sesuai untuk Ara. Pertama kali si kecil diajak ke dokter gigi di daerah Tebet, cukup jauh dari rumah, walau sama-sama di Jakarta Selatan. Syukurlah, Ara anaknya berani, yang penting sebelumnya diajak mengobrol dan dipersiapkan apa-apa saja nanti yang akan diperiksa dan mengapa harus periksa gigi.
Ara rajin sikat gigi, sayangnya kami “agak teledor” tidak benar-benar mengecek apakah sikat giginya benar. Rupanya dia diam-diam suka mengunyah pasta gigi yang seperti permen itu. Akibatnya, ada gigi yang berlubang, perlu ditambal sementara, baru seminggu kemudian ditambal permanen.

Takutkah si kecil ke dokter gigi? Selama ini saya selalu merem jika dokter gigi sedang mengurusi gigi saya. Saat saya dikirimi foto oleh bundanya Ara, lha kok mata Ara tetap membuka?

Belakangan saya baru tahu, rupanya dia sambil melihat video film “Moana” yang merupakan film kesukaan nya.
Interior dokter gigi khusus anak-anak sekarang juga berbeda, wall paper nya ramai khas anak-anak sehingga anak merasa seperti di tempat bermain. Sebuah perkembangan yang menarik, untuk mengenalkan anak-anak secara dini pada dokter gigi.
Saya lupa pengalaman ke dokter gigi waktu kecil dulu, hehe..
Mungkin ga kenal takut?