Selesai Thawaf Wada, berfoto dulu (foto by Ustadz Dedi Hariadi).
Seperti biasa, rombongan yang mau Thawaf sunnah dilanjutkan sholat Tahajud berkumpul di lobby hotel jam 2.30 waktu Mekah. Ini hari terakhir kami sholat Tahajud di Masjidil Haram, tempat dimana doa yang dipanjatkan diterima oleh Allah swt. Setelah berkumpul, kembali kami dibagi menjadi 3 (tiga) rombongan, yang masing-masing rombongan dipimpin oleh seorang Ustadz. Rombongan saya berhenti dulu sebelum masuk masjid untuk berdoa, kemudian mulai melangkah ke dalam masjid dengan kaki kanan terlebih dahulu.Lanjutkan membaca “Day 4- Menuju Madinah”→
Sejak awal, keinginan saya pergi umroh adalah mengumrohkan ayahanda almarhum (populer di sebut Badal Umroh). Saya diskusi dengan pak RS, CEO Khalifah Tour, apakah memungkinkan apabila saya akan mengumrohkan ayahanda almarhum? Jawaban pak RS, ” Mengenai mengumrohkan bisa saja bu, walau sebagian ulama menganggap tidak ada dasar hukumnya.” Hari ketiga merupakan saat yang tepat untuk melakukan badal umroh, karena hari keempat sudah berangkat ke Madinah. Ternyata yang ingin melakukan badal umroh banyak, 49 orang, jadi panitia menyewa satu bis besar. Rombongan umroh dari KT ini semuanya berjumlah 188 orang dari bayi 2 (dua) tahun sampai yang berumur 81 tahun.Lanjutkan membaca “Day 3-Badal Umroh”→
Jam 02.30 waktu Mekah, kami berkumpul di lobby hotel untuk bersama-sama menuju Masjidil Haram, untuk melaksanakan thawaf sunnah dan sholat Tahajud. Ustadz DH yang memimpin rombongan kali ini, benar-benar membuat saya bisa menangis bercucuran sambil mengelilingi Kabah.
Selesai Thawaf Sunnah berfoto dulu
Setiap putaran beliau mengingatkan..”Bapak ibu, pada putaran pertama ini, marilah kita bertobat, mohon ampun atas dosa kita. Curhat kepada Allah, agar memberikan kesehatan dan keselamatan bagi kita, serta memberikan kebaikan di dunia dan di akhirat, dan menjauhkan kita dari pintu neraka.”
Pada putaran kedua, beliau mengatakan: ” Marilah kita mendoakan orangtua kita kita, baik yang masih hidup atau sudah almarhum, mari bayangkan wajah beliau, mohon Allah mengampuni dosa orangtua kita, mertua kita, doakan agar nanti kita bisa berkumpul dengan beliau di sorga.” Begitu terus, Ustads DH ini setiap putaran thawaf akan mengingatkan kita untuk berdoa, untuk suami, anak-anak, saudara, sahabat dan teman baik. Hal ini membuat saya menjadi lebih fokus dalam berdoa…..sambil bercucuran air mata.Lanjutkan membaca “Day 2- Ziarah di Mekah”→
Saya dan MinahBertemu mas Pinky bersama ibu, yang merupakan dosen, senior dan mentor suami saat kuliah di Teknik Mesin ITB. Sedangkan ibu Ilse dari Elektro ITB.
Kali ini saya umroh bersama si mbak yang telah tinggal bersama keluarga saya sejak tahun 1992, berarti telah 25 tahun. Jangan salah, dia membiayai sendiri perjalanan nya, bahkan telah siap untuk pergi umroh bertahun-tahun lalu. Hanya saja saya yang masih belum sempat, baik dari sisi biaya maupun waktu.
Alhamdulillah, akhirnya saya bisa mengumpulkan uang, kebetulan travel yang pernah saya gunakan saat naik Haji sedang promo dalam rangka ulang tahun, sehingga harganya “agak miring.” Umroh kali ini, saya niatkan untuk sekaligus “Badal Umroh” (meng umroh kan almarhum ayah, yang belum sempat melaksanakan umroh).Lanjutkan membaca “Perjalanan Umroh bersama si Mbak”→
Akhirnya, karena sesuatu dan lain hal, si bungsu menikah di KBRI Jepang, tepatnya di mushola Sekolah Republik Indonesia Tokyo. Disini, anak saya dan suaminya mendapat buku nikah yang berwarna hijau dan merah, dengan pesan agar nanti jika pulang ke Indonesia supaya dilaporkan. Nahh di sini mulai kacau informasinya, pemahaman saya dan suami adalah dilaporkan ke KUA di Jakarta. Jadi saat sebelum diadakan acara syukuran di Jakarta, si bungsu menelepon Kepala KUA apakah bisa datang hari Senin, kepala KUA menjawab ada di tempat. Lanjutkan membaca “Suka duka mengurus pencatatan pernikahan yang dilaksanakan di Luar Negeri”→