Hari Senin, 17 April 2017.

Jam 02.30 waktu Mekah, kami berkumpul di lobby hotel untuk bersama-sama menuju Masjidil Haram, untuk melaksanakan thawaf sunnah dan sholat Tahajud. Ustadz DH yang memimpin rombongan kali ini, benar-benar membuat saya bisa menangis bercucuran sambil mengelilingi Kabah.

Setiap putaran beliau mengingatkan..”Bapak ibu, pada putaran pertama ini, marilah kita bertobat, mohon ampun atas dosa kita. Curhat kepada Allah, agar memberikan kesehatan dan keselamatan bagi kita, serta memberikan kebaikan di dunia dan di akhirat, dan menjauhkan kita dari pintu neraka.”
Pada putaran kedua, beliau mengatakan: ” Marilah kita mendoakan orangtua kita kita, baik yang masih hidup atau sudah almarhum, mari bayangkan wajah beliau, mohon Allah mengampuni dosa orangtua kita, mertua kita, doakan agar nanti kita bisa berkumpul dengan beliau di sorga.” Begitu terus, Ustads DH ini setiap putaran thawaf akan mengingatkan kita untuk berdoa, untuk suami, anak-anak, saudara, sahabat dan teman baik. Hal ini membuat saya menjadi lebih fokus dalam berdoa…..sambil bercucuran air mata.
Pada putaran terakhir beliau mengajak rombongan kecil kami untuk mulai melipir ke kiri, agar bisa menuju pintu Multazam, bisa sholat sunnah 2 rakaat di “Hijir”. Orang penuh sesak, doa-doa semakin kencang dirapalkan. Entah kenapa saya dan Minah terlepas dari rombongan bahkan sudah hampir melewati pintu keluar Hijir. Akhirnya saya mencoba melipir, menuju pintu keluar Hijir.
Orang makin sesak, nafaspun makin sulit, kebetulan saya melihat ada bapak-bapak yang tinggi besar, yang bukan dari kelompok saya, segera saya memegang pundak nya dan berkata…”Pak, saya pegang ya pak.” Orang tersebut menjawab…”Ya bu, pegang saya, akan saya lindungi.” Alhamdulillah, berkat bapak tersebut, yang saya perkirakan orang Indonesia, saya bisa masuk kembali ke Hijir dengan dilindungi bapak tersebut dibelakangku. Kemudian saya dan Minah mencoba mendekat ke pintu Multazam…..sambil berdoa. “Astagfirullah ya Allah, perkenankan ya Allah, hamba bisa memegang pintu Multazam“.

Setiap ada orang yang keluar, bukannya saya menjadi lebih dekat, malah terseret keluar lagi. Alhamdulilah…akhirnya saya bisa memegang pintu Multazam, kemudian bisa sholat sunnah 2 rakaat. “Terimakasih ya Allah….terimakasih Engkau telah memperkenankan hamba bisa sholat di sini.” Minah disebelahku menangis sesenggukan, membuat saya ikut banjir air mata.
Saya melihat orang-orang di sekelilingku, wajah-wajah bahagia bisa sholat di Hijir. Begitu keluar lagi dari Hijir, saya terdorong lagi ke arah Maqom Ibrahim……dan melihat bekas tapak Nabi Ibrahim yang besar sekali. Dengan bahagia, bergandengan tangan dengan Minah, saya keluar dari putaran orang yang sedang Thawaf, kemudian mencari tempat untuk sholat sunnah Thawaf dua rakaat.

Setelah selesai, kami keluar dari Masjidil Haram, menuju Hotel….. kemudian bergiliran mandi di kamar, kemudian menuju restoran untuk makan pagi.

Acara hari ini adalah ziarah ke Padang Araffah, Muzdalifah, Mina, Jabal Nur Jabal Tsur dan Mala.

Tak lama kemudian, empat bis yang akan mengantar rombongan tiba, saya masuk ke dalam bis 4. Ustadz mulai membimbing dan menjelaskan lokasi yang dilewati, memimpin berdoa saat melewati makam Baqi, menunjukkan gua tempat Rosulullah mendapatkan wahyu pertama, juga gua tempat Rosullullah bersembunyi saat dikejar oleh Quraisy.

Kami berhenti sekitar 45 menit di Jabal Rachmah, ada beberapa teman yang ikut naik bukit untuk melihat kota Mekah dari atas. Ustadz mengingatkan agar kita harus menjaga fisik karena kegiatan masih panjang. Ternyata di sini ada pasar kaget, menjual berbagai barang, dari mulai sajadah, syal dan lain-lain.
Tempat ziarah lain hanya dilihat dari atas bis, karena panas menyengat serta kami harus bisa memaintain waktu agar bisa sampai di hotel sebelum sholat Duhur, agar bisa ikut sholat Duhur di Masjidil Haram.
Juga ada penjual es cream, yang tentu saja saya nggak beli, daripada sakit tenggorokan. Saya hanya membawa air Zam-zam yang disimpan di botol yang terasa menyegarkan jika diminum saat haus.

Selanjutnya kami mengelilingi Mina yang sepi, ada masjid yang hanya buka saat waktu Haji, juga mengunjungi padang Araffah dengan pohon Soekarno di pinggir-pinggirnya.

Kami melewati Muzdalifah tempat para jemaah Haji berhenti sejenak melewati pergantian malam. Rombongan kembali ke hotel jam 11.00 siang agar bisa sholat Duhur di Masjidil Haram. Kegiatan selama di Mekah, diatur sedemikian rupa, sehingga peserta tetap bisa sholat wajib di Masjidil Haram.
Pengalaman religi yang luar biasa, Mbak Enny. Untunglah sekalipun terpisah dari rombongan Akhirnya bisa balik ke hotel sendiri. ..
Iya mbak Evi….dan selalu ingin kembali ke sana.
membayangkan bisa mencapai Hijir tentu sangat terharu, tak heran air mata bercucuran di sini.
Iya..tak terbayang bisa sholat di Hijir, melihat orang-orang yang berjubel.