Setelah lama A678++ hanya berjalan-jalan di dalam negeri, kali ini kami kembali melakukan perjalanan ke luar negeri. Perjalanan ini dirancang sejak setahun sebelumnya, menyesuaikan dengan waktu masing-masing yang kesibukannya berbeda. Dan karena rata-rata usia kami yang makin bertambah dan rata-rata sudah pensiun (kecuali para Profesor dan yang berwirausaha yang nggak ada kata pensiun), fisik kami tak sebugar dulu. Jadi kami hanya mengambil waktu tiga hari di Korea, ditambah perjalanan pulang pergi menjadi lima hari. Yang penting adalah kebersamaan, mengenang saat kuliah dulu.
Petite France.

Setelah perjalanan naik Garuda selama 7 jam dari Jakarta, kami tiba di Incheon Int’l Airport sekitar jam 9.05 pagi waktu Korea. Setelah membersihkan muka, kami langsung naik bis menuju Petite France, desa yang menganut kebudayaan Perancis. Sebenarnya jika melihat brosurnya, cukup banyak yang bisa dilihat di sini, namun kami hanya sekitar 40 menit di Petite France, berjalan-jalan mengagumi rumah-rumah ala Perancis.

Korea 70 persen terdiri dari daerah perbukitan, perjalanan kami dari Incheon ke Petite France disuguhi pemandangan alam dan sungai yang lebar serta bersih. Daerah yang berbukit-bukit hijau di kiri kanan jalan sungguh menarik mata untuk dipandang.

Wilayah Petite France ini menarik, dengan rumahnya yang unik dan kecil-kecil. Tentu saja kami tak melewatkan untuk mengambil foto di sini.

Di sini banyak dijajakan buah strawberry yang ranum sepanjang jalan di dekat Petite France, dengan harga rata-rata antara 3000 sampai dengan 5000 Won (1 Won setara dengan Rp.13,-). Rasa strawberry nya segar dan manis, tapi kami tak berani makan banyak karena perut masih kosong, hanya sempat sarapan pagi di pesawat Garuda dan makan snack.
Selesai dari Petite France sudah jam 14.00 waktu Korea, kami segera menuju rumah makan. Jalan menuju rumah makan macet karena saat itu bersamaan dengan liburan di Korea, sehingga warga lokal juga banyak yang menuju lokasi wisata.
Nami Island.

Setelah makan siang ayam bakar dengan sup rumput laut serta kimchi, kami berjalan sekitar 200 meter menuju pelabuhan feri, karena untuk ke Nami Island harus naik feri sekitar 5 (lima) menit. Pulau Nami terletak 63 km dari Seoul, di tengah sungai Han. Pulau Nami terlihat seperti tasik daun yang terapung, pada bagian atas dari tasik Cheongpyeong. Pulau ini mempunyai luas 460.000 m2 atau 5 (lima) km2.

Nami Island ini menurut cerita Sunny, dulunya berupa delta, kemudian direklamasi menjadi pulau, dibentuk dengan batu-batu kecil dan pasir, yang dibeli oleh pengusaha dan kemudian dibuat taman wisata. Nami Island terkenal karena dipakai untuk shooting film Korea “Winter Sonata“.

Dan para nin-nin dan akung ini tak satupun pernah menonton drama Korea yang populer di TV Indonesia ini. Di pulau Nami ini ada makam jendral Nami…. tokoh yang disegani dalam sejarah Korea.
Sempat terjadi kehebohan karena ada dua nin-nin yang hilang, rupanya ketinggalan di toilet dan bingung mencari temannya. Setelah saling mencari, syukurlan salah satu teman Profesor mendatangi lagi restoran ayam bakar ….. dan ketemu dua nin-nin yang masih cantik dan gaya ini.

Perjalanan feri menyenangkan, tempat duduknya hanya sedikit dan menempel di dekat dinding, jadi sebagian dari kami terpaksa berdiri, namun tak mengurangi kegembiraan kami. Sampai di Pulau Nami, pertama-tama yang dilakukan adalah mencari mushola. Kami berjalan melalui jalan utama di pulau Nami yang dikiri kanan nya terdiri dari deretan pohon tinggi. Tanah berpasir di kaki kami terasa basah sehabis disiram air, namun bagian yang tidak disiram, debu beterbangan.

Mushola terletak hampir di ujung jalan utama, di gedung bertingkat 4, syukurlah mushola bersih, bahkan disediakan mukena. Dua lantai di bawahnya merupakan Taman Bacaan anak-anak, banyak orangtua yang mengunjungi Taman Bacaan ini bersama anak-anak nya, karena kebetulan di Korea saat itu sedang liburan.

Karena waktu terbatas, sambil berjalan pulang, kami berfoto di sepanjang jalan sambil menikmati pemandangan. Banyak bunga berwarna merah dan putih, serta pohon yang berwarna-warni menandakan saat ini musim semi. Sayangnya sakura sudah tidak berkembang, karena waktunya sudah lewat.
Selanjutnya kami segera menuju bis, untuk makan malam berupa ikan bakar khas Laut Timur Korea, dilanjutkan ke hotel. Malam ini rombongan kami menginap di I Park Condo, yang ternyata juga ada rombongan perusahaan asuransi dari Jakarta yang menginap di Condo yang sama.
Taman bacaan anak itu lucu bgt
Iyaa….dan senangnya orangtua menemani anaknya membaca.