
Ini merupakan hari terakhir kami di Seoul. Sesuai kesepakatan, acara hari ini dimulai jam 8.00 pagi waktu Seoul karena semalam kami masuk hotel sudah larut malam.

Setelah makan pagi di hotel, bis yang kami tumpangi melewati “Presidential Blue House“, kemudian menuju ke “Gyeongbokgung Palace“.


Cukup lama kami melihat istana ini, memotret serta membayangkan situasi zaman itu. Jika kita berdiri di halaman istana, kami melihat perpaduan masa lalu (pagar dan gapura istana), dengan gedung-gedung tinggi disekitarnya.

Saya hanya bisa mengintip tempat singgasana Raja, karena pengunjung dibatasi oleh jeruji besi.

Yang menarik, tulisan yang menunjukkan istana ini masih dalam bentuk tulisan China.


Dari istana kami diajak mengunjungi Pusat kosmetik “The Odbo“, sayang tak ada yang tertarik beli karena kosmetik ini hanya ada di Singapura sebagai cabang nya dan harganya sangat mahal.

Dari The Odbo, kami menuju Ginseng Shop, disini banyak teman yang tertarik membeli karena dipesan oleh saudara nya maupun untuk kepentingan sendiri. Saya lagi-lagi tak tertarik untuk beli, selain harganya sangat mahal (Rp.15 juta rupiah, walau bisa sharing dengan teman), saya nggak yakin akan rajin meminum kapsul ginseng tersebut.
Dari Ginseng shop, rombongan menuju “”Jeil Amethys” yang merupakan toko perhiasan dari batu kecubung. Ada beberapa teman yang tertarik dan membeli disini.
Waktu telah menunjukkan jam makan siang, jadi kami makan siang dulu di Chinese Food Restoran. Ternyata di restoran ini juga menjual berbagai souvenir, yang harganya di bawah souvenir yang dijual di Toko Arirang. Kembali teman-teman menyerbu dan memilih souvenir ini, mungkin karena belanja an nya masih belum cukup.

Dari makan siang kami mengunjungi “Making Kimchi” dan “Wearing Hanbok” untuk mencoba membuat makanan tradisional kimchi dan berfoto dengan pakaian khas Korea Hanbok.

Seru juga memasak kimchi, walau sudah dibuat setengah jadi.

Kami juga melihat proses pembuatan sea weed (rumput laut”, baik secara tradisional maupun setelah menggunakan mesin.
Saat mengunjungi istana, walau sinar matahari bersinar cerah, namun angin bertiup kencang dan dingin terasa menggigit tulang. Dari sini kami mengunjungi “Duty Free Mal“, yang harganya jauh di bawah harga pasar, serta nanti pajaknya bisa direimburse saat di bandara Incheon.

Banyak teman-teman yang memborong kosmetik “Etude” yang rupanya banyak pemakainya di Indonesia. Tinoek meminta saran, apakah acara jalan-jalan di Myeongdong Street tetap dilanjutkan karena di luar anginnya kencang, sedang kita semua sudah lelah.

Myeongdong Street merupakan wilayah perbelanjaan terbuka seperti Pasar Baru atau Blok M di Jakarta. Jadi Sunny menawarkan kepada teman-teman apakah kita lanjut ke Myeongdong Street? Ternyata banyak yang masih semangat untuk jalan-jalan di Myeongdong Street. Selanjutnya Sunny berpesan, agar kami berhati-hati dalam membeli makanan, agar tak keliru makanan yang tidak halal.
Sunny pertama-tama mengantarkan kami untuk menunjukkan tempat, dimana kami ketemu saat makan malam jam 18.30 waktu Seoul, di Korean Country Food (makanan yang rasanya seperti ayam semur), yang juga terletak di Myeongdong Street. Saya berdua Tinoek menyusuri jalanan di Myeongdong Street, memotret berbagai makanan yang dijual, mengenang saat perbelanjaan Blok M masih ramai.