
Jika melihat orang Korea, apa kesan saya? Kulitnya bersih dan putih. Jadi agak heran mendengar cerita-cerita, juga penjelasan Sunny (guide yang menemani kunjungan A678 plus ke Korea), bahwa di Korea sekitar 40% warganya pernah operasi plastik, sisanya 40% menggunakan kosmetik tanpa operasi, sisanya baru alami. Dan karena suntik botox saat ini dianggap berbahaya, maka sekarang ada cream yang dipakai seperti masker setiap malam selama tiga bulan terus menerus, kemudian dihentikan sampai 2 (dua) tahun, baru dipakai lagi. Ini dipercaya lebih sesuai untuk kesehatan.
Saya akui, kosmetik tak bisa dipisahkan dengan orang Korea, walau kulit sudah bersih, tetap perlu perawatan kan? Kalau dulunya kosmetik hanya digunakan untuk perempuan, sekarang cowok Korea (sebetulnya di Indonesia juga, cuma saya tidak mendengar sampai operasi) begitu gandrung dengan kosmetik.

Beberapa tahun lalu, saya baca bukunya Trinity (kalau tak salah), bahwa cowok Korea tak sekeren cowok yang ada di film drama Korea, namun saat kunjungan saya bersama teman-teman A 678 yang cuma tiga hari, suasana nya sudah berbeda. Hampir setiap kali ketemu cowok Korea, terlihat kulitnya bersih …. sampai malu saya, karena selama ini merawat diri seperlunya saja.

Sesuai penjelasan Sunny, hal tersebut disebabkan persaingan kerja yang ketat. Jadi untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, selain harus lulus Universitas, penampilan juga harus oke.
Contoh cowok Korea yang saya temui dari dekat saat kunjungan yang begitu singkat, penjaga pantai di Nami Island sungguh keren, juga penjaga pintu di Nanta Show (pertunjukan para koki dengan menggunakan alat-alat memasak). Dan tentu saja, guide dan photographer yang menemani kami selama di Korea.

Selama di Seoul, kami diajak mengunjungi “The Odbo“. Disini diberi penjelasan perawatan kulit dari A sampai Z, serta tak perlu botox lagi. Wahh telat nih, harusnya mengunjungi Korea saat masih umur 30 an.

Saat mengunjungi mal khusus “Duty Free” yang merupakan Mal besar dengan empat lantai, ada satu lantai yang khusus menjual kosmetik buatan Korea.

Banyak teman-teman yang memborong produk “Etude ” (kosmetik Korea yang ada perwakilannya di Indonesia) atas titipan anak dan ponakannya, karena harganya sangat murah dibanding dengan harga di Indonesia.

Hari terakhir di Seoul kami diajak mengunjungi Myeongdong Street, pertokoan seperti di Pasar Baru dan Blok M tempo dulu.

Disini ada puluhan toko kosmetik saling berdekatan, saya menghitung lebih dari 10 toko kosmetik dengan berbagai merk. Pantas saja orang Korea sangat sadar atas penampilan dan perawatan tubuhnya.
Saya sih setuju dengan perawatan kulit dan tubuh, apalagi jika hasilnya memang berbeda. Saya pernah bertanya pada seorang dokter kulit di RistrA House, apa sih bedanya kulit yang dirawat dibanding dengan yang tidak dirawat? Selain kulit terlihat bersih dan segar, nanti akan terlihat berbeda saat usia kita telah melewati angka 50. Waduhh…padahal saya kenal kosmetik “Nina” (produk kota Bandung, kalau tak salah), serta kosmetik “Viva” saat saya sudah menjelang lulus SMA. Jadi bagi yang usianya masih muda, rajinlah merawat diri.