Perjalanan panjang Jakarta-Hongkong-Nagoya

Cerita tentang jalan-jalan di Toyohashi dan sekitarnya ditunda dulu. Setelah lama absen ngeblog, dan tak terasa hampir 6 bulan, maka saya ingin cerita bagaimana perjalanan menengok si bungsu ke Toyohashi (kota tempat tinggal nya) yang berliku-liku.

Setiap perjalanan mempunyai cerita sendiri. Dan entah kenapa, dua kali nengok  si bungsu di Jepang ada saja dramanya. Pertama kali menengok si bungsu pada bulan April 2013, menggunakan pesawat Garuda dengan penerbangan Jakarta-Denpasar-Osaka (saat itu belum ada penerbangan langsung ke Osaka dari Jakarta).  Pesawat Garuda dari Jakarta delay 2 (dua) jam, akibatnya saya ketinggalan pesawat di Denpasar dan diganti pesawat Garuda  dari Denpasar tujuan Narita.

Si bungsu yang sudah ada di Osaka (maklum kalau menjemput di Osaka si bungsu mesti naik shinkansen dari Toyohashi ke Osaka sekitar dua jam dan nginep di Osaka) mesti balik lagi ke Nagoya, dan saya dari Narita naik shinkansen ke Nagoya. Syukurlah saya ketemu orang baik di pesawat, orang Jepang yang menikah dengan gadis asli Yogya, dia yang membantu menelpon si bungsu saat saya mendarat di Tokyo dan kebingungan, maklum pertama kalinya ke Jepang.

Makan tengah malam dari CP

Kunjungan kedua kali ini dramanya lebih seru. Awalnya saya berencana menengok Narp bersama suami, akhirnya suami batal berangkat karena alasan medis, sehingga saya pergi sendirian. Saya berangkat naik Cathay Pacific (CP) tujuan Nagoya dan transit di Hongkong.

Lega ketemu Narp di bandara Chubu

Ternyata keberangkatan pesawat dari Jakarta delay 3 (tiga) jam… akibatnya di Hongkong saya dan penumpang tujuan Nagoya harus berlari mengejar pesawat yang akan boarding 15 menit lagi. Syukurlah walau ngos2 an tetap terkejar, dan saya mendarat di bandara Nagoya, Jepang sesuai waktu yang direncanakan…. dan lega melihat si bungsu di antrean penjemput. Sebelum naik meitetsu line, si bungsu ngajak makan dulu, karena perjalanan ke Toyohashi cukup jauh.

Saya berharap, pulang dari Jepang tak ada drama lagi, ternyata saya keliru. Sehari sebelum pulang terima email dari CP bahwa pesawat di cancel karena tgl.16 September 2018 sampai dengan 17 September 2018 pagi, Hongkong akan dilalui typhoon Mangkhut. Penumpang diminta menghubungi website CP atau nelpon. Website down dan telpon tak bisa nyambung mungkin karena semua berusaha menelpon.

Hiro, menantuku, berinisiatif ngajak ke bandara Chubu Nagoya … sampai bandara counter CP tutup. Information center mencoba menghubungi CP, gagal juga. Ditengah ketidak pastian ada email masuk dari CP bahwa penumpang ditransfer ke pesawat Thai airlines dari Nagoya ke Bangkok, kemudian dari Bangkok ke Jakarta naik Garuda. Saya segera accept…tapi mau confirm nggak bisa. Narp menenangkan saya … “kita coba lewat laptop di rumah ya bu, worst case nya naik pesawat lain”.

Antrian mengular di bandara Chubu

Besoknya kami mencoba confirm secara on line dan berhasil. Masalahnya saya nggak pegang e ticket…jadi besoknya kami ke bandara Chubu Nagoya lebih awal dan sampai bandara Chubu jam 20.30 waktu Nagoya. Counter Thai airlines buka jam 10 malam (pesawat berangkat jam 0.35 am) tapi antrian sudah mengular. Hiro mulai antri …. saya menunggu sambil duduk.

Foto dulu bersama anak menantu sebelum terbang ke Bangkok

Syukurlah saya dapat tempat di penerbangan Nagoya-Bangkok tapi belum dapat boarding pass untuk Bangkok-Jakarta dan harus diambil di counter transit bandara Bangkok.

Sampai Bangkok masih jam 4.30 am… counter transit Thai airlines masih tutup semua, saya ragu kenapa sesama penumpang yang dialihkan dari CP nunggu di depan counter Thai airlines. J yang orang Jepang bilang….” Thai airlined will arrange passenger from CP.” Saat counter buka, saya segera maju…dan la…la..la kami salah menunggu…

Harusnya memang langsung ke counter Garuda yang di ujung lorong berlawanan. Hadeuh…waktu makin mepet, saya n J jalan cepat ke arah yg ditunjukkan. Setiap kali ketemu wajah mirip orang Thailand saya bertanya, daripada sudah jauh keliru lagi. Syukurlah akhirnya ketemu counter Garuda yg ditunggu satu orang.

Dari sini menuju gate D8…. J berbeda pendapat tentang arah karena ada petunjuk arah menuju ke bawah. Lagi bingung…ehh dari jauh terlihat rombongan pramugari dan pilot Garuda. Saya langsung ngejar si mbak pramugari. Mbaknya agak heran…”ibu sendirian?…ibu tunggu di kursi itu saja, nanti dipanggilnya lewat sini”….sambil menunjuk arah yang masih ditutup.

Setelah menunggu kira-kira 20 menit, penumpang disuruh masuk ruang tunggu. Dan saat boarding dan masuk pesawat Garuda….rasa lega dan syukur menyelimuti hati saya, udah serasa pulang ke rumah.

Terimakasih CP yg telah berusaha mengalihkan penumpang ke pesawat lain tanpa dikenai biaya sepeserpun.

Iklan

2 pemikiran pada “Perjalanan panjang Jakarta-Hongkong-Nagoya

  1. Gusti 'ajo' Ramli

    Kompensasi nya sepadan ya bu, dialihkan ke maskapai lain tanpa dikenakan biaya lagi… Setidaknya pengalaman delay nya menjadi cerita perjalanan yg sangat menarik..

    Iya…syukurlah, bisa dialihkan ke maskapai penerbangan lain tanpa menambah biaya. Jadi, kemungkinan saya akan naik Cthay Pacific lagi kalau nengok si bungsu.

  2. Hati dan tekad seorang Ibu yang didukung semesta ya Ibu Enny. Mengikuti petilan kisah melalui FB dan kini versi lebih utuhnya menghadirkan syukur.
    Salam hangat

    Syukurlah berakhir baik mbak Prih…..pas sendirian pula

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s