
Apa yang saya mimpikan saat menengok si bungsu (Narp) dan suaminya di Toyohashi? Sejak menikah, si bungsu pindah ke apato di daerah Riverside. Jika kami mengobrol lewat whatsapp, si bungsu suka cerita keindahan dan keasrian tempat tinggalnya.

“Ibu pasti suka deh kalau ke sini,” kata Narp dengan menggebu-gebu. “Apatoku dekat sungai, kalau musim panas airnya jernih, suka ada burung bangau datang ke sungai tersebut. Juga ada ikan berenang-renang di sungai, sangat jelas terlihat karena air nya bening.
Dekat apato juga ada Mal, dan di situ ada gym, tempat aku dan Hiro suka nge gym bareng sepulang kerja. Kalau cuaca cerah, diakhir pekan, kami suka jalan-jalan sampai ke stasiun Toyohashi, dan jika capek, pulangnya naik kereta api ke arah Tahara dan turun di stasiun Yagyubashi.”
Saat mengatur perjalanan ke Toyohashi, karena musim panas, perkiraan cuaca cerah bahkan ada risiko panas sekali. Tak terbayangkan bahwa di hari pertama kedatangan saya, hujan turun lebat. Dan kami terpaksa menjemur pakaian di dalam apato, karena kemungkinan hujan akan turun selama dua hari.
Ini hari ketiga saya di Toyohashi, dan baru sempat jalan-jalan ke stasiun dan sekitarnya. Narp dan Hiro tak berani mengatur acara jalan-jalan karena perut saya sedang bermasalah. Jadi saya banyak menghabiskan waktu di apato saja. Bahkan rencana untuk ambil foto di sekitar sungai juga belum sempat terealisir.
Sejak pagi hujan turun, makin siang hujan turun makin deras, habis makan siang Narp pergi ke Nishijima. Walau saya tidak mengharapkan untuk jalan-jalan ke suatu tujuan tertentu, namun rupanya Hiro diam-diam mengajukan cuti selama saya berkunjung ke Jepang…benar-benar terharu deh, apalagi saya tahu bahwa orang Jepang pekerja keras. Jadi saya berusaha untuk segera sehat, agar bisa memanfaatkan waktu kunjungan di Jepang.

Sambil menuju ke tempat kerjanya, Narp ngedrop saya di “Valor Supermaket” yang lokasinya cuma 100 m dari apato tempat tinggal Narp dan Hiro. Sampai bosan keliling Valor, hujan nggak reda juga, malah makin deras. Mau nekat jalan pakai payung takut masuk angin. Ingat kalau siang ini Hiro berencana beli daging dan sayuran, mau masak sukiyaki, karena saya tanya tentang sukiyaki gara-gara ditanya oleh mas Siswo Santoso Wirodiharjo, apakah sudah pernah makan sukiyaki. Setelah menunggu cukup lama, saya sms Hiro minta tolong untuk dijemput di Valor.

Jam 5.30 pm hujan berhenti dan matahari menampakkan sinar nya. Narp yang sudah pulang dari Nishijima mengajak saya mengambil foto sungai yang berada di belakang apato nya. Di pinggir sungai Yagyugawa terlihat barisan pohon Sakura, yang sayangnya sedang tak berbunga. Lingkungan sekitar sungai ini memang “adem” seperti cerita Narp, sayang karena air sungai penuh, burung bangau tak menampakkan diri nya. Tapi orang banyak berlalu lalang sepanjang jalan kecil di pinggir sungai, mungkin mumpung cuaca cerah setelah dua hari diguyur hujan terus menerus.

Jalan selebar 2 (dua) meter digunakan orang berjalan kaki, jogging, dan orang naik sepeda. Senang melihat anak-anak sekolah pulang naik sepeda.

Sore ini Hiro masak Sukiyaki untuk makan malam….dan ini pertama kalinya saya makan sukiyaki…..enak dan segar.
Hiro memang suka memasak, selama dua hari ini saya sudah menikmati masakan Hiro berupa kari, pepes ikan tuna dan sekarang sukiyaki.
Ping-balik: Pohon Randu Pelabuh Rindu | RyNaRi
Indah banget Bu Enny. Melepas kangen pada anak bungsu di kota secantik ini ππ
Indah dan asri mbak…..dan nggak perlu jauh-jauh, hanya sekitar apato
Kebayang jalan santai di tepian sungai Yagyugawa saat sakura mekar…..
Salam sehat ya Ibu, kembali berkunjung bersama Bapak.
Wahh makasih mbak Prih atas doanya
Indahnyaaa… Senang sekali ya Bu..bisa berjalan-jalan di tempat indah bersama orang kesayangan…
Salam sehat, Bu Enny …
Iya Mechta..nunggunya lima tahun. Harus dijadual dengan tepat agar anak menantu siap, saya sendiri nggak sibuk dan sehat.