Jalan favorit turis ambil foto, dengan rainbow bridge di latar belakang.
Jika sempat ke Tokyo, yg merupakan perjalanan panjang naik kereta api (Shinkansen Kodomo) 2 (dua) jam dari Toyohashi, anak bungsuku paling senang ke Odaiba, merupakan tempat yg indah, perpaduan antara alam, pengelolaan lingkungan, teknologi dan kota modern.
Odaiba merupakan pulau yang berasal dari reklamasi sampah, yang tak bisa diolah kembali….bayangkan bisa menjadi tempat yang indah seperti ini.
Narp sudah lama ingin ke Odaiba dengan naik kapal menyusuri Sumida Gawa River yang membelah kota Tokyo. Sayang, selama ini dia hanya sendirian jika pergi ke Odaiba. Kali ini, dia meyakinkan saya dan Hiro untuk naik kapal menuju Odaiba, baru pulangnya naik kereta api. Saat Narp menghubungi Imelda lewat messenger, Imel sempat berkata…”Hati-hati lho, cuaca kurang bagus.” Saya juga agak deg-deg an, karena sejak menginjakkan kaki di Yokohama tadi malam, hujan terus mengguyur Tokyo, sempat reda dan kembali turun gerimis saat kami sampai di Asakusa Temple (Sensouji Asakusa).
Kapal Hotaluna
Namun saya juga penasaran, ingin mencoba merasakan naik kapal dengan pemandangan indah di kiri kanan sungai.
Kapal Hotaluna bersandar di Odaiba Beach Park
Kami melanjutkan perjalanan dari Sensouji Asakusa dengan berjalan kaki, sambil melihat pemandangan, memotret jika ada obyek yang menarik.
Setelah gagal mendapatkan foto Fujisan yang bagus di Fumutoppara, dalam perjalanan Hiro menanyakan mau kemana, pilihannya mau melihat peternakan apa air terjun. Narp cerita ini air terjun paling bagus yang pernah dilihatnya di Jepang, dan lokasinya tak jauh dari jalan mobil sehingga ibu tidak akan capek.
Dari Cabin hotel kami berangkat sekitar jam 9.30 am. Hujan masih mengguyur daerah China town, jadi kami memakai payung menuju stasiun. Cuaca hari ini memang diramalkan mendung, namun cerah setelah tengah hari. Dari Ishikawacho Station, kami naik JR line menuju Tokyo station. Sampai Tokyo station kami mempelajari peta untuk mengetahui lokasi penitipan koper.