Day 1: Amphiteater Panenjoan dan Museum Konservasi Geopark Ciletuh
Bagaimana rasanya jika kita punya impian dan akhirnya terlaksana? Perjalanan ke Geopark Ciletuh ini telah kami impikan sejak 2 (dua) tahun lalu, namun kesibukan masing-masing anggota A678 walau usianya makin bertambah, membuat sulit mencari waktu yang pas. Akhirnya putusan ditentukan oleh Tinoek, yang merupakan motor A678 untuk jalan-jalan, yang kami juluki sebagai Menpar A678. Sayang sekali, tidak semuanya pencinta jalan-jalan ke wisata alam bisa ikut serta.
Sebelumnya telah dipesan oleh teman-teman, bahwa perjalanan ke Ciletuh lumayan berat bagi usia kami, yang rata-rata telah melewati 65 tahun, bahkan ada yang hampir 70 tahun. Namun semangat ingin jalan-jalan bersama sahabat tak menghalangi kami untuk berangkat. Kami janjian pada hari Selasa tanggal 23 Juli 2019 jam 7.00 wib berangkat dari terminal Damri, di depan Botani Square Bogor. Saya berdua Ati yang tinggal di Jakarta, janjian ketemu di Citos jam 5 pagi, kemudian naik taksi ke Bogor. Rombongan kami berjumlah 15 orang.

Syukurlah perjalanan dari Bogor ke Ciletuh lancar karena hari kerja, jam 10.30 wib sudah sampai di pantai Sangrawayang. Panas menyengat, namun pemandangan laut dengan ombak yang berdebur memecah pantai, membuat kami segera membuat foto-foto dengan berbagai gaya. Setelah mengambil beberapa foto, perjalanan dilanjutkan menuju penginapan Bukit SOCA, tempat A678 menginap selama di Ciletuh. Penginapan ini terletak di bukit dengan pemandangan laut yang indah, dengan teluk yang melengkung, dan sawah serta bukit terhampar di sebelah kirinya.

Setelah makan siang dan sholat, kami menuju Amphitheater Panenjoan untuk melihat teater taman wisata bumi yang sungguh memukau. Sayang matahari sedang berada di bukit di hadapan kami, sehingga foto-foto yang kami buat kurang bagus, apalagi hanya menggunakan smarphone. Sebaiknya jika ingin menikmati amphitheater geopark Ciletuh pada pagi hari. Setelah puas menikmati amphitheater Panenjoan, sungguh aslinya benar-benar indah, rasanya terharu bisa sampai di sini dan melihat pemandangan indah ini.

Selanjutnya kami menuju museum Konservasi Geopark Ciletuh, kami kecewa karena museum tutup. Tinoek yang memang aktif di bidang pariwisata dan Berkraf, menelpon beberapa orang dibantu guide yang menemani kami dari Bukit SOCA, tak lama kang Ramelan datang.

Awalnya kang Ramelan agak kagok, namun dengan pertanyaan kami yang beruntun, tak terasa kang Ramelan telah menjawab semua pertanyaan kami, dan kami telah duduk di karpet dua jam lebih untuk berdiskusi, bagaimana awalnya alam Ciletuh yang indah ini diakui oleh Unesco, dan sekarang namanya menjadi Unesco Global Geopark (UGG) Ciletuh- Palabuhan Ratu.

Tinoek ikut menjelaskan, bahwa untuk memenuhi syarat disebut sebagai geopark, ada 3 syarat:
- Geo-diversity
- Bio-diversity
- Cultural-diversity
Kawasan UGG Ciletuh-Palabuhan Ratu meliputi kecamatan Cisolok, Palabuhan Ratu, Simpenan, Waluran, Surade, Ciracap dan Ciemas, merupakan kawasan seluas 126.100 hektar. Keindahan alam UGG Ciletuh-Palabuhan Ratu sangat lengkap, ada lanskap: gunung, air terjun, sawah, ladang dan berujung di muara sungai ke laut (Pikiran Rakyat, 5 Agustus 2019, hal 1 dan 6).
Namun, kita tak boleh langsung bersenang hati, karena UGG CP ini akan dievaluasi lagi, apakah tetap memenuhi syarat disebut sebagai UGG Ciletuh-Pelabuhan Ratu. Unesco mensyaratkan 13 item yang harus terus dipelihara/dipenuhi agar tetap berstatus sebagai taman bumi dunia. Sayangnya ada 2 (dua) item yang masih berat, yaitu: 1) Inventarisasi warisan tak berwujud di kawasan sebaiknya diarahkan kepada cerita rakyat lokal, legenda, kepercayaan, lagu, tarian dan musik lokal/tradisional. 2) Kembangkan nilai kerja sama internasional dan pertukaran pengalaman dalam mempromosikan geologi, alam, nilai-nilai kemanusiaan, dan memperkuat peran geopark dalam pengembangan sosial ekonomi komunitas masyarakat lokal.

Masih berat pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Pemda dan masyarakat kawasan Ciletuh-Palabuhan Ratu, marilah kita ikut mendukung pemeliharaan ini, minimal dengan menjaga kelestarian alam, tak membuang sampah sembarangan jika berkunjung ke UGG Ciletuh-Palabuhan Ratu.
Dari Panenjoan, rombongan kami menuju pantai Palawang. Maksud hati mau menikmati sunset, sayang matahari tertutup awan, jadi akhirnya kami bersenda gurau dan berfoto ria di pantai.