A678-Menyusuri pulau Kunti dengan perahu

Foto dulu sebelum turun ke perahu

Pagi jam 7.00 wib rombongan kami sudah siap, tujuan utama adalah menyusuri pulau Kunti dengan perahu, dan jika memungkinkan bisa menginjakkan kaki di pulau Kunti. Pulau Kunti terletak di teluk Ciletuk,  berbatasan dengan Samudra Hindia.

Pelan-pelan turun ke perahu

Kami menuju dermaga yang sangat sederhana di perkampungan nelayan. Kapasitas perahu maksimal 14 orang, namun kali ini diisi dengan 15 orang, ditambah mas Andri sebagai owner Bukit Soca, yang  bersedia mendampingi rombongan kami sebagai guide.

Agak serem juga saat melalui dermaga sederhana yang bergoyang-goyang jika diinjak, dermaga berupa rakitan dari bambu. Namun semangat untuk bisa menjelajahi pulau Kunti, walau sambil deg-deg an campur penasaran, membuat saya dan teman-teman berjuang menuruni perahu, bahkan ada yang merangkak.

Semangat….merangkakpun dilakoni.

Dan kok ya mas Ical, driver yang menemani kami sejak dari Bogor, yang pendiam dan murah senyum, diam-diam iseng mengambil foto teman yang sedang merangkak ini. Lucu dan seru, jadi kenangan manis yang tak mungkin terlupakan.

Batu punggung naga dari kejauhan

Perahu mulai berjalan pelan, dari perahu terlihat bebatuan beraneka warna dan bentuk di depan pulau Kunti, tegak berdiri terkena benturan ombak. Sayang ombak yang lumayan besar tak memungkinkan perahu kami mendekat. Perjalanan dengan perahu ini dilanjutkan sampai ke Batu Batik, melewati batu punggung naga.

 

Bebatuan dilihat dari perahu

Batu batik dan punggung naga ini merupakan ikon bebatuan purba, termasuk yang dipamerkan di museum Konservasi Geopark Ciletuh.  Di sini ombaknya makin besar,  karena telah mendekati ujung teluk Ciletuh, mungkin juga terpengaruh oleh angin yang datang dari Samudra Hindia.

Gua buntu yang dihuni kelelawar

Perahu kembali ke arah semula, kemudian merapat ke White Sand, namun yang berani turun hanya para bapak-bapak karena bisa pakai celana pendek. Dari perahu terlihat gua buntu dengan jelas, yang banyak dihuni oleh kelelawar.

Ombak menerpa bebatuan di pantai pulau Kunti

Perahu kembali menyusuri pulau Kunti kembali ke Dermaga, perjalanan dengan perahu ini pulang pergi memakan waktu 2 (dua) jam. Sampai di perkampungan nelayan, mata kami tertarik melihat ikan yang dijemur di halaman depan rumah.

 

 

 

Memborong ikan asin

Namanya ibu-ibu, langsung deh menyerbu ke tempat penjualan ikan ini. Ikan yang diperoleh dari nelayan langsung direbus, kemudian dijemur. Harga nya sangat murah,  1 kg ikan tembang harganya Rp.15.000,- sedang harga ebi 1 kg sebesar Rp.35.000,- Masing-masing akhirnya membeli minimal 1 kg ikan kering untuk oleh-oleh ke Jakarta.

Rupanya perjalanan ke Geopark Ciletuh ini sungguh berkesan, kami melanjutkan diskusi melalui Whatsapp Group (WAG), ingin tahu cerita tentang bebatuan purba yang ada di pulau Kunti. Sayang tak semua orang bisa menjelajahi pulau Kunti untuk melihat dan mengabadikan bebatuan purba ini, karena medannya yang sulit.

Ini  komentar Tinoek di WAG, yang berprofesi sebagai Perencana Pariwisata berbasis lingkungan (ecotourisme planner)

Di Geoarea Ciletuh terdapat fosil dan batuan langka sebagai bagian dari situs warisan geologi. Batuan langka tersebut berupa batuan ofiolit dan batuan metamorf yang berumur lebih dari 60 juta tahun serta batuan bancuh (melange), dan fosil numulites yang berumur Eosen. Batuan ofiolit berasal dari kerak samudra yang terdiri atas: Peridotit, Gabro berlapis, dike gabro, plagiogranit, lava basalt berstruktur bantal dan bagian atasnya di tutupi oleh endapan sedimen laut dalam, berupa rijang atau chert.

Sedangkan batuan metamorf adalah batuan yang dihasilkan karena adanya proses tumbukan antara kerak benua dan kerak samudra karena tekanan dan temperatur yang tinggi, batuannya terdiri atas: sekis mika, sekis hijau, amfibolit, dan serpentinit, serta batuan sedimen terdiri atas batupasir kuarsa di bagian atas serta batuan bancuh di bagian bawah. Batuan  sedimen ini kemudian dikenal sebagai Formasi Ciletuh.

Lokasi yang paling ideal untuk melihat berbagai jenis batuan langka ini adalah di kawasan Gunung Badak hingga pesisir selatan Pulau Kunti, Kompleks Batu Naga di dekat pantai Batununggul, Sodong Parat di dekat pantai Cikepuh, serta kawasan Gunung Beas, Tegal Pamindangan, Tegal Sabuk, Keusik Luhur, Sungai Cikepuh, Sungai Cikopo dan Citirem. Di kawasan Gunung Badak dapat di jumpai batuan peridotit, gabro, serpentinit, lava bantal, melange, dan fosil nummullites.

Sedangkan di komplek batu naga dapat dijumpai lokasi tipe batuan sedimen Formasi Ciletuh yang sebagian telah terkekarkan karena pengaruh tektonik, kekar-kekarnya kemudian diisi oleh kuarsa dan karbonat sehingga membentuk pola tertentu dan kemudian mengalami proses oksidasi sehingga berwarna kuning kecoklatan hingga merah tua sehingga menghasilkan pola yang indah. Batuan di komplek ini oleh penduduk lokal di kenal sebagai batu batik.

Kawasan Gunung Beas, merupakan tempat yang paling ideal untuk melihat dan mempelajari batuan peridotit yang berasal dari lapisan paling atas mantel bumi. Tempat ini juga memiliki bentuk bukit morfologi yang khas dimana hanya tumbuhan berupa rerumputan yang hidup di atasnya, karena lapisan tanah penutupnya sangat tipis dan kaya akan unsur ferro (Fe) dan magnesium (Mg). Sementara daerah Sungai Cikepuh dan Sodong Parat, merupakan singkapan terbaik untuk mempelajari batuan kerak samudra gabro, plagiogranit dan batuan metamorfik amfibolit dan serpentin yang terjadi karena proses tumbukan”.

 

 

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s