Membaca facebook nya Retty N. Hakim, blogger yang saya kenal sejak ada kopdar dengan Imelda Coutrier, selama ini saya hanya saling sapa melalui facebook. Retty rajin cerita kegiatan nya, dia menulis tentang adanya rencana menulis buku. Saya mengirim WA ke Retty yang langsung dibalas, bahkan Retty mengundang saya ikut gabung di Webinar yang diadakan oleh penerbit Diomedia, pada hari Jumat tanggal 23 Juli 2021, dari jam 19.30 sampai dengan 21.00 wib. Saya juga diundang untuk ikut grup WA yang anggotanya para penulis yang tergabung dalam Diomedia.

Wahh …padahal saya baru sekali menulis buku antologi berjudul “Titip Rindu Untuk Ayah”, jadi apalah pengalaman saya. Tapi akhirnya saya banyak mengobrol dengan mas Diyo yang merupakan editor buku dan pemilik Diomedia. Jadilah saya bertukar kabar dengan mas Diyo, dan dari obrolan ini, mas Diyo mendorong saya untuk ikut menulis buku.
Menurutku menarik cara mas Diyo mendorong dan memotivasi orang untuk menulis buku. ” Cukup lima lembar saja, mbak. Kan mbak Enny sudah sering nulis di blog, nanti dibantu koreksinya.” Kebetulan Diomedia berencana menerbitkan “Memoar Hero“, yaitu sebuah buku antologi, yang terdiri dari tulisan beberapa penulis, yang menceritakan siapa menurutnya yang menjadi pahlawan nya, yang mendorong sampai kita berada di titik ini. Hero ini bisa berupa ayah, paman, sahabat, atasan, tapi merupakan orang yang berperan dalam pencapaian kita sampai saat ini. Saya bertanya kapan jadual tulisan paling lambat harus sudah dikirim, mas Diyo mengatakan tanggal 25 Juli 2021.

Saya merenung, sambil memikirkan siapa ya dari sekelilingku yang selama ini membuatku termotivasi sampai saat ini. Karena saya tahu, saya bukan tipe yang ambisius, menjalani hari ke hari hanya seperti air mengalir, namun jika dikasih tugas, saya berusaha semaksimal mungkin. Bahkan sebetulnya, yang tahu kemampuan saya adalah para atasanku, karena beliaulah, saya bisa didorong sampai seperti ini, termasuk juga peran suami. Namun, peran teman terdekat, juga sangat penting, teman tempat saya berbagi, teman dimana saya bisa nangis bersama, cekikikan bersama, kadang juga berdebat sampai keras, yang jika orang melihatnya dianggap kami sedang berantem.


Mas Diyo juga mengatakan, yang penting tulis dulu mbak, nanti saya bantu mengedit nya. Bulan depan Diomedia berencana mau membuat memoar pewarta warga, maksudnya apa yang kita lihat sehari-hari di sekeliling kita, atau pengalaman kita sebagai blogger dan anggota masyarakat, yang menarik dan bisa ditulis sehingga bisa dibuat tulisan untuk berbagi pengalaman dengan orang lain.
Dan pada hari Jumat malam, saya ikut webinar melalui google meet, pengalaman pertama saya ikut diskusi aktif bersama penulis. Walau sering diundang untuk hadir pada launching buku, tapi ini pengalaman pertama bagi saya berbagi cerita dengan para penulis. Ada tiga pembicara yang telah menerbitkan buku cerita anak, yaitu: 1. Mbak Erlita Monika (buku nya Ozzy dan Buntal Pergi Berkemah), 2. Mbak Victoria Dian Ginting (bukunya Bubu bersama Jo dan Ori), 3. Mbak Eko Marini (bukunya Rahasia Jojo sang Juara). Mereka bertiga bergantian presentasi dengan moderator mbak Novi Febrianti, bagaimana cara mendapatkan ide tulisan, bagaimana cara memotivasi diri sendiri untuk terus menulis, dan yang sangat menarik…mereka berbagi tip dan pengalaman bagaimana mendidik anak untuk senang membaca. Kapan sebaiknya ibu mulai mengajarkan anak membaca, dengan mendongeng, dan ternyata sejak bayi dalam kandungan, ibu sudah bisa mulai mendongeng untuk bayinya. Kebetulan tanggal 23 Juli bertepatan dengan “Hari Anak Nasional” jadi webinar ini benar-benar tepat waktunya.

Acara diskusi dan tanya jawab selesai sekitar jam 21.17 wib, masih ada 6 (enam) orang termasuk mas Diyo yang masih melanjutkan acara mengobrol, antara lain mbak Iriani. Kami mengobrol bagaimana agar berani menulis, karena penyakit umum saat setelah selesai menulis adalah ada keragu-raguan di hati apa tulisanku bagus? Apa nggak ecek-ecek? Apa nggak diketawakan oleh orang lain. Di sini mas Diyo berperan mendorong kami untuk berani menulis, diawali dengan tulisan singkat 3 lembar, paling tidak kita berani cerita dalam tulisan.
Obrolan kami berakhir jam 22.00 wib, dan setelah mengucapkan salam perpisahan, masing-masing mengundurkan diri. Mas Diyo berjanji agar mengirimkan bahan presentasi tadi ke WAG. Dan hasil foto-foto ini adalah kiriman mas Diyo, saya saking semangatnya malah lupa memotret.