Cerita ini terjadi tiga tahun lalu, pernah saya tulis di facebook.
Pagi ini dengan santai saya naik MRT dari stasiun Cipete Raya, karena petugas bilang perjalanan MRT normal sampai bundaran Hotel Indonesia (HI). Mendekati stasiun bundaran HI, Enny H., teman yang bekerja di BPPT posting di WAG menjawab pertanyaanku…”Thamrin jik ditutup”.
Turun di stasiun bundaran HI, saya langsung menghampiri petugas, yang menyarankan jalan kaki ke Sarinah, karena biasanya banyak taksi lewat belakang Sarinah. Sampai sepuluh taksi lewat selalu ada penumpang, begitu pula dengan bajaj. Saya mulai jalan lagi, siapa tahu di jl. Sabang dekat Foto “Djakarta” ada bajaj lewat.
Tidak lama ada taksi lewat, penumpangnya seorang ibu membuka jendela, memanggil saya. ” Naik sini bu, sebentar lagi saya sampai kok”. Alhamdulillah…rupanya kantor ibu itu di jl Sabang….
Pak sopir bilang, .. “Bu nanti ada kemungkinan jalannya muter-muter ya.”
“Nggak apa-apa pak,” jawab saya.
Dari stasiun Gambir ternyata jalan Merdeka Utara dibuka, kami muter lewat depan gedung Mahkamah Agung terus belok ke jl. Veteran 1. Ternyata di ujung jl Veteran 1 yang menuju jl. Veteran, ditutup kawat berduri. Saya pikir pejalan kaki bisa lewat….ternyata nggak bisa.
Saya melihat ke halaman hotel Sriwijaya, siapa tahu ada jalan butulan….ternyata nggak ada. Duhh masak harus muter lagi….Kira-kira sepuluh meter di depan ada mobil berhenti, ada dua orang TNI AD turun. Saya langsung mendekat.
“Pak, bapak kantornya di jl Veteran ya?”.
“Iya bu, ada apa?”
“Saya mau ikut pak, bapak lewat mana jalannya ditutup kawat berduri.”
” Itu ada jembatan bu, tapi licin, harus hati-hati.”
“Saya ikut bapak ya”



Jadilah saya jalan bareng pak Didi (asli Cirebon) dan pak Baperim (dari Palembang). Pak Baperim pegang tangan saya, memandu melewati jembatan dari tiga pipa yg licin, dan pak Didi di belakang saya. Sampai di ujung jembatan ada mbak2 nanya, kalau nyebrang jembatan itu, apa bisa sampai ke Monas.
” Bisa mbak, tapi hati-hati ya karena licin.”
Saya berjalan ke tempat kerja sambil ngobrol dengan pak Didi dan pak Baperim. Kami berpisah, di depan kantor pak Didi. Setelah mengucapkan terima kasih saya melanjutkan jalan ke arah Gedung Dana Pensiun BRI….dan diujung jalan dipasang kawat berduri. Jadi saya masuk dulu ke kantor cabang BRI Veteran, baru bisa ke arah Dana Pensiun BRI.
Alhamdulillah…lega sekali….untuk pulangnya pak Didi n pak Baperim menyarankan naik KRL saja agar lebih nyaman. Si sulung menyarankan untuk turun di stasiun Kalibata, karena biasanya di depan stasiun ada taksi Blue Bird.
Pulang dari kantor saya naik KRL menuju stasiun Kalibata. Menunggu taksi di depan Mal Kalibata lumayan lama, dan perjalanan ke rumah 3 (tiga) jam…duhh sudah sampai Bandung ini. Mungkin imbas beberapa jalan ditutup, jadi macet dimana-mana. Pembelajarannya, hidup di Jakarta harus siap dengan segala kemungkinan yang terjadi.