Pindah Kost

Bogor nyaris tiap hari hujan. Sebetulnya kuliah di TP 1 (Tingkat Persiapan Pertama), hanya ada 6 (enam) mata kuliah. Tapi kalau mata kuliahnya tidak ada praktikum, selalu ada responsi. Praktis tiap hari masuk jam 7 sd 12.00 wib. Istirahat, kembali lagi jam 14.00 untuk praktikum.

Jarak dari kampus Baranangsiang ke daerah Sempur lumayan jauh, apalagi tidak dilewati bemo. Seringkali pulang praktikum, hujan, melalui jl. Otista (sekarang jl. Pajajaran) yang kiri kanannya pohon besar dan tajuknya rapat serta melengkung, berbatasan dengan Kebun Raya, membuat suasana tambah seram. Ditambah suara burung, terutama burung kelelawar yang jumlahnya ribuan dan rumahnya di pohon-pohon tua di Kebun Raya. Kondisi ini, ditambah bapak kost yang sering kawatir kalau saya pulang telat, membuat makin tidak nyaman. Setelah cari-cari info, ada tempat kost kosong di jl. Rumah Sakit II, persis di sebelah kampus IPB Baranangsiang. Bapak kost, om Hidir, mengajar di IPB sebagai dosen di Departemen Hama & Penyakit Tanaman.

Lanjutkan membaca “Pindah Kost”
Iklan

Harapan yang tak pernah padam

Mbak Sri hanyalah seorang pegawai rendahan. Pekerjaannya adalah bagian penataan arsip, sehingga setiap kali Rita akan berhubungan dengan mbak Sri, jika ingin meminjam manual perkreditan, serta peraturan lainnya. Sebagai seorang trainee, maka Rita harus mempelajari seluruh operasional Kantor Cabang, termasuk membantu mengelem amplop. Entah kenapa, saat itu amplop surat dibuat sendiri, dan hanya berupa lembaran yang sudah tercetak logo dan alamat Kantor, selanjutnya harus di lem di kiri kanannya. Selain itu, mbak Sri harus mengarsip bukti transaksi yang ribuan jumlahnya setiap hari, mengelemnya harus hati-hati, karena ini nantinya bisa dijadikan alat bukti jika ada perkara di pengadilan…jadi yang di lem hanya ujungnya saja…dan ditempel dalam suatu buku besar.

Lanjutkan membaca “Harapan yang tak pernah padam”

Pak tua

Account Officer (AO) Senior yang berada di Kantor Cabang tempat Rita job training ada enam orang, dan semuanya laki-laki…ada yang masih muda, ada yang sudah setengah umur….dan gosipnya berbini dua. Betapapun, Rita harus dekat dengan para AO ini, agar dia bisa memahami pelaksanaan operasional perkreditan dilapangan, bagaimana para AO memasarkan pinjaman, atau bagaimana cara penyelamatannya jika pinjaman menjadi bermasalah. Agar para isteri AO tidak cemburu, saat arisan yang juga dihadiri isteri Pimpinan Cabang, maka Rita minta ijin untuk menjelaskan tugasnya, dan mohon bantuan agar para isteri tak keberatan jika Rita berboncengan dengan suaminya. Boncengan sepeda motor? Tentu saja, lha untuk memahami perkreditan maka Rita harus belajar dari kredit yang paling kecil, dan tentu saja untuk kredit kecil seperti ini, AO dibekali sepeda motor dinas. Lha kalau pakai mobil, nasabah yang usahanya masih kecil itu akan ketakutan duluan.

Lanjutkan membaca “Pak tua”

Bos besar

Rita mengawali hari dengan bahagia, betapa tidak, akhirnya dia mendapat panggilan untuk diterima bekerja di sebuah Bank. Hatinya berbunga-bunga, dan hati berdebar, apakah saya bisa mengikuti pelajaran? Maklum, pendidikan Rita bukan berlatar belakang ekonomi, ilmu yang memang dianggap sesuai untuk bekerja di Bank. Rita sibuk menghitung dengan jarinya, berapa orang ya yang bukan berasal dari ekonomi?

Lanjutkan membaca “Bos besar”