Pekanbaru selayang pandang

Sabtu, 1 Februari 2020.

Rasanya pengin makan banyak….kalau nggak ingat kolesterol

Rasanya belum afdol jika kunjungan ke Pekanbaru tanpa mampir ke Pasar Bawah. Jadi begitu ada kesempatan, kami mampir ke Pondok Durian di depan hotel Pangeran. Wahh bahaya nihh….tapi durian Riau begitu menggiurkan. Akhirnyaaa….tergoda juga, walau nggak boleh makan banyak.

Dari sini, mas Adri ngedrop kami di hotel Novotel, untuk mengantar Ian ke bandara, kemudian balik lagi menjemput ke hotel. Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore….wahh masih buka nggak ya pasarnya.

 

Berbagai jenis ikan kering di Pasar Bawah

Rupanya nggak sampai sepuluh menit sudah sampai ke Pasar Bawah. Karena tinggal punya waktu satu jam, saya dan bu Gayatri langsung menuju toko yang setahun lalu kami kunjungi. Saya ingin beli sarung khas Riau sesuai pesanan suami, sarungnya tidak berat, malah terkesan tipis (tidak nrawang) tapi panjang dan lebar, enak dipakai untuk sholat.

Setelah beli barang sesuai yang kami inginkan, kami langsung turun tangga menuju penjual berbagai ikan kering. Ternyata pembeli masih lumayan ramai. Teman saya membeli berbagai macam ikan kering untuk oleh-oleh, saya nanti ikut makan saja pas ke rumah nya, karena si mbak yang ikut teman ini pintar memasak. Saya hanya membeli ikan jambal dan teri Medan.

Pasar makin sepi, jadi kami menuju ke luar, menelpon mas Adri untuk menjemput di tempat yang disepakati, karena tadi tempat parkir penuh, jadi mas Adri hanya ngedrop. Pulang nya mampir dulu ke restoran “Garuda” untuk membeli nasi dan lauk pauk nya guna dimakan di hotel, biar nggak keluar lagi. Di RM Garuda ketemu awak kabin pesawat BA (pramugari) yg juga membeli makanan untuk makan malam.

Kami langsung menuju hotel, langsung membuka belanjaan dan disusun di koper…. terpaksa buka tas tambahan agar barang belanjaan muat. Khusus belanja ikan asin, langsung dipacking cantik oleh mbak nya. Terimakasih mbak…wahh bisa jadi langganan kalau sempat ke Riau lagi.

Minggu, 2022020

Karena sudah sempat ke Pasar Bawah kemarin, hari ini kami santai muter-muter di kota Pekanbaru dulu, sebelum menuju bandara Syarif Kasim II untuk kembali ke Jakarta.

Depan masjid An Nur, Pekanbaru

Biasanya kami selalu mencoba mampir ke masjid terbesar di kota yang kami kunjungi. Jadi pertama-tama kami menuju masjid An Nur, masjidnya indah …. dan warna hijau nya khas Melayu.

Kebetulan saya dan bu Gayatri sengaja membawa kain batik, bu Gayatri pakai sarung Palembang dan saya pakai kain batik Bogor.

Ternyata menjadi paduan warna yang indah untuk foto dengan latar belakang masjid An Nur.

Depan Kantor Gubernur Riau Kepri

Selanjutnya kami menuju kantor Gubernur Riau Kepri, bangunan nya khas Melayu.

Puas foto di sini, perjalanan dilanjutkan menuju bandara, dan melewati Universitas Islam Riau.

 

Depan Universitas Islam Riau

Seperti biasa, kami sengaja mampir melihat-lihat universitas yang ada di kota yang kami kunjungi. Jika sebelumnya kami pernah mengunjungi Universitas Riau, maka kali ini kami memutari Universitas Islam Riau, atau dikenal dengan UIR.

Foto bersama pak Satpam yang sedang jaga dan CS. Foto by bu Gayatri.

Dalam perjalanan menuju bandara, kami melewati Gedung Kantor Wilayah BRI Riau. Sebagai alumni BRI, tentu kami ingin mampir, walau cuma mampir ke ATM untuk ambil uang. Saya mengajak pak Satpam dan mbak CS untuk foto di depan gedung Kanwil BRI Pekanbaru.

Ternyata kami kepagian datang di bandara,  check in baru dibuka dua jam sebelum jam keberangkatan. Kami disarankan ketemu Customer Service Garuda jika ingin lebih maju jam berangkatnya….syukurlah akhirnya jam keberangkatan yang seharusnya jam 13.00 wib, bisa dimajukan jam 11.00 wib.

Untuk foto-foto sambil memakai kain panjang, terimakasih pak Ken, yang telah memotret dan menemani kami keliling kota Pekanbaru.

Catatan:

Agak telah nih meng uploadnya, padahal sudah ditulis di facebook dan tinggal memindahkan.

Iklan

Bogor Heritage Trail: Tepas Lawang Salapan

 

Tepas Lawang Salapan dan tugu Kujang di belakang nya.

Apabila anda memasuki kota Bogor dari arah pintu tol di depan terminal bis Barangsiang, akan menjumpai bangunan dengan pilar putih di dekat Tugu Kujang, persis bersebelahan dengan Kebun Raya Bogor.

Lawang salapan artinya gerbang sembilan. Tepas Lawang Salapan adalah beranda yang memiliki sembilan pintu.

Lanjutkan membaca “Bogor Heritage Trail: Tepas Lawang Salapan”

Bogor Heritage Trail: Berkunjung ke Klenteng Phan Ko Bio (Vihara Mahabrahma)

Pintu masuk Vihara Mahabrahma.

Saat orde baru, nama Klenteng tidak diperbolehkan, sehingga klenteng Phan Ko Bio yang usianya sudah ratusan tahun ini, diubah menjadi Vihara Mahabrahma. Lokasi Vihara Maha Brahma terletak di tengah Pulo Geulis. Suasana toleransi antar umat beragama sangat terasa di Vihara ini.

Lanjutkan membaca “Bogor Heritage Trail: Berkunjung ke Klenteng Phan Ko Bio (Vihara Mahabrahma)”

Bogor Heritage Trail: Pulo Geulis, Pulau di tengah sungai Ciliwung

Kepadatan penduduk di Pulo Geulis (foto diambil dari rumah kang Lili Hambali, pembuat barongsai di Bogor).

Pulo Geulis adalah nama sebuah pulau kecil di tengah sungai Ciliwung, di kota Bogor. Terletak di kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah.

Sebetulnya bukan pulau dalam arti seperti yang kita bayangkan, serta bukan delta di muara sungai. Pulo Geulis terbentuk karena aliran sungai Cilwung terbelah, kemudian menyatu kembali, membentuk daerah daratan yang mirip pulau dengan wilayah sekitar 3,5 ha (Wikipedia).

Lanjutkan membaca “Bogor Heritage Trail: Pulo Geulis, Pulau di tengah sungai Ciliwung”

Bogor Heritage Trail: Kang Lili Hambali, perajin Barongsai di Bogor

Gang menuju jalan Roda, keramik sudah diganti, sayang kurang bersih dan bau.

Dari Vihara Dhanagun, perjalanan kami dilanjutkan dengan menyusuri jl. Suryakancana, melewati Plaza Bogor. Bunda Rini berhenti sebentar di depan Plaza untuk membeli Pocari Sweat, agar kami kuat berjalan.

Kami harus hati-hati menyusuri trotoar yang sedang dalam proses pembangunan, karena masih banyak lubang yang belum ditutup.  Kami berjalan santai sambil mendengarkan cerita kang Mardi, yang sangat mengenal riwayat kaum peranakan di Bogor.

Lanjutkan membaca “Bogor Heritage Trail: Kang Lili Hambali, perajin Barongsai di Bogor”

Bogor Heritage Trail: Blusukan di Pecinan dan Kota Tua Bogor

Depan Vihara Dhanagun

Acara blusukan A678 ke daerah Pecinan dan Kota Tua di Bogor ini telah diagendakan sejak 3 (tiga) minggu lalu. Awalnya yang ikut lumayan banyak, namun pada detik terakhir beberapa mengundurkan diri karena ada tugas mendadak, jatuh sakit dll.  Apa boleh buat, akhirnya hanya 5 orang yang bisa, itupun Iswandi cuma ikut di awal acara, karena harus pergi ke daerah Jasinga.

Lanjutkan membaca “Bogor Heritage Trail: Blusukan di Pecinan dan Kota Tua Bogor”

Akhirnya …. kembali ke Tanah Air

Pagi yang indah

Sabtu, 5 Oktober 2019.

Saya tidur nyenyak, dini hari terbangun untuk menunaikan kewajiban. Setelah sholat, saya segera mandi dan mulai membereskan koper. Rasanya semangat karena mau kembali ke tanah air.  Saya turun menuju resto untuk sarapan pagi. Cuaca cerah, matahari bersinar terang … indah sekali terkena air laut di belakang hotel Comfort (saya langsung mengambil foto dari balik jendela). Lanjutkan membaca “Akhirnya …. kembali ke Tanah Air”

Tersesat sampai Kowa

Jumat, 4 September 2019

Pesawat yang akan membawa saya kembali ke Jakarta, direncanakan take off jam 10 pagi hari,  Sabtu tanggal 5 September 2019. Berhubung perjalanan dari Toyohashi ke bandara cukup jauh, apalagi saya harus membawa koper dan naik kereta api sendirian, maka diputuskan saya menginap di hotel dekat bandara sehari sebelumnya.  Pagi hari saya puas-puaskan menggendong dan bermain dengan baby D, karena siangnya saya sudah harus berangkat naik kereta api dari Toyohashi ke Chubu int’l airport. Hari ini waktu anakku kontrol ke dokter kandungan, jadi Hiro dan anakku beserta baby D mengantar sampai stasiun Toyohashi, kemudian melanjutkan perjalanan ke Rumah Sakit Kota Toyohashi. Sebelum berpisah, kami foto dulu di depan apato Hiro dan Ani…sayang baby D tidur nyenyak.

Lanjutkan membaca “Tersesat sampai Kowa”

Latihan beli tiket lewat mesin

Selasa, 1 Oktober 2019

Kereta memasuki stasiun Yagyubashi

Hidup di negara serba mesin ini, memang harus belajar menggunakan nya untuk mempermudah transaksi. Konyolnya, saya lupa saat latihan naik kereta api dari YagyubashiShintoyohashi-Stasiun ToyohashiJingu MaeChubu int’l airport. Beli karcis di stasiun Toyohashi ke Chubu Int’l Airport, selain menggunakan mesin, masih ada petugas yang melayani. Selama di Jepang ini, saya dibekali kartu oleh Ani, tinggal di tap di mesin, sehingga tidak perlu beli karcis lagi.

Lanjutkan membaca “Latihan beli tiket lewat mesin”

Apita Mal

Pertama ke Apita Mal setahun yang lalu, saat itu waktu kunjungan saya ke Jepang hanya 9 (sembilan) hari, juga saat itu awal bulan September,  saat cuaca di Toyohashi masih panas. Saat itu di Mal Apita sedang  berlangsung diskon besar-besar an, karena akhir September sudah mulai musim gugur. Anakku bilang, “Ibu, daster di Apita bagus-bagus dan murah.” Jadi akhirnya ke Apita jalan-jalan dan ujungnya beli daster. Saat itu ke Apita bersama Ani naik mobil, namun kali ini saya harus berjalan kaki, karena tentu saja Ani sibuk dengan bayinya.

Lanjutkan membaca “Apita Mal”