A678 Plus di Pancar Garden, Sentul

Rencananya kami akan sholat Dhuhur di Upper Clift. Ternyata pengunjung di resto Upper Clift semakin siang makin ramai, sehingga mushola penuh dan harus antri. Kung Son ingin langsung pulang ke Bogor dan sholat di rumah. Hudaya harus mengejar waktu karena ada acara berikutnya.

Saya melihat jam tangan, waktu masih panjang untuk sholat Duhur. Tati usul, bagaimana jika mencoba mengunjungi resto lain, siapa tahu musholanya tidak terlalu padat.

“Hanya sekitar 10 menit naik mobil kok dari sini,” kata Tati.

Kung Son yang tadinya mau langsung pulang ke Bogor, mendengar hanya 10 menit menuju tujuan berikutnya, setuju untuk ikut serta. Mungkin juga masih kangen mengobrol, maklum pandemi ini membuat kami tidak bisa berkumpul, dan setelah pandemi, mengingat usia kami, acara berkumpul tidak sesering dulu.

Pancar Garden

Kami langsung menuju resor Pancar Garden, yang lokasinya tidak jauh dari Upper Clift. Begitu sampai Pancar Garden, saya beserta Ati dan Ada, segera menuju mushola. Syukurlah masih ada tempat, kami cepat-cepat wudhu dan sholat Duhur. Selesai sholat kami menuju resepsionis, dan diberi tahu bahwa teman-teman ada di lantai dua. Resto ini indah, memang tidak seluas resto sebelumnya.

Latar Belakang Gunung Pancar
Bertemu Wiwien

Di lantai dua terlihat gunung pancar lebih jelas, dan saya surprised saat ada seseorang yang menegur saya. Rupanya Wiwien, junior saya di kantor sebelum saya pensiun. Saya senang dia masih mengingat saya, dan setelah dekat saya langsung mengingat wajahnya.

“Ibu tidak berubah,” kata Wiwien.

“Wiwien juga tidak berubah, dulu angkatan CS (Calon Staf) berapa?” tanya saya.

“CS 14 bu, satu angkatan dengan pak Kuswiyoto,”jawab Wiwien. Pak Kuswiyoto ini angkatan Wiwien yang menjadi Direktur di perusahaan kami.

Kami mengobrol, kemudian saya memanggil Nia, mengenalkan Wiwien dengan Nia, yang sama-sama pernah bekerja di perusahaan yang sama. Kami akhirnya foto bertiga untuk kenangan.

Foto bersama A678++ di Pancar Garden

Kami asyik mengobrol, rasanya betah sekali. Saya memesan jus jambu, karena perut juga masih kenyang. Cuaca menjelang sore semakin sejuk. Namun waktu jua yang membuat kami harus segera berpisah. Sebelumnya kami foto dulu secara bersama dengan latar belakang Gunung Pancar. Saat kembali pulang, di jalan menurun ke lantai satu, kami berfoto lagi di depan maskot Pancar Garden.

Nikmatnya duduk-duduk menunggu sore
Bersantai bersama sahabat

Di lantai satu, kami tertarik melihat kursi di taman, membayangkan pasti menyenangkan duduk-duduk di sini sambil ngopi di sore hari. Beberapa dari kami yang masih semangat berfoto lagi, yang lain mungkin sudah bosen, jadi hanya sebagai fotografer saja. Akhirnya kami berpamitan, saling mendoakan agar tetap sehat dan punya kesempatan untuk bertemu lagi.

Pemandangan belakang Pancar Garden

Kami pulang bersama rombongan masing-masing. Saya, Ati dan Alda, kembali nebeng bunda Rini sampai Citos. Di perjalanan terasa sepi, mungkin masing-masing sudah lelah. Hujan deras mengguyur, syukurlah saat di Sentul cuaca cerah sehingga kami bisa menikmati bersama teman-teman. Sampai Citos saya dan Ati tidak langsung pulang, namun mampir ke toko “Tous Les Jours” untuk membeli roti buat Ara. Hujan yang deras membuat jalanan macet, tapi hati riang tetap membuat saya bisa menikmati kemacetan ini.

Tinggalkan komentar