Keseimbangan

Di dalam kehidupan sehari-hari diperlukan keseimbangan,  karena setiap kali keseimbangan tersebut berubah. Bagaimana kita menyikapi perubahan keseimbangan tersebut? Orang yang mudah beradaptasi dalam setiap perubahan, adalah orang yang tidak mudah stres, karena bagaimanapun setiap saat ada perubahan.

Akhir-akhir ini kita dipaksa untuk beradaptasi terhadap gaya hidup yang baru. Jika awalnya saya memperkirakan virus covid 19 ini bisa segera diatasi, namun dari berbagai pendapat, kita harus siap bahwa kondisi ini masih akan bertahan lama. Kemungkinan serangan virus mereda setelah ditemukannya vaksin, dan semoga perkiraan tersebut benar, namun akibat yang ditimbulkannya masih akan memakan waktu cukup lama.

Di sisi lain, kita bisa melihat bahwa orang menjadi terbiasa mengikuti gaya hidup saat ini, memakai masker, menjaga jarak, sering mencuci tangan pakai air dan sabun. Tapi, bagaimanapun, manusia adalah makhluk sosial, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang ditetapkan sejak akhir Maret 2020 masih berlangsung sampai saat ini, walaupun sudah dikatakan PSBB transisi namun Mal masih sepi. Orang masih bertahan hanya belanja seperlunya, karena belum tahu pasti kapan kondisi ini akan berakhir.

Sebetulnya yang perlu diperhatikan adalah bagaimana agar anak-anak kita tidak kehilangan masa bermainnya. Diakui, pandemi ini membatasi mereka ketemu teman-teman nya, sekolah tutup, mereka belajar menggunakan zoom, sedangkan usia mereka sedang senang-senang nya melakukan eksplorasi. Di satu sisi mereka anak yang mudah beradaptasi menggunakan sarana digital, cepat sekali belajar menggunakan gadget. Agar anaknya tetap bisa mengobrol dengan teman-teman nya,  cucuku diperbolehkan menggunakan hape dan membuat WA grup, dengan syarat jam pemakaian HP dibatasi, serta HP tidak diberi password sehingga mama bisa sewaktu-waktu memonitor hasil percakapan di WAG.

Awalnya terkaget-kaget melihat hasil chat anak-anak itu, karena mereka juga berdebat keras di WAG. Terpaksa pelan-pelan mama mesti mengajarkan tentang bagaimana etika dalam menulis di WAG, etika memberi komentar, juga etika saat sekolah melalui zoom. Agar anak-anak tetap semangat, saat sekolah mereka tetap memakai seragam sekolah, saat melakukan diskusi melalui zoom.

Dan yang membuat saya terkaget-kaget, kemarin cucuku bertanya sama ayahnya….”Kok temanku heboh tentang Biden dan Trump? Siapa itu babe?” Terpaksa sang ayah menjelaskan bahwa saat ini sedang ada pemilihan presiden di Amerika dan calonnya adalah  Joe Biden melawan Donald Trump. Dan pembahasan menjadi melebar untuk menjelaskan sistem pemerintahan. Ada yang menggunakan kepala pemerintahan berupa Presiden, Kanselir, Perdana Menteri, Kerajaan dan lain-lain.

Ternyata karena dipaksa lebih banyak menggunakan media sosial, pengetahuan anak tentang dunia lain di luar Indonesia juga berkembang. Dan kemarin cucuku cerita…”Yangti, aku ingin membuat kenangan sekolah selama masa pandemi ini. Kan sebentar lagi sudah mau setahun, biar nanti ada kenangannya.”  Tak terasa memang anak-anak telah sekolah dari rumah hampir 9 bulan. Dan saya surprised melihat hasil desain kenangan anak kelas IV SD, yang dibuat dengan menggunakan power point.

Guru dipaksa juga lebih kreatif dalam memberi tugas pada anak-anak, agar anak-anak tetap sibuk dan tidak bosan. Memang tidak semua bisa dilaksanakan secara online, untuk kursus renang, taekwondo, drumb band terpaksa libur sementara. Kursus piano masih bisa dilakukan secara online, walau memang tidak optimal. Terpaksa ayahnya ikut membantu memberi contoh dulu jika mendapatkan lagu baru, karena jika mendengarkan melalui online tidak selalu jelas.