Jika besan beda bangsa

Saat si bungsu memberitahu bahwa dia ingin menikah dengan pilihan hatinya, seorang Warga Negara Jepang, saya sudah membayangkan bagaimana ribetnya. Pengurusan dokumen nya saja memakan waktu nyaris tiga minggu. Akhirnya karena kesibukan kedua calon mempelai, diputuskan untuk melakukan akad nikah di Tokyo.

Selanjutnya di Indonesia tinggal diadakan acara syukuran, dengan demikian diharapkan masalah sudah jauh berkurang. Tenyata ibu pengantin laki-laki vegetarian, dan mengingat pengalaman anaknya (saat itu belum menjadi suami si bungsu) pernah pingsan dan dibawa ke rumah sakit setelah makan sate di blok M, saya nggak berani main-main. Jadilah saya menyiapkan rice cooker, beras Jepang, dan stock makanan Jepang yang siap di masak. Kami memesan kamar di S Apartement, yang kamarnya dilengkapi dengan dapur mini, dan microwave.

Lanjutkan membaca “Jika besan beda bangsa”

Frante

Tugas pertama saat mengunjungi rumah si bungsu adalah dikenalkan aturan main di rumahnya. Maklum Jepang dikenal dengan aturan yang harus diikuti. Pertama adalah bagaimana meletakkan sampah pada tempatnya. Di rumah si bungsu ada 4 (jenis) tempat sampah, dimana kami tidak boleh salah dalam menempatkan sampah sesuai aturannya. Bahkan cara mencuci peralatan rumah tangga juga ada aturannya. Cara menggunakan kamar mandi, toilet dan peralatan dapur. Untungnya saya sudah memberi tahu suami dan si sulung tentang kondisi ini, agar yang punya rumah dan tamu sama-sama nyaman.

Lanjutkan membaca “Frante”

Rumah-rumah di sekitar Azumada

Sebetulnya saya penasaran melihat desain rumah di perumahan sekitar tempat tinggal si bungsu. Sebelum si bungsu pindah ke rumah di daerah ini, tempat tinggal sebelumnya berupa apartemen (apato), yang terletak di daerah Riverside, persis di pinggir sungai Yagyugawa. Daerah sekelilingnya banyak berupa apato, juga perumahan yang tertata rapih, serta dekat dengan supermarket yang besar.

Saat pertama kali datang di rumah si bungsu, saya melihat kompleks perumahan ini ada rumah kuno yang bercampur dengan rumah modern yang banyak dihuni keluarga pasangan muda. Saat saya diajak keliling naik mobil sambil mendengarkan si bungsu bercerita, saya sungguh menikmati perjalanan ini. Ada rumah kuno, yang masih ada lambang keluarga di dinding depan rumah. Bahkan saat melewati jalan kecil dari Azumada ke wilayah selatan, ada rumah yang dindingnya ada catatan silsilah keluarganya. Sayang saya hanya melihat dari jendela mobil, saya juga tidak berani memotret, maklum di Jepang privasi sangat dijaga sehingga tidak berani sembarangan memotret.

Lanjutkan membaca “Rumah-rumah di sekitar Azumada”

Kartu Pos untuk Saras

Pertanyaan mbak @retty67 di salah satu postinganku di FB, membuat saya dan sulungku mempunyai ide kirim kartu pos dari Toyohashi ke Jakarta. Proses untuk membeli kartu pos penuh kelucuan, sulungku tidak bisa bahasa Jepang dan petugas tidak bisa bahasa Inggris. Sulungku mencoba menuliskan permohonan beli kartu pos didasarkan bahasa Jepang yang diperoleh dari google translate.

Lanjutkan membaca “Kartu Pos untuk Saras”

Kembali ke Jakarta: Haneda Airport ke Soekarno Hatta Airport

Pagi-pagi badan terasa segar setelah tidur nyenyak semalam. Narpati menawarkan bikin minuman, kopi pahit untuk ayahnya dan teh manis untuk ibu. Saya membuka jendela…dan disuguhi pemandangan indah saat fajar.

Pemandangan saat fajar dari jendela Excel Hotel Tokyu, Haneda.

Untuk breakfast di restoran, akan dibuka mulai jam 5 am. Setelah selesai bersiap-siap, kami bertiga menyeret koper kabin menuju lobby hotel untuk check out dan makan pagi.

Lanjutkan membaca “Kembali ke Jakarta: Haneda Airport ke Soekarno Hatta Airport”

Perjalanan dari Toyohashi ke Haneda

Pada akhirnya saya, suami dan Narpati harus kembali ke Indonesia. Lega melihat anak menantu dan cucu terlihat hidup bahagia, dengan Bams yang kawai. Sebelumnya Narpati mendapat tugas mempelajari rute kereta api dari Toyohashi ke Tokyo, dan rute yang menuju ke Haneda Excel Hotel Tokyu. Jika saat pertama kali kami mengambil jalur dari Haneda Int’l Airport ke stasiun Tokyo, kemudian naik shinkansen ke Toyohashi, kali ini ingin mengambil jalur berbeda. Saya dan Narpati juga mempelajari, dimana letak Kuroneko Yamato, tempat kami akan mengambil koper di Haneda airport terminal 3.

Lokasi Kuroneko Yamato persis di tempat jalur check in pesawat ANA dan JAL
Foto depan rumah: ayah, si bungsu, ibu dan si sulung
Lanjutkan membaca “Perjalanan dari Toyohashi ke Haneda”

Mengunjungi Hamamatsu Museum of Musical Instrument

Setelah melihat rumah tempat Sakichi Toyoda dilahirkan di Kosai, kami melanjutkan perjalanan menuju Hamamatsu. Pemandangan awal musim gugur sangat indah, di kiri kanan jalan pohon-pohon daunnya mulai menguning. Kota yang sangat bersih, kemudian kami melewati berbagai macam bangunan pabrik, rupanya Kosai merupakan daerah industri.

Setelah mampir makan siang di Hamasei Restaurant, kami melanjutkan perjalanan ke musium musik. Rasanya tidak tega melihat Hiro nyopir, menantuku ini baru pulang dua hari, setelah bistrip ke luar negeri. Tidak sempat istirahat, sampai rumah langsung bersih-bersih, dan belanja. Satu hari penuh di hari minggu, Hiro sibuk memasak untuk satu minggu, masakan kemudian disimpan di lemari es, sehingga setiap hari tinggal menghangatkan.

Lanjutkan membaca “Mengunjungi Hamamatsu Museum of Musical Instrument”

Hamasei Restaurant

Dalam perjalanan menengok Bams di Toyohashi, jika di luar rumah, restoran yang dipilih adalah yang menyediakan masakan ikan. Hal ini agar suami bisa ikut makan karena tidak makan daging. Setiap hari saya menyediakan kacang merah rebus untuk suami sebagai pengganti nasi, sayuran dan ikan, yang ditaruh dalam kotak bekal makanan. Di Toyohashi bertebaran ikan berbagai jenis yang telah matang di supermarket. Sampai di rumah tinggal dihangatkan. Sedia kacang rebus ini, untuk jaga-jaga jika di perjalanan tidak menemukan restoran yang sesuai.

Lanjutkan membaca “Hamasei Restaurant”

Mengunjungi Sakichi Toyoda Memorial House

Hari Senin tanggal 9 Oktober 2023 merupakan hari libur nasional bagi Jepang. Hari ini Hiro berniat mengajak saya, suami dan Narpati jalan-jalan ke Hamamatsu. Hiro sudah memesan mobil dengan kapasitas 6 orang, karena kendaraan yang dimiliki Hiro dan Narpen kapasitasnya 4 (empat) orang dan satu kursi telah dipenuhi dengan child car seat untuk Bams, sehingga praktis hanya bisa ditambah 3 (tiga) orang. Kami pernah mencoba dipenuhi 5 (lima) orang, dan sangat tidak nyaman, tidak masalah jika hanya jarak dekat.

Hiro merencanakan untuk melihat rumah Sakichi Toyoda yang berlokasi di Kosai, sekitar 17 km dari Toyohashi, ke arah Hamamatsu. Namun melihat hujan mengguyur sejak malam, dan ramalan cuaca mendung dan cerah saat sore hari, membuat Hiro ingin membatalkan menyewa mobil. Namun Narpen mengatakan tidak usah dibatalkan, kita melihat kondisi saja, jika ternyata hujan ya tidak perlu turun dari mobil.

Lanjutkan membaca “Mengunjungi Sakichi Toyoda Memorial House”