Cibubur, 25 Februari 2018

Cover buku yang dipilih

Cibubur adalah daerah di selatan Jakarta menuju Bogor, yang masih banyak pohon hijau nya. Cibubur yang ada di bayangan kita adalah tempat lokasi kegiatan pramuka. Di Cibubur ada Cibubur Junction, nama Mal yang persis di jalan dekat  Tol keluar dari Cibubur. Namun Cibubur bagi komunitas kami adalah tempat anaknya Lilik Raditya, yang setiap tiga bulan sekali menjadi domisili Lilik jika berada di Jakarta.

Minggu ini kami kumpul di Cibubur, selain silaturahim bersama sahabat lama, juga membahas kemajuan buku alumni SMA 1 Madiun tahun 1969 (selanjutnya disebut Smasa), yang diharapkan bisa launching pada saat reuni emas alumni Smasa 69 di Madiun.

Lanjutkan membaca “Cibubur, 25 Februari 2018”

Iklan

Ibu Guruku Cantik sekali

Tahun 1967…

Profil pict bu Endang di WA nya.

Hari masih pagi, lonceng tanda masuk sekolah masih 45 menit lagi. Namun di kelas 1E beberapa anak laki-laki telah ada di dalam kelas. Wah rajin sekali ya. Usut punya usut, mereka semangat datang pagi karena ingin segera menyapa ibu Endang yang akan mengajar pagi.

Ibu Endang saat itu masih lajang, cantik dan ramah, sehingga anak-anak SMA semangat mendengarkan pelajarannya. Dan apakah nilainya berbanding lurus dengan semangatnya? Ternyata tidak! Justru karena mengagumi bu Endang, mereka jadi kurang memperhatikan pelajarannya.

Lanjutkan membaca “Ibu Guruku Cantik sekali”

Empatpuluh delapan tahun kemudian

Rombongan Jakarta turun dari pesawat di bandara Adisucipto, Yogya.

Katanya reuni dan ketemu dengan teman-teman itu ngrabuk nyawa. Namun bagi saya, yang saat sekolah SMA nya nun jauh di Jawa Timur, urusan reuni bukan hal mudah. Dulu saja, saat masih muda,  saya kuliah di Bogor, maka saya pulang setahun sekali pas libur panjang. Liburan dua minggu saya manfaatkan jalan-jalan di Bandung atau Jakarta, maklum perjalanan pulang pergi perlu waktu 3 (tiga) hari, dan capek badan nya seminggu sendiri. Disamping itu, kegiatan perkuliahan yang padat dan sistem gugur, membuat saya selalu dihantui oleh kekawatiran tak bisa mengejar nilai bagus, maklum fisik saya tak termasuk kuat, dan setiap kali habis pulang bepergian memerlukan jeda cukup lama untuk kembali ke kehidupan normal.

Lanjutkan membaca “Empatpuluh delapan tahun kemudian”