Manajemen Rumah Tangga…susah-susah gampang….

Walau sudah mendapat pelajaran ilmu manajemen, ternyata menerapkan dilapangan memerlukan banyak ketrampilan dan seni, maklum yang diatur adalah manusia, yang pada dasarnya masing-masing makhluk yang bernama manusia ini punya sifat yang “unik” yang berbeda antara satu dan lainnya. Walau kelihatannya sepele, manajemen rumah tangga membutuhkan kemauan dari kedua belah pihak,  komunikasi dua arah antara suami dan isteri.

Lanjutkan membaca “Manajemen Rumah Tangga…susah-susah gampang….”

Ketika adik bungsuku sakit jantung

Saat itu saya baru saja masuk Novotel Hotel di Yogya, setelah perjalanan panjang dari Semarang ke Yogya melalui Muntilan yang mengharu biru. Sms adikku yang tinggal di Semarang masuk ke ponselku, menanyakan kabar adik bungsuku, karena anaknya menelpon, kok Om Yong (panggilan ke adik bungsuku) status di FB nya sedang di Harkit. Adikku yang tak tahu singkatan Harkit, bertanya apa maksudnya. Saya segera telepon adik iparku di Jakarta, ternyata suaminya mengeluh sesak nafas, setelah ke dokter disarankan ke RS Harkit (Harapan Kita).

Lanjutkan membaca “Ketika adik bungsuku sakit jantung”

Semalam di Solo

Dalam kesempatan menghadiri undangan acara di UNS, saya diajak teman tidur dirumah masa kecilnya, yang saat ini rumah tersebut  hanya ditunggu oleh salah seorang kerabatnya. Rumahnya yang terletak di Carangan, Baluwerti, jeron beteng kraton Surakarta sangat nyaman dan dekat kemana-mana.

Soto ayam gading, teh nasgitel dan jeruk panas membuat rasa lelah hilang

Siang itu, setelah menempuh perjalanan dari Yogya ke Solo, kami mampir  untuk makan siang di Soto Gading, yang terkenal karena enaknya. Rasa lelah dan “agak pusing” karena sergapan abu Merapi langsung hilang dan semangat jalan-jalan untuk menyusuri kota Solo, muncul kembali.

Lanjutkan membaca “Semalam di Solo”

Perjalanan ke Semarang-Yogya yang mengharu biru

Rencana perjalanan ke Semarang telah dibuat seminggu sebelumnya, tiket pesawat sudah ditangan, dengan rute Jakarta-Semarang, kemudian Semarang-Yogya jalan darat, terus ke Solo. Kembali ke Jakarta melalui bandara Adisumarmo, Solo. Namun ternyata gunung Merapi  masih terus menerus ingin menyapa penduduk di sekitarnya, membuat rute harus disesuaikan, tiket pesawat diganti melalui bandara A. Yani, Semarang. Beberapa teman mulai menanyakan kepergian saya, apakah tak bisa ditunda, apakah memang mendesak? Semua berpesan agar berhati-hati, karena pada tanggal 4-5 Nopember, kembali Merapi memuntahkan isi perutnya, dan mengobrak abrik lingkungan sekitarnya. Dusun si mbak, yang terletak di Muntilan, terkena imbasnya, hujan debu dan pasir merontokkan tanaman, dan banyak rumah tetangganya yang roboh karena genteng tak kuat menyangga hujan pasir ini. Si sulung mewanti-wanti agar saya jangan melewati Muntilan saat ke Yogya, karena abu Merapi banyak mengarah ke barat daya, yaitu  kearah Muntilan. Saya hanya menjawab, bahwa ibu akan berhubungan dan dipandu oleh teman-teman yang berada di jalur perjalanan ibu dari Semarang ke Yogya.

Lanjutkan membaca “Perjalanan ke Semarang-Yogya yang mengharu biru”