Ngabuburit di hari-hari menjelang Lebaran

Kalau dulu, saat saya masih di kampung halaman, masa-masa mendekati Lebaran adalah masa yang menyenangkan. Membayangkan memakai baju baru, ketemu saudara sepupu yang mulai berdatangan dari seluruh penjuru tanah air, untuk sowan dan sungkem pada nenek di hari Lebaran. Juga ibu yang sibuk memasak, dibantu anak-anaknya untuk acara maleman. Bulan puasa di kampung kami, penuh acara selamatan, sejak awal sebelum memasuki puasa, slametannya dinamakan “Megengan”. Nanti setelah melewati hari ke dua puluh puasa, di sebut “Malem selikuran” (selikur dalam bahasa Jawa adalah nomor setelah 20 ke atas, sebelum 30), dan kemudian menjelang hari Lebaran adalam “Maleman”….dan seminggu setelah Lebaran adalah “Bakda kecil” (Lebaran kecil)…yang diselenggarakan dengan membuat ketupat.

Lanjutkan membaca “Ngabuburit di hari-hari menjelang Lebaran”

Uang, karir dan keluarga

Menulis di blog, membuat saya berkenalan dengan teman-teman di dunia maya, juga teman di dunia nyata yang sudah lama tak ketemu, ketemu lagi saat membaca blog ini tanpa sengaja. Pertemanan tadi, selain saling membalas komentar di blog masing-masing, juga dilanjutkan diskusi melalui email. Kadang diskusinya sangat hangat, membahas berbagai persoalan. Salah satu diskusi yang pernah dibahas, adalah tentang bagaimana seseorang yang telah mapan di luar negeri, ingin suatu ketika kembali ke Indonesia. Kapan dan persiapan apa yang perlu dipertimbangkan?

Lanjutkan membaca “Uang, karir dan keluarga”

Arrrgh….akhirnya terkapar

Niat hati sih mau santai, senang-senang, mumpung aktivitas pekerjaan tak terlalu banyak. Ternyata cuma impian saja. Karena masing-masing anggota keluarga sibuk, apalagi setelah anak-anak besar, berkumpul bersama keluarga (terdiri dari suami isteri dan kedua anak) sulitnya bukan main. Kami berempat benar-benar bisa berkumpul hanya pada saat libur Lebaran dan saat si sulung menikah bulan Februari yang lalu, itupun selesai acara, pagi-pagi sekali sang ayah dan si bungsu langsung kembali ke Bandung.

Lanjutkan membaca “Arrrgh….akhirnya terkapar”

Menyetir mobil, sulitkah?

Bagi sebagian besar orang, menyetir mobil adalah hobi yang mengasyikkan, tapi sebagian lagi merasa lebih baik tak pegang setir mobil. Yang belakangan ini termasuk saya, entah kenapa, beberapa kali belajar nyopir, sampai punya SIM (melalui jalan benar, ujian teori dan praktek, serta lulus), tetap saja tak berani menyetir mobil. Setelah berkali-kali mencoba, dan tetap gagal, SIM hanya disimpan di tas (sebagai identitas diri, sama seperti KTP), dan pasrah menggunakan jasa angkutan umum jika suami sedang tak ada di tempat.

Lanjutkan membaca “Menyetir mobil, sulitkah?”

Suka duka ditinggal asisten saat anak masih kecil

Asisten rumah tangga, pada saat libur Lebaran benar-benar terasa diperlukan agar roda kelancaran rumah tangga berjalan baik. Tak dipungkiri, masalah ini yang memusingkan para ibu, terutama yang masih punya anak kecil. Bagaimana caranya agar kalaupun para si mbak ini pulang, nantinya mereka mau kembali lagi ke rumah kita tepat waktu? Atau bahkan mau pulang bergantian, jika kita mempunyai asisten lebih dari satu?

Lanjutkan membaca “Suka duka ditinggal asisten saat anak masih kecil”

Perlu membuat jadual cuti asisten, agar bisa menikmati “Lebaran”

Dua minggu lagi adalah hari raya bagi kaum muslim. Pada saat ini sebagian besar berbondong bondong mudik, kecuali bagi orang-orang yang tidak mempunyai orangtua lagi seperti kami. Namun semua anggota keluarga yang tinggal bersama kami, di luar keluarga inti, tetap menginginkan mudik. Bagaimana agar semua bisa menikmati Lebaran, namun kondisi rumah tangga tidak kacau? Maklum saya anak sulung, demikian juga suami mempunyai banyak adik, sehingga saat Lebaran, rumah kami banyak dikunjungi saudara, dan juga kami harus berkunjung kepada orang yang lebih tua. Dengan demikian, jika masih ada si mbak yang bersedia bergantian menunggu rumah, maka kami bisa tenang bersilaturahim ke beberapa sanak keluarga lain di seputar Jakarta dan Bandung.

Lanjutkan membaca “Perlu membuat jadual cuti asisten, agar bisa menikmati “Lebaran””

Apa yang sebaiknya dilakukan setelah pensiun?

Beberapa kali saya mendapat pertanyaan, baik secara langsung, maupun melalui email. Mungkin karena saya telah menjalani masa pensiun sejak akhir 2007, dianggap layak memberikan pendapat. Padahal saya juga tak punya keahlian untuk memberikan jawaban. Namun saya akan mencoba menuliskannya di sini, dari hasil beberapa kali mengikuti pelatihan, karena saat memimpin Diklat, pelatihan tentang kewirausahaan untuk para karyawan yang akan menyelesaikan masa tugas, dilakukan terus menerus sepanjang tahun.

Lanjutkan membaca “Apa yang sebaiknya dilakukan setelah pensiun?”

Lungsuran

Lungsuran adalah hal yang sangat biasa pada kehidupan saya di masa lalu, namun menjadi hal yang kurang menarik bagi anak sekarang. Dulu, dengan kondisi pas-pas an, mendapat lungsuran adalah seperti mendapat karunia. Bahkan jika yang memberikan lungsuran adalah orang yang di “tua” kan, atau orang yang disegani, kita berasa mendapatkan berkah…istilah bahasa Jawa nya, “ngalap berkah”. Walau keluarga saya bukan orang berada, namun karena ayah ibu seorang guru, untuk ukuran kampung saya, keluarga saya dianggap cukup terpandang, dengan rumah besar, ada pavilyun nya. Seingat saya, saat saya dan adik-adik masih kecil, banyak sekali saudara yang “ngenger” pada ayah ibu. Juga, jika ada saudara dari kampung yang berkunjung ke rumah, pada waktu mau pamit pulang, berkata…”Bapak ibu, menawi kepareng, nyuwun lungsuranipun”

Lanjutkan membaca “Lungsuran”