Cerita ringan tentang pasar tradisionil dan para pedagangnya

Bagi para ibu, adalah hal yang biasa pergi berbelanja ke pasar, karena jarang seorang perempuan yang tidak pernah pergi ke pasar. Seiring dengan kemajuan zaman, banyak dari kaum perempuan yang tak pernah menginjak lagi pasar tradisional, namun berbelanja di supermarket, karena alasaan waktu, juga belanja ke supermarket yang semuanya sudah tertata rapih serta harga tak perlu menawar, lebih memudahkan tanpa proses tawar menawar yang alot. Namun belanja di pasar tradisionil, tetap menyisakan sensasi tersendiri, karena kita bisa berdiskusi dengan penjual, bahkan kalau sudah akrab bisa menjadi pelanggan, karena dia berani mengeluhkan masalahnya kepada kita.

Lanjutkan membaca “Cerita ringan tentang pasar tradisionil dan para pedagangnya”

Wisata Kuliner, jalan-jalan ke Pasar Segiri dan Pasar Pagi, di Samarinda

Perjalanan saya ke Samarinda bersama tim adalah untuk ke empat kalinya,  saat mau ke Kaltim, yang terbayang adalah rasa es kopyor gula aren di  RM Amado, yang berlokasi di km 20 ke arah Samarinda. Sebetulnya, jika menuruti jam makan yang pas adalah di RM Tahu Sumedang, yang terletak di tengah-tengah antara kota Balikpapan dan Samarinda. Rombongan kami sampai di restoran Amado sekitar jam 2 siang wita, atau jam 1 siang wib. Rasanya semangat langsung turun, saat pelayan bilang kalau kelapa kopyor lagi nggak musim. Akhirnya kami memilih kelapa muda dengan gula aren… ternyata rasanya….sungguh sedap, tak kalah dengan kelapa kopyor. Teman saya memesan ayam goreng yang ternyata habis, akhirnya memilih soto Banjar dengan kupat. Temanku akhirnya mengakui, baru kali ini merasakan soto Banjar yang tak bikin eneg (spicy), seperti yang selama ini dinikmatinya kala makan soto Banjar di kota Banjarmasin.

Lanjutkan membaca “Wisata Kuliner, jalan-jalan ke Pasar Segiri dan Pasar Pagi, di Samarinda”

Jika para Eyang tindak-tindak ke Malang

Jika saudara sekandung sudah menikah, serta anak-anaknya sudah besar, dan sudah punya cucu, maka untuk bisa bepergian bersama merupakan suatu kesempatan yang langka. Bahkan saya, suami, dan kedua anak, sulit sekali mencari waktu untuk bepergian bersama, sejak anak-anak telah menjadi mahasiswa. Minggu yang lalu adalah kesempatn yang kami tunggu, karena pada akhir Maret, isteri adikku yang bungsu ujian sidang terbuka untuk disertasi Doktor di Fakultas Hukum UB (Universitas Brawijaya). Di saat yang sama, saya baru saja keluar dari rumah sakit karena serangan vertigo parah, sampai semua makanan keluar terus, sehingga terpaksa dibawa ke UGD dan di rawat 3 (tiga) hari. Adik bungsuku sendiri, tahun lalu operasi jantung, dan setiap minggu harus cek INR di laboratorium RS Harapan Kita. Adik nomor 2 (dua) menjadi dosen di UNDIP, dan sibuk membimbing mahasiswa, sehingga dia tak bisa datang ke Jakarta lebih dulu, kemudian baru berangkat ke Malang rame-rame.

Lanjutkan membaca “Jika para Eyang tindak-tindak ke Malang”

Apa peran “Culture Capital” dalam meningkatkan Corporate Culture? (bag.2)

Apa yang dimaksud dengan budaya organisasi?

Moeljono (2005), mendefinisikan budaya organisasi sebagai sistem nilai-nilai yang diyakini semua anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sebagai sistem perekat, dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

Budaya organisasi dimanakah yang dapat memberikan kontribusi?

  • Fungsi ke-1: Budaya organisasi memberikan identitas-identitas yang khas terhadap anggota organisasi. Identitas ini membuat berbeda dengan anggota organisasi yang lain, sekaligus memberi pola identifikasi pada orang dimanapun berada.
  • Fungsi ke-2: Budaya organisasi merekatkan anggota organisasi satu sama lain, kepada institusi dan sistem organisasi. Perekatan ini membangun trust dari organisasi.
  • Fungsi ke-3: Budaya organisasi memberikan standar yang tepat untuk apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh karyawan. Budaya organisasi merupakan nilai-nilai yang menentukan perilaku dari individu manusia dalam organisasi.

Lanjutkan membaca “Apa peran “Culture Capital” dalam meningkatkan Corporate Culture? (bag.2)”