Perlunya Merencanakan Keuangan

Pada zaman saya kecil sampai remaja, saya melihat ayah ibu menggunakan sistem amplop untuk merencanakan keuangan. Ibu cerita, bahwa yang tidak boleh dilupakan adalah adanya amplop untuk dana darurat. Pada saat itu menabung di bank tidak gencar seperti saat ini, saya ingat sampai saat awal  bekerja, Tabungan Nasional (Tabanas) hanya dapat diambil dua kali dalam satu bulan. Dengan demikian, saya juga harus selalu menyiapkan dana darurat ini.

Dan kebiasaan ini, berlaku sampai sekarang. Saya sering diam-diam menyembunyikan amplop berisi uang yang saya selipkan di antara baju atau buku. Saat uang lagi menipis, saya rajin bebenah, betapa bahagianya menemukan uang dalam amplop. Hal ini membuat suami suka meledek,

”Segitunya senang, kan uangnya sendiri.”

Biasanya saya hanya senyum saja. Masa muda dengan kondisi keuangan terbatas membuat saya berhati-hati dalam mengelola keuangan. Namun masa sekarang, orang sudah terbiasa berhubungan dengan bank, bahkan tanpa datang ke bank sudah bisa bertransaksi. Mengambil uang di ATM juga dapat dilakukan setiap saat. Kantor Cabang Bank bahkan ada yang buka pada hari Sabtu, untuk melayani pelanggan.

Lanjutkan membaca “Perlunya Merencanakan Keuangan”

Mengelola Keuangan Rumah Tangga

Mengelola keuangan rumah tangga kelihatannya sepele karena uang yang dikelola relatif sederhana. Namun bertambahnya usia pernikahan, anak-anak makin besar, diperlukan ketrampilan mengelola keuangan, agar orang tua dapat membiayai pendidikan anaknya sampai ke jenjang yang tertinggi. Disadari biaya pendidikan ini sangat mahal, sehingga harus dipersiapakan sejak anak-anak masih kecil. Mengelola keuangan rumah tangga saat ini tentu berbeda dengan zaman tahun 80-90 an, yang saat itu internet masih terbatas, serta fasilitas perbankan juga tidak sebanyak saat ini.

Lanjutkan membaca “Mengelola Keuangan Rumah Tangga”

Pekerja Sebagai Aset

Pada saat ini, kita menyadari bahwa sumber daya manusia bukan  sebagai beban, namun aset bagi perusahaan. Bagi perusahaan yang memahami bahwa SDM sebagai aset, akan berusaha sebaik-baiknya memberikan lingkungan yang baik, yang membuat para pekerja merasa “diwongke”, karena bagi pekerja yang merasa memiliki dan “dianggap” maka akan bekerja dengan baik agar mencapai target karena tahu bahwa perusahaan tersebut adalah rumah keduanya.

Perusahaan menyadari bahwa motivasi bekerja yang berasal dari internal, akan membuat semangat bekerja dalam tim, walaupun fasilitas yang diberikan dari perusahaan tidak berlebihan. Manusia merupakan faktor yang sangat menentukan dalam mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu, atasan harus bisa mengekspresikan dalam interaksi sehari-hari dengan bawahan, dan rekan kerjanya. Atasan harus bisa mengajak tim untuk dapat berkomunikasi efektif. Tim yang dapat berkomunikasi efektif ditunjukkan dengan kemampuan berdebat, mengajukan usulan-usulan serta melakukan musyawarah untuk menentukan kata sepakat. Lanjutkan membaca “Pekerja Sebagai Aset”

Buku: Meniti Karier di Bank

Saya ingat pendapat teman saya, seorang blogger yang telah menerbitkan buku, mengatakan seperti ini.

” Menjadi penulis, yang paling penting adalah berani menerima kritik pembaca,” kata Daniel Mahendra .
” Menerbitkan buku, berbeda dengan menulis di blog, yang setiap kali dapat dikoreksi,” kata kak Retty N. Hakim

Ya, buku saya prosesnya lama, menulisnya sekitar 3 (tiga) bulan, tapi merenungnya lama. Layak kah buku ini? Sulit untuk menebak apakah tulisan saya bermanfaat bagi pembaca. Belajar dari saat menulis di blog, justru tulisan yang awalnya saya ragu-ragu, banyak yang yang memberi komentar dan ‘like’. Meski blog saya saat ini tidur panjang, tulisan dengan tag manajemen, keuangan, pendidikan dan motivasi lumayan masih ada pengunjungnya, walau tidak meninggalkan jejak.

Hal yang membuat saya yakin, paling tidak tulisanku ada manfaatnya bagi pembaca, terutama bagi staf pemula yang bekerja di bank, teman-teman anakku yang tertarik belajar manajemen dan keuangan…dan hukum. Narpati  yang mendorong saya untuk berani terus maju, setelah selesai membaca draf buku saya. Karena kesibukannya, Narpati hanya melakukan koreksi secara garis besar. Justru bungsuku Narpen, yang sebetulnya sangat sibuk karena punya anak balita, bekerja dan tanpa ART, berusaha menyediakan waktu sempitnya untuk membaca. Diskusi kami ber bulan-bulan…Narpen hanya sempat diskusi lewat WA saat jam istirahat kantor. Kadang diskusi bisa ber jam-jam di saat dia bisa curi-curi waktu saat Bams asyik main sendiri atau diajak papa.

Lanjutkan membaca “Buku: Meniti Karier di Bank”

Tetap semangat walau pandemi covid-19 menghadang

Ahh aku cuma berani nekad aja”, kata temanku. Yahh dia temanku saat SMA, walau tidak melanjutkan kuliah, bisnisnya jago. Terus terang saya salut banget sama dia, selama ini saya hanya belajar memahami bisnis dari melihat usaha orang lain, belajar teori, praktek nya juga dari mempelajari prakteknya nasabah. Mau mulai bisnis sendiri? Rasanya gamang.

Saya yakin bahwa temanku pasti mengalami jatuh bangun dari berbisnis. Dari obrolanku melalui WA, saya belajar banyak dari dia, bahwa kita harus pantang menyerah, belajar dan bekerja keras, walau kita tetap percaya dan berdoa, agar takdir berpihak pada kita.

Temanku mulai bercerita, awalnya dia bekerja dengan orang asing, sebagai sekretarisnya. Setelah delapan tahun kemudian, bisa naik jabatan menjadi Manager sales & Representative Office. Kemudian ada peraturan pemerintah, bahwa orang asing tidak boleh berbisnis langsung di Indonesia. Atasan temanku bilang…”Why not you. Built your own company. I will support you”. Akhirnya temanku jadi agen tunggal sebuah produk, dari sini bisa mengumpulkan uang dan aset….akhirnya berbisnis menjadi keterusan apalagi memang temanku ini berbakat.

Alfamart, di sebelahnya Game on line dan Frozen food.

Dia bercerita bagaimana dia jatuh bangun dalam membangun bisnis. Saat wartel booming, temanku punya 8 (delapan) wartel dan bisa mengumpulkan uang untuk membeli beberapa ruko. Karena kemajuan teknologi, wartel bangkrut, terus mendirikan warnet, ini juga kegerus sama smartphone. Baru kemudian dia mendirikan alfamart dan berlanjut sampai sekarang.

Lanjutkan membaca “Tetap semangat walau pandemi covid-19 menghadang”

Mengapa perlu menerapkan Manajemen Risiko dalam proses pemberian kredit?

Saya mendapat pertanyaan, bagaimana cara menerapkan pelaksanaan manajemen risiko dalam proses pemberian kredit yang efektif di Bank? Bagaimana, agar proses bisnis berjalan lancar, namun manajemen risiko bisa bekerja dengan efektif. Disadari, ada persepsi bahwa adanya manajemen risiko akan memperlambat proses bisnis. Sedangkan tanpa manajemen risiko, bank tidak dapat mengetahui seberapa risiko yang ada dan apakah telah diperhitungkan semuanya? Untuk memahami ini, maka kita perlu mengetahui hal-hal di bawah ini: Lanjutkan membaca “Mengapa perlu menerapkan Manajemen Risiko dalam proses pemberian kredit?”

Mengapa Perlu Gap Analysis dalam Implementasi Sistim Penilaian (Assessment Center System)

Dalam rangka mendukung pencapaian Visi Misi Perusahaan dan upaya untuk meningkatkan competitive advantages, diperlukan pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu menciptakan nilai tambah pada setiap fungsi utama dalam employee life cycle mulai dari Pengembangan Organisasi (Organization Development), Pemenuhan Sumber Daya Manusia (Workforce Fulfillment), Pelatihan dan Pengembangan (Learning & Development), Hubungan Kepegawaian (Employee Relations), Manajemen Kinerja dan Sistem Imbalan (Performance Management & Rewards) serta Manajemen Talent dan Suksesi (Talent & Succession Management).

Lanjutkan membaca “Mengapa Perlu Gap Analysis dalam Implementasi Sistim Penilaian (Assessment Center System)”

Pentingnya fungsi Struktur Organisasi yang tepat dalam penerapan Four Eyes Principles di Bank.

Untuk menerapkan manajemen risiko yang benar dan pas di sebuah bank, manajemen risiko dirancang  sebagai rambu-rambu agar Visi dan Misi bank tersebut bisa tercapai.

Terdapat 4 (empat) pilar:

  1. Fungsi bisnis, sebagai ujung tombak untuk menyeleksi nasabah, guna menghasilkan revenue. Sebagai pelaksana dan eksekutor, dari first line of defence. Bagaimana cara mengelola kredit yang baik dan benar, sesuai aturan yang dibuat dalam SOP (Standard Operating and Prosedures), sesuai jenis bisnis yang dikelola oleh bank yang bersangkutan.
  2. Fungsi Manajemen Risiko. Penerapan manajemen risiko diawali dengan struktur organisasi yang tepat, dan pembagian tugas yang jelas sehingga dalam pelaksanaannya tidak ada keraguan bagi Staf/Petugas yang melaksanakannya, untuk menghindari benturan kepentingan dan terdapat check and balance. Kemudian dibuat alat/metode/sistim manajemen risiko sesuai dengan ketentuan BI/OJK.
  3. Fungsi Kepatuhan. Sebelum diterapkan di lapangan, policy, ketentuan, produk baru, harus diuji lebih dahulu di unit Kepatuhan, kemudian diberikan sertifikat kepatuhan jika telah lulus uji kepatuhan. Setelah mendapat sertifikat kepatuhan, baru dapat dilaksanakan/di eksekusi.
  4. Fungsi Audit Intern. Membantu bank mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis, untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas proses pengelolaan risiko, kecukupan pengendalian internal dan proses tata kelola perusahaan. Audit intern memberikan opini yang independen dan obyektif kepada manajemen mengenai apakah risiko bank telah dikelola pada tingkat yang dapat diterima.

Lanjutkan membaca “Pentingnya fungsi Struktur Organisasi yang tepat dalam penerapan Four Eyes Principles di Bank.”

Focus Group Discussion- Penerapan Manajemen Risiko dan Tata Kelola Manajemen Risiko yang Efektif di Perusahaan.

Suatu hari, seorang klien berdiskusi dengan kami. Beliau menginginkan, agar kami melakukan pelatihan di perusahaan yang dipimpinnya. Dari hasil diskusi, kami mengetahui bahwa masih banyak diperlukan hasil diskusi dengan para layer kedua di perusahaan tersebut, sebelum dilakukan pelatihan.  Jika masing-masing Pemimpin unit kerja telah sepakat terhadap struktur organisasi yang baru, serta memahami job description nya masing-masing, maka baru lah diadakan in house training terhadap layer ke tiga, yang sehari-hari nya bertugas untuk melakukan eksekusi serta memastikan bahwa sistem telah berjalan dengan baik sesuai standard operating and  procedures  yang telah ditetapkan.

Oleh sebab itu, akhirnya diputuskan, untuk  dilakukan forum Focus Group Discussion (FGD),  agar para eksekutif di perusahaan bisa berdiskusi secara aktif untuk membahas penerapan manajemen risiko dan tata kelola di perusahaan, dengan moderator yang akan  memandu diskusi, dan memberikan contoh-contoh sesuai best practices,  agar manajemen perusahaan dapat meminimalkan risiko yang terjadi.

Lanjutkan membaca “Focus Group Discussion- Penerapan Manajemen Risiko dan Tata Kelola Manajemen Risiko yang Efektif di Perusahaan.”

Relaksasi kredit, untuk siapa?

Catatan yang diperoleh dari seminar:  “Manfaatkan Peraturan Relaksasi Kredit  Sebagai Solusi Menurunkan Non Performing Loan”

Kinerja Keuangan Perbankan 2015

Dari data pada tabel parameter kinerja keuangan perbankan tahun 2015, terlihat pertumbuhan kredit masih meningkat, namun pertumbuhan kredit lebih tinggi daripada pertumbuhan dana pihak ketiga. Terjadi penurunan laba yang diperoleh perbankan tahun 2015 dibanding dengan tahun 2014.

BOPO (Biaya Operasional dibanding dengan Pendapatan Operasional) semakin meningkat, antara lain karena harus membentuk CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) yang makin tinggi. Akibatnya Return on Asset menurun. Pada bulan Maret 2016 akan diadakan assessment terhadap perbankan dalam rangka penerapan pemenuhan Basel 3. BOPO dan suku bunga Perbankan Indonesia tertinggi di ASEAN.

Saat suku bunga BI diturunkan 25 basis poin pada awal Januari 2016, ternyata IHSG dan nilai tukar membaik. Yang harus dilakukan oleh regulator adalah menurunkan suku bunga. Thailand menerapkan kontrol, silahkan investor masuk, namun setelah dana masuk keluarnya sulit.

Lanjutkan membaca “Relaksasi kredit, untuk siapa?”