Perlunya Merencanakan Keuangan

Pada zaman saya kecil sampai remaja, saya melihat ayah ibu menggunakan sistem amplop untuk merencanakan keuangan. Ibu cerita, bahwa yang tidak boleh dilupakan adalah adanya amplop untuk dana darurat. Pada saat itu menabung di bank tidak gencar seperti saat ini, saya ingat sampai saat awal  bekerja, Tabungan Nasional (Tabanas) hanya dapat diambil dua kali dalam satu bulan. Dengan demikian, saya juga harus selalu menyiapkan dana darurat ini.

Dan kebiasaan ini, berlaku sampai sekarang. Saya sering diam-diam menyembunyikan amplop berisi uang yang saya selipkan di antara baju atau buku. Saat uang lagi menipis, saya rajin bebenah, betapa bahagianya menemukan uang dalam amplop. Hal ini membuat suami suka meledek,

”Segitunya senang, kan uangnya sendiri.”

Biasanya saya hanya senyum saja. Masa muda dengan kondisi keuangan terbatas membuat saya berhati-hati dalam mengelola keuangan. Namun masa sekarang, orang sudah terbiasa berhubungan dengan bank, bahkan tanpa datang ke bank sudah bisa bertransaksi. Mengambil uang di ATM juga dapat dilakukan setiap saat. Kantor Cabang Bank bahkan ada yang buka pada hari Sabtu, untuk melayani pelanggan.

Kebetulan ayah ibu berprofesi sebagai Guru, walau pendapatan kecil, asal pengelolaan hati-hati, tidak ada masalah dalam keuangan. Bagi yang bekerja sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara) akan menerima pensiun, saat sudah tiba waktunya pada usia pensiun. Namun kita semua tahu bahwa uang pensiun tidak seberapa, harus hati-hati dalam memanfaatkannya agar bisa mencukupi kebutuhan sampai akhir bulan. Apalagi jika kita masih mempunyai anak yang masih harus dibiayai pada saat kita sudah mencapai usia pensiun.

Mengapa kita perlu melakukan perencanaan keuangan? Dengan perencanaan keuangan yang baik, akan membuat keuangan kita stabil, mengurangi stres dan membuat tenang karena telah menyiapkan untuk masa depan.

Pertama, perlu mengatur alokasi keuangan. Di sini perlu membuat skala prioritas dalam mengalokasi pendapatan yang dihasilkan setiap bulan. Skala prioritas ini bisa dibuat berdasar kepentingan: kebutuhan pokok, sekunder dan tersier. Juga dibuat kebutuhan berdasarkan waktu, misalkan kapan waktu perpanjang STNK, kapan membayar PBB rumah/tanah, kapan waktu membayar SPP anak sekolah dan sebagainya.

Kedua, mencatat pengeluaran dan pemasukan. Catatan ini akan mempermudah kita dalam mengevaluasi keuangan pribadi. Kadang-kadang kita merasa kok uang cepat habis ya. Hal ini dapat dilihat dari catatan keuangan, setelah diteliti, ternyata memang banyak hal yang harus dikeluarkan karena kondisi darurat. Catatan ini juga penting agar kita bisa melihat apakah hasil akhirnya masih ada sisa uang untuk ditabung.

Ketiga, harus ada dana darurat.  Hal ini harus ada, untuk membiayai kebutuhan yang tidak terduga atau ketika keadaan mendesak terjadi. Dana darurat membuat kita merasa aman, karena telah siap jika terjadi peristiwa yang tidak terduga. Bagi yang sudah berkeluarga, dana darurat ini wajib ada, apalagi jika mempunyai anak yang masih kecil.

Keempat, harus dipaksakan mulai melakukan investasi. Investasi yang dilakukan sesuai dengan profil kita, jadi kita mesti mempelajari kira-kira apa yang akan kita lakukan agar investasi tersebut sesuai dengan kebutuhan kita. Kita belajar bahwa “don’t put your egg in one basket.” Hal ini untuk menjaga agar jika terjadi sesuatu tidak hancur semuanya. Apabila kita punya uang sedikit, maka bagi-bagilah untuk menabung di beberapa tempat. Memang kondisi tabungan saat ini tidak memberikan tambahan keuntungan seperti yang kita harapkan, namun dengan menabung, minimal kita tidak mudah untuk menggunakan uang tersebut untuk keperluan yang tidak penting.

Dari obrolan dengan teman, investasi ini memang tergantung dari risk appetite dan kemampuan serta kebutuhan hidup masing-masing orang. Secara umum kalau masih muda, lebih banyak memilih investasi jangka panjang (karena daya menabung dari hasil karya masih bisa panjang durasinya). Kalau semakin tua usianya, dipilih investasi jangka pendek.

Teman ini mengingatkan saya,

”Mbak ingat nggak saat waktu kita masih kerja (sekarang saya sudah pensiun), semua karyawan diwajibkan ikut DPLK (Dana Pensiun Lembaga keuangan). Bagi yang durasi masa kerjanya panjang dipilihkan investasi saham yang lebih besar dibanding deposito. Namun jika durasi kita mendekati pensiun dipilihkan investasi di deposito jangka pendek dengan risiko rendah.”

DPLK ini penting, terutama yang nantinya tidak mendapatkan uang pensiun dari perusahaan. Teman saya juga mengingatkan, agar cucu saya Ara, segera dibuatkan DPLK saat usianya 17 tahun. Setoran yang dipilih cukup murah, minimal Rp.100 ribu, bisa dibayarkan dulu oleh babe dan bundanya, dan akan diteruskan oleh Ara sendiri jika telah bekerja.

Kelima, gunakan asuransi. Dalam kehidupan kita, asuransi juga penting. Misalkan asuransi kesehatan, asuransi kendaraan bermotor, asuransi rumah, asuransi kematian. Saat ini kita bersyukur karena pemerintah telah menggalakkan asuransi kesehatan dengan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial), yang  premi asuransinya disetor setiap bulan. Asuransi kendaraan penting, apalagi jika hidup di kota besar. Istilahnya kalau nggak menabrak, ya ditabrak.

Kondisi sekarang jauh berbeda, apalagi sejak pandemi, pemakaian internet berkembang pesat. Penggunaan internet banking di kalangan kaum muda merupakan hal yang sangat biasa. Anak menantuku lebih suka berbelanja secara on line dibanding harus pergi ke Mal, karena tidak harus bermacet ria. Kondisi ini, khususnya untuk generasi muda, perlu memperhatikan agar dapat menggunakan uang secara bijak. Kemudahan tersebut, dimana untuk membeli sesuatu kita tinggal pencet, jika tidak berhati-hati dapat berakibat tabungan kita tinggal sedikit.  

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Tinggalkan komentar