Pasar Kaget di Mekah

Penjual baju di Jabal Rachmah

Mengunjungi negara lain, selalu menyenangkan untuk memperhatikan budaya orang-orangnya, apalagi seperti pergi umroh, tempat bertemunya segala bangsa. Di sini kita harus sabar jika menghadapi hal-hal yang terkadang menurut etika kita “agak kurang pas”. Justru disinilah kita bisa bersyukur betapa pemahaman agama kita sejak awal juga dilandaskan atas etika dan adat sopan santun yang baik.

Bahkan para Ustadz selalu mengingatkan setiap kali, agar kita semua mengikuti aturan yang sudah disepakati, untuk memudahkan pelaksanaan ibadah. Tentu saja di antara waktu ibadah, kami masih punya waktu untuk jalan-jalan, melihat  sekeliling dan belanja.

Berbagai pernak-pernik

Setiap habis sholat Subuh di Masjidil Haram, banyak pedagang kaki lima (istilah di Indonesia) yang menggelar barang dagangannya. Paling banyak mereka menjual siwak dan teman-teman nya. Namun kata teman yang mau berjalan agak jauh, ada juga yang menjual syal warna warni bikinan Turki. Ternyata pasar kaget ini juga ada di Jabal Rachmah, dan cukup laris juga. Walaupun cara menawarnya lucu juga kalau kita dengarkan.

“Ibu-ibu….halal…halal, ” kata si pedagang.

“Berapa?” tanya ibu-ibu, yang jelas dari Indonesia.

“Limabelas real…halal, ” kata si pedagang.

“Sepuluh real..halal, ” jawab si ibu.

Penjual syal

Jadi, sebetulnya tawar menawar hanyalah dari menyebutkan angka dan halal….jika tak mau maka dikatakan haram….jika deal dua-dua nya, maka keduanya sepakat mengatakan halal di harga tertentu. Entah ini benar apa tidak, yang penting kendala bahasa bisa diatasi.

” Ibu….lima belas haram….lihat dompetnya, itu ada uang, ” kata pedagang.

” Itu kan dompetku, uangnya sudah habis….kalau mau sepuluh real, ” jawab seorang ibu dengan logat Yogya. Mau tak mau saya tersenyum sendiri mendengar percakapan tersebut.

Catatan: Tulisan ini sudah selesai tahun 2017 sepulang umrah, tapi terlupakan.

Tinggalkan komentar