Terjebak pada kemacetan akibat demo di Semanggi

Tinggal di Jakarta membuat kita harus waspada, apalagi akhir-akhir ini. Setiap pagi tugas rutin saya adalah mendengarkan radio, kira-kira akan ada demo dimana saja, dan bagaimana menghindarinya. Entah kenapa, saya sering terjebak pada situasi, yang kadang membuat trauma, sehingga anak/keponakanku mungkin bosen oleh pesanku yang berulang-ulang….”Jika tahu-tahu jalan macet sekali harus waspada, ada apa di depan sana. Begitu juga bila jalanan lengang yang tak seperti biasanya, ada kemungkinan orang menghindari jalan tersebut karena ada tawuran pelajar atau apa.”

Kemarin siang saya mendapat undangan rapat di suatu perkantoran di dekat Bank Indonesia. Saat taksi BB menjemput, saya bertanya pada sopirnya…”Pak, tolong check dulu, kawatirnya kita terjebak, hari ini saya dengar ada demo mahasiswa.” Sambil menjalankan taksinya, pak sopir menghubungi temannya, dan kata temannya daerah jalan Sudirman Thamrin masih aman, yang ada kemacetan di jalan Ampera (depan Pengadilan Jakarta Selatan), serta di Diponegoro.

Sambil berdoa saya mengawasi jalanan, dan taksi yang saya tumpangi dari arah Sudirman membelok ke jalan Sutan Syahrir dan melewati jalan dibelakang Gedung Sarinah. Siang itu saya rapat, pulangnya pada saat jam 16.00 wib temanku mengajak pulang bareng, dan saat masuk mobil saya bertanya pada pak sopir…”Pak, ada demo nggak?” Pak sopir, yang merupakan sopir kantor tenang-tenang saja, mungkin dia menganggap kemacetan jalan Thamrin Sudirman di sore hari adalah hal biasa, padahal kalau masih jam 16.00 wib harusnya belum macet. Sampai di depan Sahid, saya masih asyik mengobrol, tapi kok di depan mulai macet ya. “Coba pak, nyalakan radionya, jangan tape recorder, kita perlu mendengar situasi jalan.” Mobil terus berjalan, persis diantara Gedung Bank Danamon (yang dulu digunakan untuk BPPN, sekarang sudah ganti pemilik) dan Plaza Sentral, mobil tak bergerak, depan, kiri kanan macet semua. Rupanya mahasiswa yang habis demo di depan Senayan, kembali berdemo di depan kampus Atmajaya.

Setelah kira-kira berhenti setengah jam, saya agak kawatir juga, karena mendengar bahwa hari Sabtu malam pas demo didepan bunderan HI ada mobil Mercy yang disepaki pendemo (mobil temanku mercy, maklum beliau mantan bos di sebuah Bank besar, dan sekarang pun ketua suatu Badan milik pemerintah), tiba-tiba mobil yang dibelakang mulai bergerak mundur. Pak sopirpun mulai memundurkan mobil, balik arah….dan kembali ke utara dengan melawan arus, kemudian berbelok di Casablanca. Dari arah timur di jalan Casablanca menuju Sudirman, mobil sudah banyak yang terkena macet, namun rupanya banyak yang belum menyadari bahwa di depan mereka kemacetan lebih parah. Di jalan Casablanca ini kami mendengar mahasiswa sudah mulai menggulingkan mobil berpelat merah….langsung temanku bilang…”Lain kali bawa kijang aja pak”.

Syukurlah akhirnya mobil bisa melewati perempatan Gatot Subroto dan Rasuna Said, terus ke arah Tendean. Saya juga mengabari si sulung yang kantornya di jalan Kebon Sirih dan hari itu terpaksa naik kendaraan umum, karena STNK sepeda motornya sedang diperpanjang. Saya sampai rumah jam 18.50 wib, berarti hampir 3 jam perjalanan dari arah Thamrin dekat HI ke Cilandak. Sepanjang perjalanan, anak-anak memberi kabar yang dibaca dari detik.com, dan kami mendengarkan radio, setelah blok M jalanan malah lancar sekali. Si sulung dari kantor naik kereta api ke Depok dulu…dan dari Depok baru naik taksi ke Cilandak…dan jalan dari Depok ke Cilandak sepi sekali, mungkin kendaraan masih terjebak macet di Sudirman-Thamrin yang konon ekornya sampai di jalan Merdeka Selatan. Syukurlah, tak terjadi apa-apa, tapi saya prihatin dikala kerusuhan terjadi sore hari, saya membayangkan ibu muda yang harus segera pulang kerumah untuk menyusui anak-anaknya. Anak sekolah yang saat ini untungnya lagi libur sekolah…dan kalau mereka terjebak kemacetan, dengan keuangan terbatas, mereka tak punya banyak pilihan. Kemarin sore pemandangan orang yang berjalan kaki terlihat dijalanan Sudirman, karena sampai saya bisa lepas dari jalan Sudirman, Busway sudah berjejer antara Semanggi sampai melewati perpotongan jalan Sudirman dan Casablanca.

31 pemikiran pada “Terjebak pada kemacetan akibat demo di Semanggi

  1. saya melihat kota jakarta dari berita di televisi akhir-akhir ini, begitu mencemaskan. demonstrasi mengatasnamakan rakyat lagi-lagi turun ke jalan. biasanya, kalau tidak puas aksinya itu, kadang berulah bakar ban atau apa saja yang bisa dibakar. sambil lompat-lompat seperti sedang bangganya.

    negeri ini tak lepas dari rundung masalah dan konflik yang terus menjalar hingga ke rakyat. seolah tak ada lagi tempat aman di negeri ini yang aman dan damai.

    salam hangat,
    eriek

    Erick,
    Memang memprihatinkan, kawatirnya mahasiswa tak sadar, bahwa demo bisa ditunggangi pihak lain….dan yang kena getahnya mahasiswa. Kemarin dari wawancara di radio, dosen Atmajaya menegaskan bahwa mahasiswanya tak ada yang ikut demo, karena sedang ujian….artinya tak semua mahasiswa setuju dengan demo yang akhirnya menjadi anarkis dan bakar-bakaran tsb.

  2. Tadi pagi melihat wawancara di tv dengan aktivis tentang aksi demo -anarkis- yang terjadi, kita diminta membandingkan, besar mana kerugian yang terjadi akibat demo dengan kebijakan pemerintah.
    Menurut Ibu, bagaimana?
    *kok malah nanya* :mrgreen:

    Goop,
    Wahh hitung-gitungannya bisa rumit pak…siapa tahu pembaca ada yang bisa menjawab pertanyaan ini.

  3. syukurlah ibu gak apa-apa 😀

    Itikkecil,
    Iya, saya juga bersyukur, biar terlambat, jalannya pakai muter, yang penting selamat. Anak saya malah muternya sampai Depok, naik kereta, baru balik lagi ke Jakarta….dan ternyata lebih cepat, selang waktunya dengan saya yang udah berangkat satu jam lebih dulu

  4. bingung ama sikap mahasiswa yang anarkis gitu..kenapa ga bisa dengan cara yang lebih etis atau dengan pro aktif menyelesaikan maslah dengan tindakan nyata (buka lapangan kerja kek)..untung di bandung ga pernah ada yang kaya gitu..paling macet gara2 bobotoh persib (ini juga aneh..bola ko jadi alesan kebut2an)

    Bagus,
    Saya cuma kasihan sama mahasiswa, kalau akhirnya perjuangannya juga tak disukai oleh rekannya sendiri….mudah2an mereka setelah kejadian didepan Atmajaya mulai mau merenung dan berpikir, karena menjaga agar tak terjadi kerusuhan akan sulit jika telah bercampur dengan masa.

  5. saya kemarin hampir 2 jam nyangkut dijalan thamrin-sudirman (saya pakai motor) walau capek tapi tak apa lah, yang membuat jengkel ketika sampai dirumah dan nonton tivi tentang demo di dpr, mahasiswa sekarang tak beda jauh dengan preman, apa salah pagar pembatas, mobil polisi dan ban-ban bekas? tak adakah cara-cara yang lebih elegan, cerdas dan mengedepankan intelektualita mereka? katanya mahasiswa

    Iway,
    Kayaknya mulai perlu dipikirkan jalan alternatif untuk pulang kantor…dan selalu buka mata dan telinga.

  6. suhu mulai panas nih bu..mulai memikirkan jalan alternatif kalau melewati semanggi, dpr..
    what next ?

    Mas Iman,
    Saya juga agak kawatir, apalagi mendekati pemilu tahun 2009….
    Padahal kegiatan saya sering berhubungan dengan dua lokasi…jalan Veteran (belakang istana) dan jalan Thamrin/Kebon Sirih…yang lain lumayan dekat rumah, karena didaerah Kemang. Tapi kalau seperti kemarin, kayaknya lewat manapun macet.

  7. adipati kademangan

    Untuk mendapatkan perhatian, mahasiswa melakukan apapun. Mulai dari dialog di gedung MPR, demo simpatik, demo anarkis, menutup jalan raya, bakar-bakaran, mengebom gedung (mungkin). itu semua dilakukan agar pemerintah melakukan perubahan. kalo masih belum berubah juga, entah apalagi yang akan dilakukan setelah ini

    Adipati Kademangan,
    Mahasiswa memang sejak dulu adalah pengontrol kebijakan yang dimata mereka kurang pas…asalkan jangan sampai ditunggangi karena akan merugikan mahasiswa sendiri. Menjaganya lebih sulit jika sudah terkait dengan masa dijalanan.

  8. Janji dengan si sahabat di semanggi plaza juga batal kemarin bunda …. ah mahasiswa, apa harus setiap hari menambah kemacetan jakarta 😦

    Rindu,
    Kata sopir taksi yang hari ini saya tumpangi…saat awal kerusuhan, semua taksi BB disarankan masuk halaman Plasa Semanggi, namun karena makin panas terus diperintahkan segera meninggalkan lokasi.
    Rindu udah berada di Plasa Semanggi kemarin?

  9. Biasa, dimana-mana kalau ada demo, pasti jalan jadi macet. Mau nggak mau harus sabar nih!

    Edipsw,
    Kalau cuma macet sebetulnya udah menjadi pengalaman sehari-hari warga Jakarta, yang dikawatirkan jika terjadi bentrokan yang tanpa pandang bulu.

  10. arifrahmanlubis

    aksinya sudah emosional berselimut dendam..

    semoga adilnya hukum jadi penyelamat kondisi ini.

    Arifrahmanlubis,
    Semoga mahasiswa dan para aparat bisa saling mengendalikan diri.

  11. klo gitu kita harus galakkan car free day
    dan menggantikan motor atau mobil dengan
    Bike To Work, gmn bunda ?? 🙂

    Sigit,
    Setuju….rasanya naik sepeda 10 km masih kuat kok….

  12. Jawaban Ibu ke comment Sigit yang bikin tambah semangat 🙂

    Syukurlah akhirnya, kemarin Ibu bisa sampai di rumah dengan selamat. Memprihatinkan ya bu aksi demo yang makin anarkis. Apalagi dilakukan oleh mahasiswa yang disebut sebagai agent of change. Coba kita lihat demo-demo di negara lain seperti Korea dan beberapa negara Eropa, sampai saat ini tarafnya masih damai dan tenang tapi efeknya ke perekonomian nasional mereka sangat besar. Saya jadi sedih, disaat susah ini dan kemampuan belanja secara nasional menurun, maka aksi perusakan justru memperlihatkan kurangnya (atau tidak ada) sense para perusak kemarin terhadap kondisi bangsa kita.

    Oh ya Bu, kemarin di seputaran Cilandak & TB Simatupang terkena pemadaman listrik, jadi ingat cerita Ibu sehari sebelumnya. Rumah Ibu di Cilandak Tengah bukan?

    Yoga,
    Hehehe….semangat dong kalau naik sepeda…pasti asyik sekali.
    Entahlah, yang saya kawatirkan, masyarakat kita mudah sekali tersulut, jadi mahasiswa harus hati-hati….seharusnya seniornya berperan untuk mengendalikan adik-adiknya. Memang sulit jika sudah dijalanan, risiko adanya masa lain yang masuk ke barisan mahasiswa sulit terdeteksi, apalagi jika tanpa atribut berupa jaket dsb nya yang dapat dibedakan.

    Kemarin rumah saya listriknya menyala…saya di jalan Cilandak IV (arahnya masuk dari sebelah Dunkin Donat, persis di depan Pasar Mede, jika dari jl. Fatmawati)….dekat sih dengan Cilandak tengah, tapi beda RW.

  13. Saya juga kemaren pas lewat di situ bu. Dari arah senayan ke landmark. Wah, kaget saya ketilka melihat ada mobil yang terbakar. Duh, bakar ban saja saya sudah tidak setuju, apalagi bakar mobil. 😦

    Oh iya, pas ketika mobil meledak, ada yang meneeriakkan “hidup rakyat”. Ingin sekali kutanyakan pada orang tersebut “rakyat yang mana? ” . Tapi saya belon senekat itu sih bu, takut digebukin.

    Dana,
    Sepertinya adik-adik mahasiswa iu perlu diajak diskusi dan diarahkan, supaya tak ngawur….tapi kayaknya kan mahasiswa dari universitas terkenalnya nggak ada. Bahkan di Atmajaya pintu gerbangnya ditutup dan dikunci saat tahu arah demo mengarah kesana setelah dari Senayan, karena di Atmajaya sedang ada ujian.

    Jangan-jangan mereka ingin dikenang seperti mahasiswa tahun 98…tapi saat itu kan aksi damai, mahasiswanya ga merusak.

  14. Saya kok jadi ragu sama gerakan mahasiswa sekarang ? Saya dulu juga termasuk pentolan gerakan mahasiswa tahun 1998 ketika merobohkan kekuasaan Soeharto. Idealisme-nya masih lumayan tinggi dan ada arah yang jelas dalam gerakan mahasiswa.

    Tapi sekarang, yang saya lihat arahnya nggak jelas selain aksi bakar-bakaran dan pengrusakan. Apa ini wajah mahasiswa sekarang ? 😕

    Goldfriend,
    Mahasiswa tahun 98 kan tak ikut merusak, mereka aksi damai…kantor saya saat itu tepat disebelah kampus Atmajaya.
    Mungkin mahasiswa sekarang bermimpi ingin menunjukkan eksistensinya dan biar dikenang seperti angkatan 98, tapi caranya menjadi tidak simpatik, bahkan dikalangan para mahasiswa itu sendiri banyak yang tak mendukung. Moga-moga mereka menyadari…mulai berhati-hati, dan merenungkan kembali apa yang diinginkannya….agar gerakan mahasiswa sesuai namanya dilakukan secara intelektual, ajang debat, tidak dijalanan yang mudah disusupi orang lain.

  15. **Sigh**, tujuan mahasiswa berdemo sekarang sudah nggak jelas dan tidak murni lagi. Mereka terkadang nggak berfikir panjang dalam bertindak…

    Saya tidak heran melihat bangsa ini terpuruk kalau generasi mudanya didominasi oleh orang2 yang berfikiran pendek…….

    Mungkin pemimpin2 kita sekarang ini, kalau dulu ada kesempatan berdemo juga nggak berfikir panjang juga.

    Kang Yari NK,
    Mereka belum berpikir secara komprehensip, seharusnya berlatih untuk melakukan perdebatan secara santun dan terbuka. Jangan-jangan karena ketidak mengertian masalah makro, dikaitkan dengan mikro….serta tak menganalisa secara komprehensip…sehingga hanya asal didengar, dan tak jelas tujuannya. Sangat memprihatinkan, jika mahasiswa yang harapan bangsa hanya bisa melampiaskan kemarahan dijalanan.

  16. Hhhhhhhmmmmmm pfffffff…… numpang narik napas di sini ya Bu…. Lumayan agak lega sekarang.

    Coretan pinggir,
    Agak lega setelah sampai di rumah…dan besoknya ada seminar pagi-pagi…akibatnya badan rasanya sakit semua.

  17. entahlah…sy bener bener merindukan stabilitas. 😦

    Uwiuw,
    Betul…rasanya lelah sekali akhir-akhir ini, udah kemana-mana macet, demonya tak terarah, cenderung brutal, memblokir jalan untuk masyarakat umum….dan menjadi jagoan jalanan dengan merusak kendaraan, padahal itu juga dibiayai dari anggaran yang asalnya dari rakyat juga.

    Untungnya saya kemarin nebeng mobil teman, tak terbayangkan jika naik taksi atau busway, yang akhirnya harus jalan kaki berkilometer….

  18. saya kemaren pulang lancar jaya, soal nya gak lewat semanggi…. tapi demo koq malah gak ada simpatik – simpatiknya yah sekarang. Kan klo gitu kita – kita yang rugi …

    Suprie,
    Memang akhirnya mahasiswa yang rugi, yang dulunya masyarakat mendukung, bisa berbalik arah, karena yang repot masyarakat umum yang terjebak pulang kantor….padahal gaji udah pas-pas an ditambah ada rusak-rusakan seperti itu.

  19. Benar sekali. Macet parah ataupun jalan lenggang tetap harus waspada. Karena jangan-jangan ada sesuatu. Harus nguping radio sering2 biar gak telat info.

    Beruntung kemarin saya sedang di rawamangun sampai malam, dan baru pulang ke Slipi sekitar jam 9, dan itupun lewat pejompongan. Padahal biasanya hari-hari sebelumnya magrib masih lewat di sekitar Semanggi.

    Indra KH,
    Saya benar-benar terjebak, karena sebelumnya jalan Thamrin masih lancar, maklum orang pulang kantor masih jam 16.30 wib. Masih bersyukur mobil dibelakang mundur pelan-pelan….setelah berhenti setengah jam, jadi bisa belok ke Casablanka. Saya tak terbayang jika saat itu saya naik taksi atau busway…bisa-bisa jalan kaki….

  20. sabar ya bu….yang penting selalu jaga diri dan semoga tidak terkena salah sasaran dikemacetan demo

    Syahrizalpulungan,
    Kuncinya memang harus sabar, yang penting selamat sampai rumah…..di Jakarta benar-benar senam jantung kalau situasi lagi panas begini.

  21. itulah repornta hidup di jakarta, bu saat lagi musimnya demo. lagian, kenapa demo mesti harus memblokir jalan segala, ya, bu. citra demo mahasiswa makin menurun kalau menimbulkan efek negatif bagi publik. mestinya lebih mengutamakan pemikiran2 kritis dan intelektual, bukan menggunakan otot. ya, mudah2a ibu bisa bersabar menghadapi situasi yang seperti itu, bu.

    Pak Sawali,
    Betul pak, apalagi makin tua…kalau dulu ada apa-apa larinya bisa kencang
    Sekarang harus rajin dengarkan radio dulu sebelum ada acara keluar, masalahnya kan memang ga mungkin tinggal di rumah terus….apalagi jalan yang selalu saya lewati adalah Semanggi

  22. pas mampir ke kantor rekan kemaren, rekan disana bertanya, “kamu lewat mana? ada demo nggak?”.. setelah menginformasikan bahwa tidak ada demo di rute perjalanan saya, rekan tersebut melanjutkan, “barusan ada yang telpon, nanyain kalo ada kenalan nggak yang bisa ngerjain demo”.. nah loh..

    Yainal,
    Demo dijalanan, risikonya memang bisa disusupi siapa aja. Semoga mahasiswa memahami ini….tapi kan tak semua mahasiswa mendukung, kenyataannya mahasiswa Atmajaya malah kesal, mereka lagi musim ujian, demikian juga anak saya di ITB lagi ujian.

  23. demo sekarang makin siip aja ya. kalo dulu cuman bakar ban mobil, sekarang udah mulai bakar mobilnya, kapan2 bakar yang punya mobil sekalian! demo2 sekarang ndeso!

    Wier,
    Kelihatannya arahnya memang makin tak jelas….protes sama pemerintah kok malah merusak barang, membuat kemacetan, memblokir jalan,…yang sulit kan rakyat juga…

  24. Kalo menurut ibu, apakah demo seperti itu tidak melanggar HAM ya? Hak kita sebagai warga untuk dapat bekerja dengan baik dan lancar?

    Apakah anggapan oknum aparat yang melanggar HAM harus di’balas’ dengan melanggar HAM juga?

    Erander,
    Kelihatannya aparat serba salah pak….mestinya harus bersikap tegas…atau betul seperti dugaan teman saya, polisi sengaja membiarkan dulu, untuk bisa menangkap siapa anteknya.

  25. Atau jangan2 agar mhswa (ato yg ngaku mhsswa) adem, gimana ya klo ditebitkan saja lagi SKB, tp kali ini ttg BBM. Yg teken menteri HAM, pendidikan, perhubungan, dan PU. Hehehe..

    Bah reggae,
    Ya, dan jika demonya menganggu ketertiban umum, ada warga yang melapor karena jalanan macet, jalan diblokir, pendemo juga bersedia mempertanggungjawabkannya.

  26. saya lihat kejadiannya mulai dari mahasiswa datang berlarian sampai api berkobar dari meja saya, Bu, hehehe
    sempat kuatir ga bisa pulang. untung selepas Maghrib mulai aman. dan untung saya bisa dapat angkutan pulang ke rumah. udah kuatir bakal pulang jalan kaki 🙂

    Utaminingtyas,
    Kemarin sudah berpikir, kalau benar-benar terjebak, tak bisa maju atau mundur mau mampir kantormu…paling tidak temannya banyak.
    Syukurlah mobil belakang mau geser mundur pelan-pelan…hahaha…dan kita balik arah melawan arus untuk belok ke Casablanca…wahh benar-benar melelahkan.

  27. Yah sebenarnya kita semua harus merenung ulang……. Saya ingat satu cerita tentang katak yang ada di dalam sebuah panci. pancinya ada di atas sebuah kompor yang nyalanya sangat kecil. Kompor tersebut apinya membesar sedikit demi sedikit, sampai-sampai perubahannya tidak dapat dirasakan. Pada akhirnya air pun mendidih. Namun karena perubahannya yang sangat pelan, katakpun matang, namun dia tidak merasa. E….jangan-jangan kita juga seperti katak tersebut…..

Tinggalkan komentar