Bersahabat dengan yang “lebih muda”, mungkinkah?

Membaca tulisan Imelda disini, mengingatkan pada pengalamanku sendiri. Saat masih mahasiswa saya sering mengobrol dengan om dan tante, yang saat itu jarak umurnya diatas 10 tahun. Dan obrolan ini menyenangkan, serta berbeda dengan obrolan bersama teman seusia. Dan saat sudah bekerja, kebetulan om dan tante tempat saya kost juga bersikap kekeluargaan, beliau selalu menjadi tempat rujukanku jika ada masalah yang memerlukan pandangan orang lain.

Saya mempunyai seorang mantan bos, beliau sangat akrab dengan putra-putranya, bahkan jika mengetahui putra atau putrinya mulai serius berhubungan dengan pacar, beliau selalu merangkul pacar putra putrinya, dan karena dekat, maka pergaulan mereka dapat diawasi serta diarahkan ke hal-hal yang postitif. Kadang belum tentu kita menyetujui atau kurang sreg dengan pilihan anak-anak kita, namun hal tersebut tak boleh ditunjukkan dan terlihat pada air muka kita, karena mereka masih dalam batas pertemanan yang belum tentu menjadi serius. Penolakan terkadang malah membuat anak-anak menjadi pemberontak, dan melupakan akal sehatnya.

Saya mencoba menjadi sahabat bagi anak-anak, keponakan, agar mereka bisa mencurahkan perasaan pada saya, daripada mereka lari pada orang lain, yang sarannya belum tentu sesuai dengan anak atau keponakan kita. Begitulah, saya dekat dengan sahabatnya anak-anakku, dan saat saya bertugas ke Yogya, saya menyempatkan ketemu sahabat anakku yang saat itu kuliah di UGM, dan dia senang ditawari tidur di hotel bersamaku….dan malam itu setelah cape jalan-jalan keliling Yogya, kami berdua mengobrol dengan santai. Mengobrol dengan teman anak, mendengarkan pandangan-pandangannya, serta bagaimana dia melihat anakku, membuka cakrawala baru bagiku, untuk lebih memahami karakter anakku.

Meta, sahabat si bungsu yang kuliah di Arsitektur UGM
Meta, sahabat si bungsu yang kuliah di Arsitektur UGM
Si bungsu bersama teman Comlabs ITB, kakak dan kaka ipar
Si bungsu bersama teman Comlabs ITB (Malik dan Anto), kakak, Andjar Priandoyo dan kakak ipar

Begitu juga jika saya ada tugas ke Bandung, dan menginap di hotel karena tugasnya sampai malam hari, maka anakku bersama sahabatnya akan menemaniku tidur di hotel.

Si bungsu bersama sepupu dan calon kakak ipar
Si bungsu bersama sepupu dan calon kakak ipar

Mengobrol dengan mereka terasa menyenangkan, saya menjadi lebih tahu kondisi mahasiswa sekarang yang tentu jauh berbeda dengan saat saya masih menjadi mahasiswa.

Begitu juga saat si sulung cerita, bahwa dia telah jatuh cinta pada seorang cewek, maka saya mengundang pacar si sulung untuk ketemu, dan kemudian malah menjadi akrab. Pada saat ada kesempatan jalan-jalan ke Minangkabau, saya mengajak serta pacar si sulung, agar dia lebih mengenal keluarga kami dari dekat.

Lis dan Ani di depan mushola istana Pagaruyung
Lis dan Ani di depan mushola istana Pagaruyung

Saya juga melibatkan pacar anakku untuk ikut dalam acara-acara keluarga, seperti ikut menemani kondangan.

Kondangan di JW Mariot, Jakarta
Kondangan di JW Mariot, Jakarta

Ternyata pendapat mantan bosku benar adanya, bahwa berteman dengan anak, dan sahabat anak ataupun pacar anak sangat menyenangkan.

Anak, ponakan, sepupu dan para pacar
Anak, ponakan, sepupu dan para pacar

Siapa bilang kita tak bisa bergaul dekat dengan mereka?

Iklan

48 pemikiran pada “Bersahabat dengan yang “lebih muda”, mungkinkah?

  1. heheheh ibu… tuh kan ibu juga dulu bergaul dengan yang lebih tua, karena dengan begitu bisa belajar banyak. Sama seperti sekarang saya bergaul dengan ibu (eh tapi beda umur kita kan tidak begitu banyak ya bu hihihi), karena saya bisa belajar banyak juga.

    tua, muda, sebaya sebetulnya sih sama saja… yang penting cocok ya bu.

    Ibu kapan ke Tokyo? nanti ajak saya nginap di hotel ibu ya (Imperial Hotel gitu bu hehhehe)

    Ikkyu san,
    Sayangnya ga ada acara turne ke Tokyo ya…..hahaha…
    Imel beda jauh lho sama aku, kalau aku menikah selepas SMA apa tahun kedua kuliah (temenku ada lho), tentu anakku seumur Imel…..
    Sebetulnya bergaul dengan yang muda seneng kok Imel, suka dengar hal lucu-lucu, dan mereka lebih hebat lho dibanding aku dulu. Kadang saya mikir juga, saat aku seumur mereka saat masuk perusahaan, kepandaian dan pengalamanku belum sehebat mereka…sebetulnya ini tanda yang menyenangkan kan?

  2. Setuju bu! Seringkali karena bermaksud melindungi, kita malah mengekang orang yang kita cintai -dalam hal ini anak-, putri2 saya masih baby, tapi saya tau tantangan didepan pastilah berat. Dewasa ini pergaulan punya begitu banyak dampak dalam kehidupan kita. Mudah-mudahan sebagai orang tua, saya dan suami diberi kekuatan dan kebijaksanaan dalam bertindak. Ibu ini hebat sekali, anak2nya ‘jadi’ semuanya yah!!!he…

    Nadin
    ,
    Kuncinya kita dekat sama mereka, memberi kepercayaan dan tidak mengekang. Anggap teman anak-anak seperti anak-anak sendiri…dulu rumahku rame terus, karena teman anak-anak suka baca, tiduran di rumahku. Dan si mbak selalu dipesan untuk menyediakan makanan bagi teman anak-anak…lha daripada anak saya yang ke luar rumah.

    Selain itu dibuat kegiatan luar sekolah yang menyenangkan, dulu anak saya selain sekolah madrasah, latihan silat/karate dan piano. Setiap pulang latihan, mereka bebas membeli buku bacaan setelah disortir ibu (bacaan yang sesuai umur), sehingga acara kursus piano menjadi acara yang ditunggu, karena ibu dari kantor langsung ke tempat latihan, menunggui, mengajak ke toko buku dan kemudian makan sesuai keinginan mereka.

    Dan agar mereka suka, kami berusaha mencarikan acara yang anak kami bisa manggung….sehingga mereka tertantang untuk berlatih.

  3. Setuju, selama yang tua mengerti dunianya yang muda, dan yang muda juga mengerti dunia yang tua , karena menurut saya kalau tidak bisa jadi gak nyambung gap yang tidak terjembatani 😀

    Koko
    lplpx.com

    Akokow,
    Pasti ada “gap” tapi dengan diskusi, sering ngobrol maka gap tadi tak menjadi masalah lagi, berganti saling memahami.

  4. Papi dan Mami memang orang tua yang cukup gaul, sehingga sejak SD sampai kuliah, rumah selalu jadi jujugan buat teman-teman. Malah saat SMA itu, banyak temen2 cowok yang main ke rumah setiap malam minggu, sampai sepuluh orang gitu deh.. Dan saat itu, Papi dan Mami yang heboh bikin masakan buat mereka… Gimana temen-temen nggak yang semakin rajin main ke rumah… hahaha…

    Alhamdulillah, aku bisa bergaul dengan banyak kalangan usia. Ini patut disyukuri karena hanya sedikit orang yang bisa menyamakan tune 🙂

    Tapi memang, tergantung juga dengan siapa saya berteman… Kalau orangnya seperti Bu Enny, Sis Imelda, Om NH.. yang mungkin dari segi usia berbeda jauh, tapi tetap saja… Anda-Anda semua adalah orang-orang yang sangat mengasyikkan! Lupa deh sama age difference-nya.. 🙂

    Lala,
    Untuk bisa berteman, tentu ada semacam empati dari kedua belah pihak, tanpa itu tak akan nyambung, apalagi berteman dengan orang beda usia…..
    Dalam hal ini, kedua pihak harus saling mendekat, dan mencoba memahami, dan menyenangkan jika bisa dilakukan…

  5. lho..lho…sepupu, ponakan, beserta pacar-pacarnya kok fotonya ga dipajang? waduh…anggota geng gong bisa demo tuh hihihihi…becanda!

    Btw, You ROCK Mom!

    Si bulet,
    Udah tuh ditambahi…bukannya malah mengurangi pasaran ya…hehehe (becanda).

  6. Dengan berteman atau jalan dengan yang muda, berasa kita juga muda lagi. Tetapi saya tetap harus ingat, bahwa saya sudah tidak seeprti mereka, saya sudah punya anak istri, jadi harus juga bisa mengerem dan tidak ikut semua kegiatan mereka.
    Biasa Bu, anak muda terkadang sering bikin kegiatan yang terlalu menyita waktu dan dana, dan malah terkadang ada kegiatan yang nyrempet2 negatif… 🙂
    Hanya sharing aja Bu, saya selama hampir 2 tahun lalu sering ngikutin kegiatan anak-anak motor. Setelah pindah ke Sidoarjo, rasanya juga sepi tanpa kehadiran mereka yang biasa selalu memenuhi rumah dengan tawa serta guyon yang terkadang sangat kasar, sampai terkadang istri saya mengajak anak-anak masuk untuk tidak melihat kelakuan mereka.

    Miss you guys…

    Sapimoto,
    Disini yang saya maksud justru orangtua turun ke bawah, lebih mengenal anak-anaknya. Kalau saya, mengajak teman ke rumah harus hati-hati dan telah diseleksi, yang memberikan pengaruh positif….. karena begitu kita menikah sudah ada konsensus dengan pasangan “apa yang boleh dan apa yang tidak”

    Bergaul dengan yang muda, dalam arti lebih mengenal teman anak-anak, teman keponakan….dan belakangan juga teman blogger, itupun juga hanya para blogger yang kemungkinan bisa diajak diskusi dan minatnya sama.

  7. nah, ini baru ortu keren! mestinya gap memang disiasati dengan bergaul dan lebih mengenal, karena tak kenal maka tak sayang, toh? alih-alih berprasangka dan prejudice duluan, mending dirangkul biar ketemu sregnya.

    satu yang merusak adalah gosip, bu. membunuh karakter banget. saya punya pengalaman teman yang selalu mencekoki saya dengan keburukan seserang yang belum saya kenal dekat, yang ternyata setelah saya temani orangnya oke aja. lagi-lagi jangan buru-buru termakan gosip.

    tapi ada juga loh bu, orang yang auranya bikin gak sedap aja, makin digauli malah makin bikin sepet. kalau udah gitu gimana menyiasatinya, ya? sementara mungkin kita bakal musti berhubungan lama dengan orang tersebut, semisal sekantor atau satu institusi.

    Marsmallow,
    Kita tak bisa memilih teman sekerja, ataupun memlih atasan dan bawahan, tapi kita bisa menyiasatinya. Jika dia suka bergosip, kita sebaiknya menghindar, atau kalau terpaksa tak bisa dihindari, upayakan selalu ada orang lain…karena salah2 dibelakang kita dia akan mengatakan kita lah yang jadi sumber gosip tsb.

    Memang ada orang yang auranya bikin panas…mungkin karena saya termasuk zakelijk (bener nggak tulisannya), orang2 yang tak sesuai tak berani dekat juga….hahaha…jadi sebetulnya saya juga sering dibilang galak….ya gpp, daripada kita ngobrol ngalor ngidul ga jelas.

    Jujur saja, saya memilih teman, kalau tak cocok ya sekedar say hello aja, tak berlanjut kemana-mana, mengobrolpun mati langkah. Tapi kalau udah sama minatnya, dan dia juga positive thinking (entah kenapa saya ga suka orang pesimis, karena bagi saya hidup ini berjuang dan bekerja)…maka saya bisa dekat sekali seperti saudara.

  8. Satu lagi ortu gaul (di blogsfer) yang saya kenal selain Pakdhe Mbilung Ndobos. 😛

    Jadi ingat alm. ayah saya dulu saban malam ikutan main PS2 bareng saya dan teman-teman sambil teriak-teriak ga jelas. …

    Goenawan Lee,
    Saya ikutan Fs gara-gara saran Mealnie Sadono (mantan Putri Indonesia tahun 70 an), yang sekarang jadi dosen di Trisakti, dan putranya lulusan ITB, saat itu kenalnya karena sama-sama sebagai IOM ITB (Ikatan Orangtua MahasiswaITB). Dan ternyata bergaul dengan anak-anak, banyak hal yang bisa dipetik, bahkan saat PB08 kemarin, banyak teman2 yang menyapaku sebagai ibunya kunderemp (anak sulungku).

    Menulis blog inipun atas saran anak-anakku, agar ibu masih punya aktifitas setelah pensiun.

  9. Wah, bu Enny hebat euy! Padahal menyamakan frekuensi dengan yang muda kan tidak mudah, Bu.

    Komunikasi generasi bapak ibu dan budhe-budhe dengan saya rasanya ada missing link gitu. Misal membahas tentang pilihan kerja.

    Zaman ortu dulu, dokter-insinyur-atau PNS sepertinya profesi mentereng sekali. Sedangkan sekarang era internet. Pilihan pekerjaan bisa berubah drastis.

    Uang bisa didapat dengan melakukan transaksi online dari rumah, dalam kondisi baru bangun tidur, belum mandi pisan. Ini yang sering tidak dimengerti generasi sebelum saya.

    Tapi saya jadi belajar : pikiran harus terus terbuka, terutama dengan perkembangan zaman. Zaman sekarang dengan tren kalo anak2 saya besar kelak, tentu akan sangat berbeda.

    Supaya kelak anak2 bisa memahami saya, ortunya dulu yang musti bersedia memahami mereka. Begitu kan, Bu?

    Sanggita,
    Risikonya kita juga harus memahami mereka, dan belajar internet agar tak ketinggalana informasi. Dan jujur saja kadang tertatih-tatih mengejar ketinggalan, tapi ga boleh patah semangat. Dekat dengan mereka menjadi memahami pemikiran mereka, cara berpikir mereka, dan anak-anak pun mau sharing pengalaman dengan orangtuanya, mengenalkan teman-temannya.

  10. Wahh enak banget nih punya ortu kayak mbak! Bisa ngerti sekaligus ngayomi orang-orang muda. Kalo ortu kayak gini, bisa bikin anak betah di rumah.
    tapi kalo ortunya juteks en nggakngertiin anak muda, ya terpaksa anak muda cari tempat yang nyaman buat mereka kumpul. Jadi pengen maen ke rumah mbak!

    Qizink,
    Lha rumahku memang terbuka bagi anak-anak…..suamiku juga suka mengobrol dengan mereka. Bahkan jika keponakan bersama teman-temannya ke Bandung, suka menginap di rumahku di Bandung, tentu saja asal mau seadanya.

    Risikonya memang rumah tak bisa rapih (terutama saat anak sulungku laki-laki masih kumpul), nanti anak-anak nggak krasan, sepanjang berantakannya nggak kebangetan, ya dibiarkan saja.

  11. Postingan sharing yang menyenangkan .. saya jadi pede lagi bu untuk berakrab² dengan anak muda 🙂 .. karena selama ini, saya merasa orang² selalu menilai aneh kalo kita terlalu akrab dengan anak² .. bahkan ada yang berpendapat bahwa kalo terlalu dekat .. nanti hilang wibawa kita. Padahal enggak kan bu? .. semua tergantung kita koq ya.

    Erander,
    Lho! kenapa mesti malu, justru saya di kantor juga dekat dengan anak buah, mereka sering curhat. Tapi jika mereka tak cerita masalah pribadi, saya juga tak berani ikut campur. Pada kenyataannya mereka juga mengerti kok, ada aturan main dalam hal pekerjaan yang tetap harus sesuai prosedur. Kedekatan adalah untuk memudahkan memahami karakter dan perilaku mereka, yang pada akhirnya lebih mudah untuk menggerakkan mereka mencapai kinerja yang baik. Bahkan dalam menilai kinerja, kita harus menilai soft dan hard kompetensi meraka, tanpa kenal dekat dan tahu persis kinerjanya, kita tak bisa menilai soft kompetensinya.

    Bergaul dengan anak muda, membuat kita berjiwa muda, semangat dan mau belajar terus.

  12. Setuju, jadi ortu jaman sekarang harus gaul. Siapa bilang anak2 muda gak punya wisdom, kadang saya justru belajar banyak sama anak sendiri. 🙂

    Ton6312,
    Betul mas Toni, saya juga kadang kaget mendengar celetukan mereka, walau saat itu anak-anak masih usia SD. Memang sebenarnya kita bisa banyak belajar dari anak-anak.

  13. bu enny kan juga gaul di internet hehehe, bisa guyub bareng anak2 muda seperti saya *saya masih muda? hahahaha*
    senang rasanya punya orang tua seperti bu enny.
    kalo di keluarga saya, ngak sampe seperti itu, mungkin gara2 ketakutan personal saya sih, sampe sy tidak mengenalkan siapa2 aja teman saya.
    Dan juga sejam kelas 1 SMA sampe kuliah ngak pernah bareng ortu jadi gimana mo kenalin.. paling yang tetangga rumah ortu aja yang masih satu sekolah sama saya aja dikenal ortu 😀

    Arul,
    Lha Arul kan seumuran sama anak bungsuku, malah mungkin lebih muda.
    Mungkin Arul bisa mulai mencoba dekat dengan orangtua, pasti seneng deh ortu kalau Arul banyak cerita…dimulai aja cerita yang umum dulu.

    Anakku kalau cerita tentang temen, saya kadang juga nggak tahu yang mana, tapi kalau suatu ketika diperkenalkan pasti udah langsung tahu. Anak-anak sesekali datang di kantor, dan bisa membayangkan pekerjaan ibu seperti apa. Juga saya pernah diajak si bungsu ke labdas, dimana dia jadi koordinator asisten disitu.
    Dengan demikian, anak-anak bisa memahami jika terkadang ortu stres atau lelah. Pemahaman ini memudahkan anggota keluarga dalam berkomunikasi.

  14. Alexhappy

    sy juga berteman dg ibu sy baru 28 taon ibu berapa ya? mungkin angktn ibu saya. iya kan bu?

    Alexhappy,
    Jangan-jangan usia saya malah di atas usia orangtuamu, karena dulu saya berkarir dulu, baru menikah.

    Pertanyaannya, Alex apa dekat dengan orangtua? Jika belum, coba dekati beliau, pasti akan senang sekali.

  15. Waktu pesta Blogger yang nyapa Ibu kan, kebanyakan masih belia, sepantaran Ani…. (malah Ani kalah sama Ibu, hehehe peace An!)
    😀

    Yoga,
    Dulu saat PB07, si sulung juga tak terlalu dikenal, tapi dia memang suka gaul, dan blognya di update terus…jadi akhirnya saat kemarin, yang menyapa adalah teman-teman si sulung (teman dunia maya, ada beberapa adik kelasnya di UI). Ani memang jarang update blognya, juga jarang blogwalking, dia tipe yang fokus pada hal tertentu…..entah nanti kalau udah lulus S2.

  16. Bersahabat dengan yang lebih muda? Dengan anak2..? Wah ini perlu dicontoh nih Bunda… Berbahagialah anak2 yang mempunyai orang tua sebagai sahabatnya.

    Aku sesungguhnya juga berusaha melakukannya pada anak2ku.

    Disisi lain sebaliknya kadang kita (yang masih muda) mesti belajar dan mencoba menjadi sahabat orang tua juga. Dan orang tua (apa lagi jika sudah sepuh) kadang juga gak mudah dimengerti. Dalam banyak hal kita yang muda2 yang sepertinya harus cukup melakukan adjusment dengan kebutuhan mereka.

    At the end, bisa terjalinnya persahabatan itu tampaknya tetap harus dari 2 arah yaa Bunda. Bener gak sih kesimpulan saya..? 🙂

    Nug,
    Betul…persahabatan terjadi dua arah, tak bisa jika salah satu memaksakan kehendak. Memang ada orangtua yang rewel, mengatasnamakan pengalaman, dan kadang mengancam jika anak tak menurut…tentu saja hal seperti ini akan menjauhkan anak. Semoga saya tak menjadi orangtua yang rewel nanti, dan berusaha bisa tetap mandiri (baik dari segi finansial atau apapun), sehingga anak-anak akan senang jika nantinya sesekali didatangi orangtua…dan mereka tetap bisa mengurusi keluarga kecilnya dengan bahagia.

  17. Salam kenal ibu…

    Aku sependapat dengan ibu, yang tua harus merangkul yang muda, ibu sangat bijaksana…

    Redesya,
    Betul…karena sebetulnya anak-anak adalah pribadi yang menyenangkan. Dan dengan memahami mereka, orangtua bisa menjadi sahabat anak, tanpa mencampuri privacy nya.

  18. Berteman dengan siapapun rasanya tak jadi masalah. Dengan yang lebih tua kita malah bisa mengambil hikmah dari pengalaman kehidupan mereka. Sedangkan dengan yang lebih muda dengan usia terpaut jauh, kita bisa “ngemong”, mendampingi sekaligus mengarahkan sambil melihat tren dan perkembangan yang berlaku di kalangan mereka. Coba kita lihat Yon Koeswojo, vokalis Koes Plus (sekarang Koes Plus Pembaruan), grupnya malah di dominasi oleh anak2 muda dengan usia terpaut sangat jauh.

    Mufti AM,
    Bergaul dengan yang muda adalah bagaimana orangtua tetap bisa dekat dengan anak-anak, anak buah, agar bisa saling memahami. Yang perlu dijaga adalah tak mengganggu privacy masing-masing, kecuali mereka minta saran.

  19. Hmmm… ilmunya patut ditiru bu, apalagi di jaman skr… beda banget waktu saya msh sekolahan dulu.. hampir tiap hari ada aja berita ttg kelakuan remaja skrg 😕

    Idawy,
    Justru karena situasi sekarang, maka orangtua disarankan dekat dengan anak-anaknya. Dan agar anak-anak mau menerima, orangtua hendaknya juga memahami karakter anak masing-masing, tidak mencampuri privacy tanpa diminta dsb nya.

  20. andaikata mertuaku dulu seperti itu…….
    perjuangan ngak akan terasa berat

    Suwung,
    Saya tak terlalu paham maksudmu…
    Jika beliau bukan termasuk orangtua yang terbuka, disarankan bagi yang muda untuk yang mendekati lebih dulu…siapa tahu situasi dapat lebih cair…

  21. anak2ku masih kecil..
    yang sulung baru 15…

    nah yang sulung ini mulai kenal temen perempuan n sering dapet sms dr temen ceweknya…

    karena aq juga menerapkan perhubungan yang turun padang seperti dikau mbak..
    sulungku selalu share tentang siapa aja yang naksir, sms atau ngajak dia maen…

    bener, deket sama temen anak banyak manfaatnya…

    Ely S,
    Mendengar cerita anak sejak balita juga menyenangkan lho…..saya dulu sering terkagum2 mendengarkan cerita anakku, dan sekarang ganti cucu keponakanku…lucu sekali, dan betapa polosnya mereka. Juga saat mereka TK, si sulung mulai naksir cewek…”Pita merahnya cantik bu,” katanya. Dalam hati geli, naksir pita merahnya atau ceweknya.
    Semakin besar, anak-anak terasa seperti teman, curhat kalau ada temen cowok yang naksir, atau kalau mau naksir cewek, perlu bawa bunga apa tidak. Hal2 kecil seperti ini membuatku bisa mengikuti gaya anak muda sekarang, belum komentar gaul mereka…..

  22. tergantung klik enggaknya sih bu, kalo saya.
    bukan tergantung pada usia. saya bisa aja nggak klop sama yg seusia saya. tapi malah cocok berbincang sama yg seumuran saya plus 10 s/d 20 th. wong sama paklik saya saja malah akrab banget, saya sampai ngoko ngomongnya, saking2 akrabnya. 🙂

    Goenoeng,
    Betul…tergantung “klik” nya…ini kalau sama orang lain kan? Kalau sama anak sendiri, “Klik” tadi harus dibuat, betapapun kita sebagai orang tua harus bisa memahami dan dekat dengan mereka. Tak bisa dipungkiri, masing-masing anak punya karakter berbeda, justru disitu menjadi lebih menarik.

  23. saya masuk daftar pacar ponakan, atau pacar anak adik, atau apalah bu…boleh kan…hehehehe btw ke minang dulu udah main kemana aja bu….

    Imoe,
    Nggak ada larangan kok….
    Anak dan calon menantuku (saat itu) cuma punya waktu sehari, datang Jumat sore, terus keliling kota Padang dan sekitarnya, termasuk ke Universitas Andalas yang luas itu, terus ke pantai Air Manis melihat batu yang dikatakan peninggalan Malin Kundang, terus ke jembatan Siti Nurbaya.

    Besoknya, pagi2 ke danau Solok, ke Batu angke-angke, ke istana Pagaruyung (sebelum terbakar), Batusangkar, Bukittinggi (lihat Goa Jepang, Ngarai Sihanok dll), terus turun melewati kelok 44 ke danau Maninjau….nginepnya di hotel di atas Danau Maninjau. Besok pagi2 anak dan menantuku sudah balik ke Jakarta, dan si bungsu terus ke Bandung, karena Seninnya ada kuliah. Dan saya melanjutkan pekerjaan, dari Senin s/d Kamis masih di Padang. Dulu paling tidak, setahun sekali saya ke Padang, sayang saat itu belum kenal bung Imoe.

  24. saya merasa bergaul dengan yang lebih tua lebih menyenangkan dibanding dengan yang muda…
    karena rata2 orang tua yang saya kenal mau mendengarkan dan memberi masukan yang baik bagi pandangan-pandangan saya.

    orang2 tua itu, termasuk ibu teman saya dan bu enny sendiri, yang menginspirasi saya agar besok kalau sdh berumur saya bisa jadi ortu yg dekat dengan anak…dan teman-teman si anak.
    dengan demikian, mereka akan mau lebih terbuka pada saya dan saya justru mudah mengarahkan mereka 🙂

    Wennyaulia,
    Hehehe….alasanku menikah dulu karena pengin punya anak…karena saya suka melihat anak yang lucu-lucu.
    Dan setelah punya anak sendiri, juga keponakan, senang sekali mengamati perbedaan karakter mereka, walau dari ibu bapak yang sama. Dan ngobrol dengan anak, selalu ada hal yang menarik….dan betapa rasanya saya kurang sekali dalam ilmu dan keahlian…anak-anak lebih tanggap dan cepat menangkap hal-hal baru.

  25. Benar bu, belajar kan tidak mengenal usia kan Bu..
    Yang muda bisa belajar dari yang lebih tua, demikian sebaliknya….

    Kalo kita ingin dekat, maka kita pun harus mau mendekatkan diri.

    Terimakasih buat kunjungan ibu ke blog saya…jangan lupa singgah lagi ya Bu

    Prameswari,
    Semua tergantung dari kita kok, kalau kita membuka diri, mereka juga akan berani mendekat. Dan tak ada salahnya bergaul, baik pada orang yang lebih tua atau lebih muda karena selalu ada sisi menarik yang bisa dipelajari.
    Selamat ya blog barunya, akan sering saya tengok….

  26. Bunda ini benar-benar orang tua modern, dan beruntung sekali sisulung dan sibungsu. Karena Ibunya bisa bergaul dengan sahabat, teman dan juga pacar.. 🙂

    Saya pribadi malah sering berteman dekat dengan orang yang jauh lebih tua ataupun jauh lebih muda. Teman sebaya sejak diperantauan jarang sekali yang menjadi sahabat baik hanya ada satu orang. Tetapi tetap saja menyenangkan dan indah… 🙂 Thanks

    Yulism,
    Pada dasarnya setiap orang suka bergaul, mengelompok, dan selalu cari yang “klik”. Dulu saya juga begitu, namun sejak indekost, maka saya berubah, karena om dan tante orang yang menyenangkan, dan karena pernikahannya bahagia, mereka juga membuat suasana rumah menyenangkan. Sejak mahasiswa, pergaulanku makin meluas, apalagi setelah kerja.

    Dan saat punya anak, untuk memahami mereka, satu2nya cara ya kita harus dekat dengan mereka, memahami perasaan mereka, walau mungkin kadang saya salah, tapi minimal anak-anak tahu ibu sudah mencoba untuk memahami. Dan ternyata, mereka menjadi guru yang baik, mengajari saya hal-hal yang tak pernah saya tahu sebelumnya, seperti menulis di blog.

  27. Sebenarnya yang menentukan bukan tua atau mudanya dalam persahabatan tetapi lebar sempitnya “spektrum” seseorang. “Spektrum” di sini bukan berarti pengetahuan atau pengalaman saja, tetapi juga mencakup “mood” dan “perasaan”. Tentu saja pengetahuan dan pengalaman adalah penting dalam persahabatan supaya kita tidak terlihat ‘kuper’ alias kurang pergaulan. Kalau ada orang ngomong kita cuma bengong saja….. untuk itulah pengetahuan dan pengalaman sangat penting pergaulan atau persahabatan. Saya sendiri berusaha untuk selalu melebarkan ‘spektrum’ saya mulai dari sains…. hingga masalah puisi, bahasa, seni dan juga musik ataupun film. Pokoknya kuncinya adalah kita harus berusaha mencintai semua itu. Insya Allah, dengan begitu kita tidak bengong aja jikalau ada orang ngomong dengan topik2 tertentu…..

    Namun ada juga ‘spektrum’ yang lain yaitu spektrum ‘mood’. Ini juga yang saya usahakan terus saya kembangkan….. yaitu ketika orang serius, kita juga serius. Kalau orang becanda, ya kita harus juga bisa becanda kalau perlu kita bisa juga ngakak…. wakakakakak…. seperti itu. bahkan kalau ada orang ngomong sedikit2 jorok gitu, saya juga ikut2an, wah yang dicoret terakhir itu sunah makruh lho bu. Huehehe…. 😀

    Kalau saya sih, begitu saja kuncinya dalam membina persahabatan. Dengan begitu insya Allah, saya tidak canggung untuk berteman dengan yang jauh lebih tua dari saya, ataupun juga dengan yang jauh lebih muda dari saya……

    Yari NK,
    Betul kang Yari…harus banyak baca dan wawasan sehingga obrolan bisa nyambung…tapi kalau ngomong jorok…ya enggaklah…

  28. hmm jd iri, ibu ini tampaknya punya kemampuan social engineering (bhs kerennya gaul he he) yg mantabs

    sepertinya asyik bisa melihat perpektif orang yg jauh lebih tua atau yg lebih muda, kalo seandainya ibu Enny jd guru, cocok sekali jd Guru BP… ibu mungkin tipikal orang yg bisa memahami permasalahan anak muda *halah*

    dan sy lebih terkesan lagi dgn kemampuan bergaul Ibu, waktu pestablogger kemaren, orang sepenting Pak Kusmayanto Kadiman bahkan menghampiri Ibu Enny, what a ? … keren bangetz, sy sampe nyuruh istri sy untuk curi2 untuk memfoto momen tsb

    kalo sy entah kenapa, sifatnya sangat sulit untuk “bergaul”, di pestablogger kemaren pun dari ribuan orang yg hadir, sy cuma kenalan ma 2 orang, blogger di kiri dan kanan saya saja, bahkan ingin kenalan ma bu Enny aja mindernya minta ampun, gak berani sy menghampiri ke depan he he …

    bukan dengan orang lain saja sy begitu, dgn orangtua pun yg dekat, jarang komunikasi, dengan teman sebaya pun begitu, minim bicara, satu2nya momen sy bicara banyak dan mengeluarkan banyak curhatan di dunia Real mungkin kpd istri saja

    kadang ingin sekali punya kemampuan bergaul, punya kemampuan PDKT ke banyak pihak, tapi koq di dunia Real susah yah dilakukan ^_^ (beda lagi kalo di dunia maya, karena mungkin cuma berhadapan dgn mesin, chatting atau blogwalking suka tiba2 jd akrab)

    nah jd, intinya sy cuma request lagu eh postingan, kali aja ibu Enny punya tips & trik atau pengalaman bagimana meningkatkan kemampuan social engineering ini

    *maaf jd kebanyakan curhat* (doh)

    ps : sekedar usul iseng, diterima syukur alhamdulillah, dihiraukan pun tak mengapa ^_^

    Aditya,
    Kemampuan itu bisa dilatih, asal mau dan tidak malu. Dulu saya juga nggak seperti itu, tapi saat mahasiswa, setiap tahun ada acara ke kampung, mencari data perekonomian wilayah tsb. Terbayang kan tanya sama petani, didaerah Sunda (nggak bisa ngomong Sunda), hanya 4 km dari kawah Gunung Galunggung, maka segala cara harus dilakukan…dan intinya harus bisa dapat data dan di olah.

    Apalagi saat mulai penelitian, masing-masing mahasiswa kan berdiri sendiri, harus diskusi sama mandor, sama petani dll. Setelah kerja ada target mendapatkan klien, lha kalau saya diam aja kan target tak tercapai. Latihan yang terus menerus, dan belajar terus agar wawasan bertambah, demikian juga pengetahuannya, harus terus dilakukan, untuk memudahkan ngobrol dengan siapa aja…..

    Sebetulnya saya kenal KK sejak si bungsu masuk ITB tahun 2003, sengaja memperkenalkan diri, kirim email pada beliau, apakah orangtua boleh mendapatkan dan memonitor nilai anak-anaknya. Beliau sendiri menekankan pada mahasiswanya…kalau cuma dapat IP 4 gampang, lulus tepat waktu gampang…tapi bagaimana agar IP bagus, lulus tepat waktu dan gaul…cari minimal 1000 teman selama kuliah di ITB. Si bungsu sangat nge fans dengan beliau. Sejak jadi Menteri saya hanya kadang2 email, dan udah lama tak ketemu, saya kira beliau lupa….

    Mudah2an cerita saya membuat Aditya berani memulai mengajak ngobrol orang, bagaimana memasarkan jualan jika kita hanya diam saja?
    Kapan2 saya coba tulis deh, mesti direnungkan dulu, karena saya hanya berdasar pengalaman pribadi.

  29. Itulah bu alasan mengapa saya selalu ingin kembali kesini …. dan kesini lagi.
    Karena ibu selalu memberi postingan yang sangat bermanfaat untuk saya dan keluarga.
    Terima kasih ya bu.

    Love you

    Irna,
    Syukurlah kalau bermanfaat, karena kadang saya ragu apakah postingan yang remeh temeh ini bermanfaat, ntar disangka narsis lagi. Namun karena ada yang request, ya saya memberanikan diri untuk memposting tulisan ini, dan memang tak ada dasarnya, hanya dari pengalaman pribadi, saran psikolog saat saya diskusi dengan beliau, juga saran orang yang lebih tua dan telah berpengalaman.
    Jadi nilai akademisnya tak ada…..tapi mudah2an masih ada manfaatnya.

  30. Terima kasih bu Enny untuk sharingnya. Apa yg ibu lakukan mirip alm. mertua lelaki saya. Dulu semasa hidupnya, teman2 beliau beragam, mulai dari anak muda hingga kakek2.

    Btw jadi pengen ketemu lsg dgn bu Enny nich, krn waktu pesta blogger kemarin saya gak jadi datang padahal udah bilang see you in pesta blogger ke ibu 🙂

    Salam

    Aris Heru Utomo,
    Waduhh..makasih mas, jika ternyata ada manfaatnya. Postingan seperti ini awalnya selalu membuatku ragu, namun dorongan teman yang minta saya menuliskan hal ini (lucu juga ya, maksudnya biar dibaca istrinya…hahaha…maaf ya teman, saya ga menulis namamu kok)…akhirnya saya berani tulis.

  31. Intinya bersahabat dengan muda ataupun tua, toleransi dan sopan santun tetep…PASTI.
    Asyiknya lagi, kalo kita ngumpul satu team yang satunya agak2 tua….biasanya yang tua ini di tuaken. Selalu saja dijadikan leader Team. mudah banget direct mereka yang masih muda….Saya sempet bikin satu perjalanan dengan temen2 yang jauh lebih muda, ternyata mereka nggak mau ngasih aba2 apapun…nunggu yang dituakannya itu ngasih satu perintah, yang muda2 ngikuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut. Kenapa ya…?

    Pasti deh…dimana2 begitu bun….Oya….pantesan bubun awet muda….gaulnya sama yang muda terus….

    theKRY™,
    Ternyata beda dengan pengalamanku pakde. Di tempat kerjaku, justru yang muda yang di dorong, yang tua udah duluan, jadi gantian. Dan ternyata ini bagus lho hasilnya. Staf berkembangnya pesat sekali..juga dalam memimpin rapat, sebagai pimpinan saya hanya membuka, mereka yang saya suruh presentasi (tentu sebelumnya udah latihan peresentasi sulu didepan pimpinan). Setelah acara selesai, saya memberi komentar dimana letak kekurangannya, sehingga bisa diperbaiki saat meeting berikutnya. Dengan demikian mereka dipaksa untuk cepat masak….

    Bahkan dalam acara sosial, seperti di kompleks rumah dinas, bagian yang keliling cari dana adalah anak-anaknya, dan mereka juga panitianya, orangtua hanya duduk sebagai penasehat…ternyata malah sering ada surprise lho acara yang dipimpin oleh anak muda ini.

  32. Biso ngemong!
    itu barangkali kelebihan orang dewasa yang telah mengenyam asam garam kehidupan dengan segudang pengalaman hidup yang telah menjadikannya lebih dewasa dan bijak dalam menjalani hidup….hmmm

    Ndoro seten,
    Betul…..harus berani mendelegasikan, ngemong dari belakang, dan tak takut jika mereka berbuat kesalahan karena sebelumnya telah diantisipasi…dengan demikian ada interaksi yang positif.

  33. omiyan

    bergaul secara vertikal dan horizontal itu sangat baik terutama buat kita sendiri kata orang sih bisa bikin awet muda…

    Omiyan,
    Pada dasarnya kita bisa bergaul dengan siapa aja, baik vertikal maupun horizontal. Memang tetap ada pengaruh “Klik” di hati….jika minat sama, tentu hubungan lebih awet dan berkembang.

  34. Gimana waktu anak2 masih kecil bu?.. dilarang mulu gak?.. Soalnya saya protective banget sama anak. Tapi pengennya kalau sudah besar nanti, dia bisa akrab dengan saya seperti sahabat.

    Puak,
    Saya berusaha untuk tidak banyak melarang, kecuali hal yang berbahaya. Saat anak kecil, di rumah tak punya apa-apa, supaya anak bisa berlarian, tak takut melangkah atau merusakkan barang, sehingga anak berani mencoba tanpa takut salah.

    Saat si sulung dibelikan komputer, suatu malam saya lihat listrik kok masih menyala padahal jam 2 malam…begitu buka pintu…ternyata si sulung lagi asyik bongkar komputer. Saya lemas, padahal itu komputer belinya kredit (saat itu masih mahal sekali)…..tapi tak bisa marah. Jadi saat dia nggak bisa mengembalikan, dan dibawa ke teknisi, suami saya cuma bilang ke teknisinya…”Mas, kalau membetulkan, tolong anak saya boleh lihat ya”…..

    Prinsipnya tak ada barang mahal di rumah, dan jika rusak, ortu tak boleh marah. Kalau kita terlalu protective, nanti anak kita tak berani melangkah.

  35. kenapa emang klo bersahabat sama yg lebih muda mbak ?

    asik logh, apalagi MENIKAH DENGAN YG LEBIH MUDA DENGAN KITA…asiiiiiiiik booooooooooooook, asoiiii 😀

    Okta Sihotang,
    Saya tak paham dengan pertanyaanmu..
    Dan yang kedua, silahkan jawab sendiri….karena tulisan di atas tak membahas kesana.

  36. Jay

    Tidak ada salahnya untuk bersahabat dg orang yg lebih muda usianya. Atau sebaliknya.
    Ambil hal2 positifnya aja. Dan kita dijamin tidak akan ketinggalan informasi dan zaman…

    Jay,
    Intinya, bersahabat dengan anak muda (dalam hal ini dengan anak kita, dan atau anak buah), agar lebih memahami perilakunya dan juga mereka lebih paham atas kemauan kita. Dengan adanya hubungan yang timbal balik, akan memudahkan hubungan, karena jangan sampai anak tak pernah mengobrol santai dengan orangtua….padahal mengobrol dengan anak sangat menyenangkan.

  37. suhadinet

    Saya juga selalu berusaha agar jadi sahabat bagi siswa saya….

    Suhadinet,
    Saya dulu punya beberapa Guru, yang sangat dekat pada para muridnya…dan Guru seperti ini akan disayang dan dihormati oleh muridnya. Ayah ibu saya termasuk seperti ini, banyak sekali mantan murid ayah ibu, setelah jadi orang, mereka datang ke rumah…dan senang mendengar cerita keberhasilan mereka.

  38. wah senangnya punya ibu kayak bunda ya?? bunda dan ayanda saya juga begitu bun, dan mereka awet muda bun

    reallylife
    ,
    Bersyukurlah jika mempunyai orangtua seperti ayah bundamu….karena tak semua orang merasakan seperti itu…

  39. Betul Bu, bersahabat dengan yang lebih muda mempunya energi lain yang meletup2 hehehe… kalo saya paling di tempat les anak2 abege semua temennya. semenmtara saya udah kerja sendiri… jadinya ketawa2 dan santai, melepas kepenatan dari kerjaan di kantor…

    tapi saya berteman juga sama yang lebih tua di tempat lain, energinya beda lagi, lebih tenang kalem, penuh nasihat, dan pengalaman yang dibagi…. menyenangkan memang berteman dengan siapa saja itu 🙂 salam -japs-

    Japspress,
    Memang menyenangkan berteman dengan segala usia, banyak hal yang bisa kita pelajari, karakternya, nuansanya dan lain-lain.

  40. maksud saya gini bu
    mertua dulunya ngak begitu terbuka
    mungkin pendekatan diriku yang salah
    andai mereka lebih sedikit terbuka mungkin perjuangan untuk mendapatkan anaknya tidak begitu berat

    Suwung,
    Bukankah perjuangan yang berat, jika berhasil akan lebih memuaskan?

  41. wah iya nih, saya juga ngerasa “in” kalo ngobrol sama mamanya narpati…
    kapan ya main ke tempat tante lagi nih… kangen ngobrol-ngobrolnya
    (ntar kalo bayinya dah nongol kali ya…)

    Chairina
    ,
    Hi Chan, apa kabar? Kapan perkiraan melahirkan? Nanti ajak si kecil main ke rumah ya…walau Narpati udah ke Amrik, pintu rumahku terbuka untuk kalian. Atau mau ke Bandung?

  42. Wah, nggak banyak lho, Bu, orangtua yang bisa masuk ke habitat anak-anaknya. Dari cerita-cerita Ibu, rasanya Ibu lebur sekali dengan habitat Ari dan Ani. Beruntung sekali mereka…

    Daniel Mahendra,
    Mau nggak mau saya harus memaksa diri untuk lebih memahami anak-anak. Awalnya sulit, dan saya belajar dari beberapa orang yang profesional, seperti psikolog, dokter, guru sekolah anak-anak, maupun dosennya. Hal ini harus saya lakukan agar saya memahami kesulitannya, paling tidak saya bisa mendengarkan curhatannya, daripada curhat kepada orang lain, yang belum tentu kita kenal baik, dan sarannya bermanfaat (ini juga anjuran psikolog lho).

    Dan ternyata, dekat dengan anak-anak menyenangkan, banyak sekali ilmu yang diperoleh dari bergaul dengan mereka. Kebetulan Ari dan Lis agak malas kalau cerita (nggak seperti DV yang rajin cerita di blog), mereka lebih suka mengirim foto-foto lewat email. Saya paham, situasi di Amrik lagi sulit, bahkan Lis harus lebih banyak meluangkan waktu di kantor, ditambah rumor yang makin heboh, karena banyak perusahaan yang gulung tikar, diakuisisi dll.

  43. Huaaaaaaaaaaaaa…. sahabat saya di kampung malah ada yang namanya Yasmin, Aryo, Dhimas, Ardi, Bintang, Alexa… hehehe…. rata-rata masih balita… mereka nge-fans banget sama saya…

  44. Menurut saya…persahabatan itu seperti jodoh,ada magnet tari menarik,ada kecocokan karena sifat dan karakter… untuk ingin selalu berbincang apapun topiknya,siapapun dia dan berapapun usianya.

    saya dari dulu tidak pernah memandang usia dalam memilih dan bersahabat, dari yang muda kita belajar yang sedang mereka rasa, dari yang tua kita belajar sesuatu yang bermakna dari pengalaman mereka.

    saya juga berusaha menjadi sahabat,saudara dan mama dari kedua buah hatiku.

    Dulu sekolah,sahabat 2 saya betah main dirumah saya, dan sekarang saya ngak disana mereka juga selalu mencari orang tua saya.

    Bagiku tali persahabatan itu indah!

    saya juga salut sifat Bunda yang familiar….sukses dan bahagia selalu ya! 😀

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s