Kantor Pos dan Paket

Saat remaja, saya sering berhubungan dengan Kantor Pos, waktu itu sekedar surat menyurat dengan sahabat pena. Setelah mahasiswa, ke Kantor Pos menjadi rutin, minimal satu bulan sekali, untuk mengambil uang kiriman dari ayah, yang dikirim melalui wesel. Saya mempunyai kartu C1, agar setiap kali dapat kiriman uang, tidak harus minta tanda tangan ke Fakultas.

Kantor Pos di Jl. Fatmawati, Jakarta Selatan

Setelah mengenal bank, mengirim uang lebih mudah melalui transfer, saya tinggal turun ke bawah karena lokasi kantor cabang di lt.1 dari gedung tempat saya bekerja. Apalagi sejak ada ATM, transaksi semakin mudah.

Sejak si bungsu tinggal di Toyohashi akhir 2009 ( wahh hampir 15 tahun ya…😄😄😄)…ke Kantor Pos menjadi sering. Dan tujuannya mengirim paket makanan. Setelah si bungsu menikah, saya agak jarang kirim makanan, karena menantuku pinter memasak.

Setelah si bungsu hamil dan punya anak, mengirim paket menjadi rutin lagi…paling tidak 2-3 bulan sekali. Apa yang dikirim? Selain makanan khas Indonesia, seperti sambal pecel dan gado-gado…juga tolak angin, wedang uwoeh, dodol Garut, dodol durian, kadang-kadang si bungsu ingin dikirim indomie dengan berbagai variasi rasa, gudeg, dll.

Tempat ngecas baterei mobil listrik

Awal Februari 24 menantuku lewat si bungsu mengirim WhatsApp, nitip dikirim sajadah, sekaligus bumbu pecel dan gado-gado. Dari beberapa merk yang pernah saya kirim, menantuku cocok dengan sambel pecel merk “Enak Eco” dan bumbu gado-gado merk ” Marina”. Karena bingung cari dimana, akhirnya cari lewat Sophee…dan baru tahu ternyata bumbu pecel dan gado-gado berbagai merk bertebaran di Sophee. Akhirnya saya beli sajadah juga secara on line, dipandu Kristin ( istri anak sulungku)…maklum urusan belanja on line masih gatek.

Bumbu Gado-gado merk Marian kesukaan menantu

Ke Kantor Pos, saking seringnya, jadi kenal dengan mas-mas petugasnya. Jadi, sebelum berangkat saya kirim WA jenis barang yang akan dipaketkan beserta harganya…agar petugas bisa segera membuat draf Custom Declaration System (CDS). Maklum saat ini mengirim barang ke Jepang harus di cek satu per satu dan berapa harganya, hal ini agar tidak ada barang yang sebetulnya tidak diperkenankan terkirim. Si bungsu mewanti-wanti agar ibu benar-benar membaca peraturannya, karena jika lolos dari negara asal, kemudian terkena imigrasi di Jepang, biayanya lebih mahal, bahkan ada yang sempat mendapat ganjaran hotel prodeo. Orang yang aneh-aneh banyak, petugas pos cerita ada barang yang dibungkus rapih…dan terlewat dari sensor Kantor Pos…syukurlah bisa dicegat di imigrasi bandara…dan coba tebak.. barang yang dikirim adalah burung yang dilindungi. Saya nggak tega membayangkan, burung kecil itu dibungkus dan risikonya bisa mati di tempat tujuan karena kurang udara. Kok tega ya orang yang berniat tidak baik itu.

Sambel pecel merk Enak Eco yang melalang buana sampai Toyohashi

Mengirim jenis barang yang akan dikirim lewat WA atau email juga memudahkan petugas untuk pengecekan, sehingga prosesnya bisa lebih cepat. Bagi saya hal ini lebih aman, karena barang yang dikirim telah melalui proses pemindaian dan pengecekan dan termasuk aman untuk dikirim. Begitu sampai Kantor Pos prosesnya lebih cepat. Petugas Pos melayani dengan ramah dan sopan. Saya kemudian membayar lewat debet atau ditransfer ke rekening Kantor Pos. Saat masih nunggu paket dibungkus dan dirapihkan, notifikasi hp saya sudah berbunyi…ada email dari Kantor Pos tentang CDS bahwa paket siap dikirim.

Contoh Custom Declaration System(CDS) yang dikirim ke email saya

Sebetulnya Kantor Pos melayani antar jemput barang yang akan dikirim. Saya pernah menggunakan jasa antar jemput ini, saat mengirim buku saya yang baru terbit. Petugas bertanya berapa kg beratnya kira-kira barang yang akan dikirim, apakah cukup dijemput menggunakan sepeda motor atau harus mobil. Kemudian saat petugas pos datang di rumah, akan mengecek catatan saya dengan jumlah dan jenis barang yang akan dikirim. Setelah barang diambil dan ditimbang di Kantor Pos, saya mendapat WA, berapa jumlah barang yang harus saya bayar melalui WA, kemudian saya transfer biayanya ke rekening Kantor Pos. Petugas kemudian mengirim CDS melalui email.

Rata-rata pengiriman barang memerlukan waktu 5 hari, biayanya lumayan….namun seimbang dengan kebahagiaan anak mantu dan cucu saat menerima kiriman barang dari kami. Saya pernah mengirim dengan biaya murah, melalui kapal laut, namun barang yang dikirim haruslah barang yang tidak cepat rusak, misalnya buku. Waktunya?…satu bulan….lha ya namanya “Jer basuki mawa beya.”

Dan betapa kagetnya saya kali ini, saat si bungsu dan Bams vidcall….paket udah diterima dalam jangka 3 ( tiga) hari….wahh kemajuan nih. Semoga Kantor Pos tetap bersinar dan sukses, karena keberadaannya masih diperlukan bagi masyarakat.

Satu pemikiran pada “Kantor Pos dan Paket

  1. Aha! Kartu C7 saya dulu punya, buat menguangkan wesel 😇

    Sebelum punya C1 ribet, setiap dapat kiriman uang harus minta tanda tangan dan cap fakultas, sebelum dapat diuangkan di Kantor Pos.
    Paman Tyo, kok saya nggak bisa komen di blogombal ya?

Tinggalkan komentar