Si “hijau” yang selalu ditunggu setiap bulan

Setiap mendekati awal bulan, dia selalu berharap cemas menunggu kiriman wesel dari rumah. Dan sangat bahagia jika sepulang kuliah melihat ada wesel berwarna hijau, menandakan kiriman dari ayahnya yang jauh di kampung telah tiba. Dan tulisan ayahnya yang seperti cakar ayam, sejak ayahnya terserang stroke, tulisan tangannya menjadi jelek, tulisan yang selalu berbunyi…”Kabar rumah baik-baik saja, jaga kesehatan, ayah ibu berdoa untukmu. Ayah” Kalimat yang tak pernah berganti sampai dia lulus kuliah. Sebelum punya C7 (kartu pengenal untuk ambil wesel), dia harus meminta cap dan tanda tangan di bagian administrasi kampusnya, namun sejak punya C7 dia bisa langsung mengambil uang ke kantor pos.

Jika cuaca cerah, dia lebih suka jalan kaki ke arah kantor pos sambil melihat pemandangan sekitar yang rindang. Kantor Pos itu bercat putih kelabu, gedungnya yang kuno dibangun sejak zaman Hindia Belanda. Mas yang biasa jaga di loket akan selalu tersenyum saat melihatnya. “Ambil kiriman uang, mbak?” Dia hanya mengangguk senang, binar-binar muncul di wajahnya. Kadang dia ke kantor pos kalau ada kiriman buku dari ayahnya, atau kiriman makanan, juga baju-baju penghangat. Ibu selalu mengkawatirkannya, karena dia punya kelemahan di perut jika hawa dingin. “Betulkah engkau ingin kuliah disana? Bagaimana nanti kalau kedinginan?” tanya ibunya prihatin. Dia hanya memandang wajah ibu yang teduh, yang mulai banyak dihiasi kerut merut. Dia tahu akan merasa kehilangan jika kuliah jauh, namun hal tersebut harus dilakukan, agar dia bisa mandiri dan nantinya bisa lebih  berhasil dibanding kehidupan orangtuanya. Apalagi kota tempat kuliahnya terkenal sebagai kota peristirahatan yang sejuk, tidak hingar bingar, dan hanya pada saat Sabtu Minggu agak ramai karena banyaknya orang dari kota propinsi tetangganya berwisata ke kotanya.

Biasanya dia akan langsung mampir ke pusat pertokoan, untuk berbelanja keperluan bulanan, pasta gigi dan barang-barang primer lain sebagai anak  kost. Untuk makan dia sudah membayar bulanan, sehingga sisa uang yang tak banyak itu harus dipergunakan dengan hati-hati. Dia berharap segera melalui Sarjana Muda nya, agar bisa ikut membantu proyek dosen, sehingga ada tambahan uang saku. Apalagi adik-adiknya akan segera menyusul kuliah di Perguruan Tinggi.

Gedung Kantor pos sekarang

Dia terbangun oleh renungannya, karena mobil yang dikendarai telah masuk ke halaman Kantor Pos, yang sekarang bercat oranye. Sudah lama dia tak ke kantor pos sendiri, selama ini jika ada perlu ke kantor pos, dia hanya menitip pada teman yang kebetulan ke sana atau pada pembantu di rumah tempat dia kost. Rasanya lama sekali tak ke kantor pos, setelah bekerja gajinya langsung masuk rekening di Bank dan nanti tinggal diambil melalui ATM sesuai kebutuhannya. “Kapan aku terakhir ke Kantor Pos?”, renungnya. Surat menyuratpun sekarang bisa dilakukan melalui email. Masih teringat dibenaknya, setiap pulang kuliah, matanya melirik ke atas meja di dekat dapur, adakah surat untukku? Dan betapa bahagianya jika mendapat surat dari kampung. Ayah tak rajin menulis surat, hanya menulis kalimat yang sama setiap kali mengirim wesel. Ibu lebih suka mendongeng, sehingga surat dari ibu terasa menyenangkan, karena ibu akan bercerita tentang ayamnya yang diberi nama “Nurnaningsih” telah bertelor dan kemudian beranak. Dia tersenyum sendiri, ingat Nurnaningsih suka mengaca jika ada yang lupa menutup pintu rumah. Dengan ekor yang bergoyang-goyang, Nur akan berdiri di depan kaca, sampai ada orang yang melihatnya. “Hush..hush…keluar…“kata adik atau ibunya. Dan Nur pun bergoyang pelan dan keluar melalui pintu rumah. Nur adalah ayam yang diberikan oleh neneknya, yang kemudian dipelihara dan beranak pinak. Nur akan selalu menengok jika dipanggil namanya. Kembali dia tersenyum sambil membaca surat ibunya, yang menceritakan kelucuan Nur.

Sekarang dia jarang sekali mengunjungi Kantor Pos. Kantor pos yang cukup besar dapat digunakan untuk melegalisir surat menyurat, seperti KTP, surat nikah dan surat lain-lain. Jadi  tak harus datang ke kelurahan tempat KTP tadi dikeluarkan, namun bisa meminta cap legalisasi di foto kopi KTP dan menunjukkan KTP yang asli, di kantor Pos yang cukup besar. Jika dia dulu ke kantor pos untuk mencairkan wesel, sekarang ke kantor pos untuk mengirim paket untuk anak-anaknya, walau lebih sering si mbak yang disuruhnya ke kantor pos.

27 pemikiran pada “Si “hijau” yang selalu ditunggu setiap bulan

  1. (maaf) izin mengamankan PERTAMA dulu. Boleh kan?!
    Sekarang emang kita lebih jarang menggunakan jasa pos. Tapi di daerah pedesaan, relatif lebih ramai keknya. Karna di kantor pos tersedia loket pembayaran kebutuhan mulai listrik, pdam, pajak, kredit motor, telepon.

    Kantor pos saat ini memang tak selalu dikaitkan dengan pengiriman surat, ada banyak jasa lain yang dilakukan oleh kantor pos.

  2. AtA chan

    ..
    Seumur-umur belum pernah saya dapat wesel buk..
    🙂
    ..
    Sampai sekarang sih masih sering ke kantor pos..
    Bukan untuk kirim surat tapi makan bakso di depan kantor pos..
    He..he..
    🙂
    ..

    Berarti ada bakso yang enak depan kantor pos ya. Lebih enak mana dibanding bakso yang dekat stasiun Malang itu?

  3. iya nih saya jg sudah lp kapan terakhir ke kantor pos,, dalam hal ini berkirim kabar melalui surat sih Bun 😀

    Suratnya dikirim melalui mana?
    memang sekarang ada Elteha, Tiki dll, yang juga merupakan jasa pengiriman surat dan barang

  4. heheh akhir2 ini saya sering malah ke kntor pos untuk mengirim lamaran kerja heheheh

    berkunjung dan ditunggu kunjungan baliknya makasih 😀

    Dan berharap, ada yang nyantol dari sekian lamaran itu ya

  5. kangen kantor pos…. dulu pas saya sd saya filatelis… jadi demen ma kantor pos…

    gak tau sekarang bapak yang di kantos pos masih ingat gak ya sama nisa ^^

    Mungkin sudah berganti orang….hehehe

  6. Saya udah lama sekali nggak ke kantor pos…
    dulu waktu SMA sering dapat wesel, dan rasanya memang senang sekali…
    Sama Bu, saya juga harus pandai-pandai mengatur uang saku saat itu. Saat teman-teman yang lain bebas jajan di luar asrama, saya memilih untuk nggak ikut jajan… lebih baik unutk jaga-jaga kalau ada keperluan memdadak, supaya saya nggak kehabisan uang hingga harus berhutang. Untunglah karean tak tebiasa jajan, saya nggak perlu berhutang pada teman 🙂

    Iya Nana…kayakna dulu uang ngepas sekali ya
    Dan kenapa kita tenang-tenang aja ya…

  7. sekarang Kantor Pos rame nya ama yg mo bayar cicilan motor, nabung Syar’i, bayar listrik, dll 🙂

    Jadi inget masa lalu, pernah kirim wesel juga 🙂

    Dulu, saya setiap kali juga ke kantor pos untuk kirim wesel….
    Dan sekarangpun masih sesekali, seringnya di kantor pos keliling, untuk beli meterai

  8. kantor pos skrg sudah berubah fungsi, bekerja sama dgn pihak lain utk pembayaran cicilan

    Kantor pos memang harus terus berinovasi agar tidak bangkrut…dan banyak jasa pelayanan yang dilakukan oleh kantor pos, karena umumnya kantor pos berlokasi di tempat yang strategis

  9. wah, kalau sekarang kiriman uang saku lewat rekening bank langsung… kalau di rumah nenek nama sapi nya mbak yayuk….

    Hehehe…jadi mbak Yayk nama seekor sapi ya….?
    Ternyata anak-anak suka memberi nama binatang masing-masing.
    Kirim uang saat ini lebih cepat lewat Bank karena langsung masuk ke rekeningnya

  10. Wsh.. Bunda, aku jadi inget jaman tahun 80 an awal. Pos Wesel itu masih jadi andalan anak2 kuliah yg jauh dari rumah dan berharap menerima si Hijau itu tiap bulannya… 😀

    Tanpa si hijau kita nggak bisa bergerak ya…tak bisa wakuncar juga

  11. Abu Ghalib

    dulu teman2 saya menamakan si hijau dgn sebutan “kertas senyum” karena si penerima pasti akan tersenyum menyambutnya.

    Kertas senyum?
    Ide bagus…

  12. hmm saya rasanya jaraaang banget ke kantor pos. bisa diitung pake jari kali. hahaha.

    O, iya…tak pernah ngekos?
    Anak-anak saya juga jarang ke kantor pos, karena telah ada rekening Bank yang langsung ditransfer

  13. rumah saya cuma 300 meter dari kantor pos. sering saya ke kantor pos di sini bu. pengiriman paket (kadang lebih murah pakai jasa pos drpd jasa delivery) , bayar-bayaran, surat, isi dan ambil uang di ATM nya.
    Tapi untuk kirim EMS masih mahal, minimum 90.000 rupiah sekali kirim
    EM

    Sekarang saya sesekali ke kantor pos (tapi biasanya suruhan mbak)…EMS walau mahal, tetap lebih murah jika dibanding dengan jasa FedEx dan lain-lainnya…bisa separohnya.
    Kalau ATM, saya tetap hanya berani ambil uang dari ATM yang ada di lobi Banknya…hehehe…kuno ya

  14. terkadang aku ingin sekali surat meyurat dengan tuilisan tangan , ingat memory dulu dan sepertinya terasa lebih indah

    Mendapat surat melalui tulisan tangan memang lebih berarti..jangan-jangan tulisan kita makin jelek ya karena tak pernah, atau jarang menulis tangan

  15. Dulu, selama sekolah di pesantren, saya selalu menunggu “si hijau” itu Bu. Luar biasa sekali rasanya menerimanya, apalagi mendapatkan sebait kalimat dari pengirimnya: “belajar yang semangat ya nak”, (jadi terharu deh…)

    Sampai saat ini saya masih rajin ke kantor pos, mengirimkan produk mainan yang saya jual lewat toko online saya…

    Betul Uda..sebait kalimat yang selalu berulang setiap bulan, ditulis pada si hijau itu memang mendorong semangat belajar

  16. masih berguna juga ya bu….
    jadi keinget dulu nunggu surat balasan baik dari pacar maupun dari perusahaan yang dikirimi lamaran pekerjaan

    Iya, sekarang lebih banyak lewat email..lamaran pekerjaan pun lewat email

  17. Dulu zaman Hindia Belanda kalau nggak salah pos jadi satu dengan telepon, telegram dsb. Pos berdiri sendiri sedangkan telepon, telegram dsb. jadi Telkom. Karena telkom adalah produk telekomunikasi yang mengikuti pekembangan zaman jadinya sekarang tetap “eksis” sementara pos giro “terlupakan”.

    Namun begitu kantor pos buat saya masih ada fungsinya yang cukup vital walaupun tidak terlalu sering. Saya kalau beli buku online, saya lebih milih pakai pos. Habis kalau pakai jasa ekspedisi swasta jatuhnya bisa mahal terkadang malah lebih mahal dari bukunya, apalagi kalau belinya cuma satu atau dua…

    Yup…dulu namanya Kantor Pos dan telegraf (betul nggak ya?).
    Kantor pos dulu juga untuk mengirim telegram, minta dijemput di stasiun, karena telepon tak bisa dipasang di setiap rumah, selain biaya mahal, juga harus ada line telepon yang melalui kompleks perumahan tersebut.

  18. Cerita ini mengingatkan saya ketika kuliah dulu, C7 kartu sakti tuk mengambil uang di kantor pos.

    Yup…dulu kayaknya hampir sebagian besar mahasiswa rantau kiriman uang nya melalui wesel, dan mengambilnya pakai C7 ini
    (Pak…susah banget mau komentar di blog bapak….saya gagal dua kali)

  19. saya juga dah lama banget gak pernah ke kantor pos Bu Ratna.
    salam.

    Saya malah terakhir ini suka ke kantor Pos walau kadang tak sendiri…berhubung anak-anak sudah keluar rumah semua.
    Mengirim lewat kantor pos masih paling murah

  20. Selain wesel, yg saya ingat itu tabanas, Bu…
    Dulu tiap senin saya diajak papa dan mama nabung di kantor pos melalui tabanas:)

    Iya…setelah mencairkan wesel, ditabung di Tabanas…hanya bisa diambil dua kali dalam sebulan…dan dapat bunga.
    Sekarang biaya administrasi mahal…karena telah ada ATM, jadi kadang namanya tabungan hanya sekedar untuk punya dana yang sewaktu-waktu mudah dicairkan dan aman

  21. hohoho..bener juga ya bu..
    jarang banget ke kantor pos.. 🙂 seinget saya terakhir itu 2 ato 3 tahun yang lalu. pas bayar pajak, kebtulan banknya lagi rame, jadi diajakin temen ngantri di kantor pos..

    baru tahu kalo di kantor pos bisa legalisir macem-macem.. ternyata bisa ?

    Iya…fungsi Kantor Pos bisa untuk legalisir

  22. saya nggak ngerti wesel bu..tapi sekarang sering kirim paket ke kantor pos lewat EMS

    Wesel itu bentuk formulir untuk mengirim uang….dan bukti pengirimannya langsung disobek…

  23. mbak saya masih sering ke kantor pos…hehehehe beli “money order” klo ngurusin paspor yg harus diperbaharui, trus ngirim cheque klo belanja makanan Indonesia, kirim paket buat ponakan2….hehehehe jadi masih juga akrab sama kantor pos….

    Akhir-akhir ini saya juga “agak akrab” dengan kantor pos untuk mengirim paket dll buat anak-anak

  24. saya kadang2 masih ke kantor pos bu. cuma ngirim buku yang sudah saya kerjakan. kiriman pos juga masih dapat, tapi paling berhubungan dg pekerjaan saja 🙂 kadang kangen juga dapat surat via pos. tapi dg email, kerinduan itu cukup terobati 🙂

    Kadang kangen terima surat tulisan tangan si pengirim…rasanya dulu tak bosen membaca ber ulang-ulang

  25. ibu sedang mengenang masa lalu 🙂
    senang membaca ‘kenangan’ ibu..

    Kenangan masa lalu yang muncul, saat mampir di Kantor Pos Dan Mogot dalam perjalanan ke bandara, setelah mengurus SIM anak saya yang hilang

  26. hehe gak pernah ngekos saya… 😀

    Wah enak dong….ga perlu nunggu harap2 cemas kiriman uang.
    Walau kost anak sekarang lebih mudah karena rata-rata punya tabungan di Bank yang ada ATM nya. Dulu…satu2nya kirim uang via kantor pos….apalagi jika ortu di kampung, yang tak kenal Bank

Tinggalkan komentar