Terpenjara dalam dunia “maya”?

Maya disini bukan dalam arti maya versi KBBI, yang berarti: (1) yang hanya tampaknya saja ada, tetapi nyatanya tidak ada, (2) yang ada hanya di angan-angan. Maya yang saya maksud di sini, adalah dunia yang terhubung melalui internet.

Pada awal tahun 2000 an, saya masih menggunakan disket, kemudian tahun 2001 mulai berubah menjadi flash dish (USB), dan e-mail mulai dikenal secara luas di lingkungan kerja saya. Untuk mendorong para manajernya tidak gagap teknologi, CEO kami yang kebetulan memang suka teknologi, pada tahun 2000 sengaja mengirim email setiap hari kepada para manajer ke atas, dan masing-masing harus menjawab. Sejak itu e-mail menjadi suatu bentuk sarana komunikasi dilingkungan kantor, yang berlanjut sebagai sarana berhubungan dengan teman-teman di luar kantor, dan kemudian membuat milis yang merupakan grup dari orang-orang yang berminat sama, atau merupakan sarana komunikasi dari teman satu angkatan dsb nya. Di kantor, awalnya hanya manajer ke atas yang mendapatkan fasilitas e-mail, namun kemudian semakin berkembang, seorang staf pun mendapatkan alamat e-mail kantor.

Hari Rabu tanggal 9 Juli 2008, Ninok Leksono di Kompas halaman 1 mengupas tentang “E-mail” dan Manusia Super. Ninok mengutip pernyataan Maggie Jackson, pengarang buku “Distracted: The Erosion of Attention and the Coming Dark Age, WST,8/7 sebagai berikut: “Cara hidup kita sekarang ini mengerosi kemampuan untuk konsentrasi yang dalam, lama, dan perspektif, yang merupakan blok pembangun keintiman, kearifan, dan kemajuan kultural.”

Terperangkap dalam rutinitas

Apa yang anda lakukan setiap bangun tidur? Atau pertama kali datang di kantor? Pertama kali orang akan mengecek apakah ada pesan yang masuk lewat sms, kemudian mengecek e-mail yang masuk. Bahkan kemudahan internet, membuat dimanapun kita berada, kita masih bisa berhubungan dengan dunia luar, menyangkut bidang pekerjaan dsb nya. Jika kita mempunyai blog, minimal mengecek berapa orang teman yang mengunjungi tulisan kita, serta kewajiban kita untuk balas berkunjung. Semakin populer sebuah blog, akan semakin banyak waktu yang digunakan untuk blogwalking dan menjawab komentar. Apakah anda sudah pernah berhitung, berapa waktu yang dibutuhkan untuk blogwalking setiap hari, untuk mengecek e-mail, untuk berselancar didunia maya?

Dulu, saat masih menjadi mahasiswa, kewajiban saya adalah menulis surat minimal seminggu sekali kepada orangtua (biar beliau berdua tak kesepian dan senang menerima surat dari anaknya) dan juga pacar, apalagi rumah kami tak mempunyai telepon. Ayah setiap hari menunggu pak pos datang, dan pak pos akan langsung teriak begitu ketemu ayah, walaupun di jalan, memberitahukan bahwa ayah mendapat kiriman surat dari putranya. Masih terbayang di ingatanku, betapa ayah tertawa tergelak-gelak membaca surat dari adik bungsuku, yang menceritakan kejadian lucu saat praktikum biologi di kampusnya. Saat itu hubungan antara pak pos dengan para penerima surat sangat baik, bahkan jika tak terlalu sibuk, pak pos akan mampir, minum teh hangat dan mengobrol dengan ayah. Saya juga diajak berbincang dengan ramah oleh petugas kantor pos, jika akan mengirim surat melalui kantor pos yang dekat rumah.

Hubungan antar manusia masih sangat diperhatikan dan dijaga. Saya ingat awal masuk bekerja, senior menyarankan jika memerlukan sesuatu lebih baik langsung menghadap atasan, jangan melalui telepon, karena kita tidak tahu atasan sedang dalam kondisi seperti apa. Saat ini, mengirim sms pada atasan bukan menjadi hal yang tabu, bahkan pada saat rapat dengan Direksi, para Senior manager sibuk menjawab sms sambil mendengarkan rapat, dan Direksi pun tak keberatan. Pengiriman sms pun tak kenal waktu, saya sering mendapat sms di atas jam 12 malam, dan langsung saya balas setelah mencari informasi yang dibutuhkan bos. Anak saya pernah ijin sakit, namun tetap tak bisa istirahat, karena sms tetap datang, dan mau tak mau dia akhirnya membuka komputer dan mengerjakan tugas sambil bersin-bersin.

Menurut catatan Gordon Crovitz, rata-rata setiap menit pekerja pikiran (knowledge worker) menghentikan aktivitasnya, umumnya karena terganggu oleh e-mail atau dering telepon. Lazimnya diperlukan 30 menit sebelum ia bisa kembali ke pekerjaan semula (Kompas, 9 Juli 2008, hal 15)

Saat ini, dimana internet sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari, pikiran kita dijejali oleh berbagai arus informasi yang harus segera diolah, dan rasanya pengetahuan/ketrampilan kita semakin jauh ketinggalan dibanding banjirnya arus informasi yang masuk. Di satu sisi, hal ini sangat menyenangkan, bayangkan ditengah kesibukan kerja mendapat sms dari anak yang isinya lucu-lucu, atau isinya sekedar minta didoakan karena mau ujian. Saat didepan komputer lagi mengerjakan tugas, tiba-tiba ada panggilan dari YM, anak saya sedang on line…dan terjadilah percakapan antara ibu dan anak yang akrab dan menyenangkan. Entah kenapa, mendengar suara anak, atau komentar anak, membuat semangat untuk hidup lebih baik selalu muncul, dan kelelahan yang ada menjadi hilang,

Apa yang sebaiknya dilakukan?

Banyaknya arus informasi kadang juga bisa menekan perasaan, apalagi dalam situasi akhir-akhir ini, rasanya dimana-mana sedang ada kesulitan. Di satu sisi, membuat kita bersyukur, bahwa kita masih mendapat karunia, walau hidup harus semakin berhemat, tapi tak harus berhutang untuk makan. Ditengah kepungan arus informasi, kita harus memilih, apakah kita akan mengikuti terus dengan risiko waktu kita untuk bersantai menjadi nyaris tidak ada, atau kita memilih ada hari tertentu yang tidak perlu menggantungkan pada informasi tersebut.

Karena seminggu sebelumnya saya terkena flu, yang akhirnya menyebar bergantian menyerang seisi rumah, saya agak mengurangi kesibukan. Kemarin siang, karena lelah di depan komputer, saya mencoba istirahat sebentar, dan tertidur. Kebetulan Hape saya taruh di ruang tengah agar terdengar jika ada sms masuk. Tidur saya nyenyak sekali, bahkan ada sms bunyi dua kali tak terdengar, dan saat bangun ada pesan yang masuk untuk janji ketemu di Chitos. Akhirnya saya menilpon teman, untuk memundurkan janji ketemu pada malamnya. Disini saya merasakan, bahwa sebetulnya kita tak perlu membawa-bawa hape, pada saat di kamar, karena tidur kitapun menjadi terganggu. Karena, kalaupun ada keadaan darurat, akan dihubungi melalui telepon rumah, yang deringannya cukup kencang, dan yang mengangkat bisa siapa saja yang kebetulan sedang tidak istirahat.

Karena pekerjaan saya tidak tetap, saya memang masih membawa hape siap didekat jangkauan tangan saya, karena sewaktu-waktu dapat dihubungi melalui telepon atau sms. Namun pada saat Sabtu Minggu, saya berusaha menikmati kehidupan, setidaknya tak terlalu dibebani oleh masalah bisnis. Cuma karena bulan ini musimnya orang punya hajatan, akhirnya waktunya juga menjadi tersita, memang hidup ini penuh risiko, dan sebagai makhluk sosial, tentunya kita juga harus bisa menjaga hubungan sosial dengan teman, tetangga, lingkungan pekerjaan dan lain-lain.

Iklan

28 pemikiran pada “Terpenjara dalam dunia “maya”?

  1. Shinte Galeshka

    Communication gap, romo saya pernah kotbah tentang sebuah keluarga yang sekalipun ngumpul tapi komunikasinya gak ada. Si ayah di telepon sama koleganya, si ibu sama temen arisan, si anak chatting sama temennya juga. Di ruangan yg sama tanpa komunikasi.
    Cerita lain lagi tentang seorang nenek yang tengah merayakan ultah bersama anak cucunya namun mereka semua asik sendiri dengan perangkat masing-masing.
    Memang harus bijak menyikapi hal ini sih.

    Shinte Galeshka,
    Betul, tapi tetap harus dibuat sistemnya. Kami hanya punya satu televisi (yang satu khusus untuk pembantu, dikamarnya), dan ditempatkan di ruang keluarga, yang menjadi satu dengan ruang makan. Jadi sambil makan, bisa menonton televisi, bisa diskusi dan bahkan mengerjakan tugas lainnya. Awalnya saat pindah kerumah sendiri terasa sumpek, karena rumahnya kecil, tapi ternyata justru kecil, semua dilakukan dalam satu ruang tertentu, sehingga malah terjadi interaksi keluarga yang lebih intensif…

  2. semua hal bisa jadi pisau bersisi dua, seperti juga tehnologi
    saya pikir saya sudah demikian terikat dengan blog, ternyata belum… ini terbukti saat komputer rusak dan tidak bisa mengakses internet, saya tak lantas gemetar dan sakaw ngeblog atau buka email. cukup pinjam komputer sebelah untuk sejenak cek email yg masuk, utamanya email kerjaan
    hape juga begitu… walopun nyala 24 jam tapi kalo lagi istirahat dibuat vibrate aja supaya bisa tetep istirahat dng tenang
    ibarat pisau, tergantung gimana cara pakenya 😀

    Edy,
    Saya juga mulai mencoba seperti itu….kalau tidak hidup kita menjadi begitu rutinnya….hal ini akan mengurangi keakraban hubungan antar manusia

  3. bahkan selama berjalan berdua pun, masih ngajak ngobrol dengan orang lain via sms.
    yang ‘diajak ngobrol’ malah yang bukan di sebelahnya.

    Trian,
    Wahh itu sih parah…pacar bukan?…..hehehe

  4. Mayantara itu perlu ditaklukkan dan kita perdayai, Bu..

    Jadikan sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas hidup dan merayakan hidup..

    Bila kita yang terseret mayantara, wah kita salah qiblat Bu..

    Maka, pelajari, taklukkan, manfaatkan..

    😀

    Mas Kopdang
    ,
    Hahaha…betul itu…mekalukkan diri sendiri itu yang susah…..

  5. wah, lumayan tuh punya bos yang melek teknologi.

    (^_^)v

    hohoho. jadi teringat teman saya. katanya dia tak punya jam kerja. karena tengah malam pun sering ditelepon atau di-sms si bos.

    (^_^)v

    menarik juga menilik dampak kemajuan teknologi (terutama IT) terhadap kehidupan sosial kita. dampak yang negatif terutama.

    (^_^)v

    yah, jadi teringat juga sama teman saya, bu. teman saya yang satu itu punya hp, namun serasa tak punya. kemana-mana hp-nya ditinggal di rumah. ga dibawa. jadinya kalau ada hal-hal penting ia susah sekali dihubungi. mencarinya jadi seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami di malam hari saat tanggal 2 penanggalan komari pas terkena pemadaman listrik bergilir dari pln. hoho. //kepanjangan, lebay//

    (^_^)v

    Farijs van Java,
    Gara-gara bos nya melek teknologi, masing-masing staf punya komputer yang bagus ….tapi tuntutan juga makin berat. Dan karena internet 24 jam, banyak yang suka nglembur, yang jadi Manajer juga enak, karena jadi lebih mudah mengarahkan pekerjaan….nggak teng go langsung bubar….

  6. Ping-balik: Evolusi Teknologi Dirasakan Semua Rakyat Indonesia? « Tukang Ketik 2.0

  7. *tiba-tiba jadi inget film matrix*
    kemajuan teknologi informasi tidak bisa dihambat oleh siapapun. namun efeknya hanya terasa pada mereka yang secara sadar memilih untuk memanfaatkannya. tinggal tujuannya saja yang membedakan aktifitas para pengguna ini. apakah pengguna ini menjadi terjebak? bisa iya bisa tidak. walaupun kita secara sadar memilih untuk memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, kita bisa tetap menjaga diri untuk tidak hanyut di dalamnya. seperti nonton siaran televisi, kita masih punya remote control sebagai filter terakhir bagi kita untuk memilih menonton atau tidak.

    begitu juga internet dan dunia maya. kalau tidak pandai memanfaatkan remote control tadi, kita akan terjebak di dalamnya. bahkan larut, hingga melupakan tugas-tugas yang seharusnya dikerjakan. padahal, disiplin waktu sangat penting kalau kita tak mau terjebak (dalam segala urusan). yang repot memang kalau sudah melupakan sosialisasi terhadap sesama manusia. padahal, internet justru bisa dimanfaatkan untuk memperluas kegiatan kita sebagai makhluk sosial. dan mempererat tali persaudaraan.

    Artja,
    Intinya bagaimana kita dapat memanfaatkan teknologi secara benar dan tak terjebak didalamnya….atau tenggelam dalam arus informasi yang tak ada habisnya…

  8. bahkan dalam hidup sehari-hari saat kita berhadapan dengan orang lain kita tak pernah berada bersamanya, pikiran kita selalu dipenuhi banyak angan yang membuat hati kita entah berada dimana. seperti saat saya ketemu pengemis di lampu merah, angan saya berada dirumah teringat anak2 dan tak mampu melihat dia *pengemis* yang butuh saya, baru nyadar sat lampu sudah hijau.
    padahal sat bertemu anak2 pikiran saya malah ada di kantor mikir kerjaan..
    duh….

    Tomy,
    Waduhh gawat kalau sampai kayak gitu….

  9. Menurut saya… mempertentangkan antara aktivitas di dunia maya dan di dunia nyata (terutama dengan sosialisasi di dunia nyata) kurang tepat. Memang banyak orang yang kuatir bahwa kegiatan seseorang di dunia maya akan berdampak dengan sosialisasi di kehidupan sehari2nya. Hal ini mungkin sama dengan sewaktu pertama kali kemunculan kalkulator yang memperkirakan kemampuan berhitung seseorang akan berkurang dengan timbulnya kalkulator, namun ternyata kekhawatiran tersebut tidak menjadi kenyataan. Dan saya yakin pula kemunculan Internet tidak akan banyak mempengaruhi kehidupan sosial di muka bumi ini secara keseluruhan karena kehidupan bersosial di muka bumi ini tidak semata2 bergantung daripada ada tidaknya Internet atau hp atau teknologi2 lain.

    Kemunculan teknologi memang selalu ada dampak negatifnya selain dampak positifnya. Namun biasanya jikalau dampak negatifnya lebih banyak maka secara “seleksi alam” manusia akan membuang teknologi tersebut, contohnya adalah teknologi nuklir pada beberapa bidang, penggunaan CFC dalam kaleng aerosol, lemari es ataupun AC, dan sebagainya. Sedangkan yang dampak positifnya lebih banyak (seperti internet dan hp ini) nampaknya akan terus dipakai dan akan menjadi bagian dari kehidupan kita di planet ini. Yang penting bagi kita adalah gunakan teknologi tersebut untuk tujuan sepositif mungkin…

    Kang Yari NK,
    Betul, kita sendiri yang harus bisa menyesuaikan. Agar teknologi dapat mendukung kegiatan kita, bukan kita yang malah tergantung pada teknologi….

  10. terjebak atau menikmati?
    sekilas kita memandang kita sudah terjebak dalam dunia maya ini. Namun kita bisa memungkiri kita sangat merindukannya ketika kita tak bersentuhan. Sehingga kita kerap kali sulit membedakan, kita ini terjebak atau menikmatinya….

    Qizink,
    Kayaknya terjebak dan menikmati. Seperti orang jatuh cinta, menikmati pedih perih dan senangnya…..

  11. saya sih sudah terjebak dari lama..

    posting comment…
    klak klik sana sini…
    blogging…
    chatting…
    internet gratis dari kantor…

    nunggu istri di atas motor…
    pake opera mini..
    liat2 rss reader..
    chatting lagi..

    Koko,
    Hahaha…betul juga…..anakku ada juga begitu, namanya sms kok ga henti-henti….tak terbayang kalau punya blackberry….

  12. sebenarnya saya tidak mau menjadikan blog alasan tertundanya pekerjaan lain…
    tapi nyatanya seperti itu… hehehe
    semoga semakin hari semakin bijak dalam menjalani semuanya 😀

    Arul,
    Niatnya mengerjakan tugas, tapi sekaligus buka internet, akhirnya internet nya yang lebih banyak dilihat.
    Sekarang saya kalau menulis di laptop yang tak tersambung ke internet, nanti masukkan flash dish…baru di print, nahh ngeprintnya di kompi yang tersambung ke internet.

  13. saya juga ni bun , susah ninggalin kebiasaan ngeblog

    Realylife,
    Blog memang seperti candu…tapi saya ngeblog hanya kalau ada waktu…..dan sekarang, kalau listrik sedang menyala.

  14. Ya, perangkap dunia maya itu bisa positif bisa negatif, tergantung dari sudut pandang dan manfaat. Untuk yang terakhir tergantung pilihan masing-masing. Pada pilihan tersebutlah kebermaknaan menemukan arti.

    Hemat saya, selama bernilai positif kenapa tidak. Untuk menjaganya diperlukan filter diri. Kita pasti tahulah mana yang baik mana yang buruk.

    So, selamat. Postingan bagus, mBak.

    Pak Ersis,
    Betul pak, hanya kita yang bisa membuat filter nya. Sama seperti menonton televisi, kita bisa memilih acara apa yang bagus untuk ditonton. Untuk ini diperlukan kedisiplinan diri sendiri.

  15. Ping-balik: A Special Gift For Everyone

  16. subkioke

    Di Dunia Maya seribua satu macam kemungkinan bisa terjadi.

    Jadi Milioner bisa dalam satu jam kalo menang main Forex.

    Tapi Satu jam berikutnya bisa menjadi termiskin di Dunia, kalau kalah main Forex.

    Uang Bisa Datang Mengalir Terus Tanpa Henti
    Tapi Uang Kita Bisa Pergi juga Tanpa Henti.

    Di Dunia Maya, kebaikand dan kebathilan bersatu
    Belum ada polisi dan wasitnya. Sehingga korban berjatuhan.

    Tapi juga Perjodohan bisa terjadi antara New York dan Jakarta.

    Surat yang dulunya ke Malaysia butuh waktu 3 minggu, sekarang butuh 3 detik saja.

    jadi efisiensinya = 3 detik dibagi 3 minggu = ribuan kali efisien dan cepat.

    Itulah Dunia Maya Tapi Nyata.

    Bisnis, bisa tanpa ruang, tanpa karyawan, tanpa dan tanpa pintu.

    seperti ini contohnya:

    http://www.sehatdankaya.co.cc

    Subkioke,
    Pekerjaanku banyak terkait dengan sektor riil, jadi saya lebih suka hal-hal yang mengembangkan ekonomi secara riil. Dunia maya saya gunakan untuk menambah pengetahuan, browsing ilmu pengetahuan, sharing experience, serta mendapatan bahan untuk pelatihan.

    Bisnis bagi saya akan menyenangkan kalau memberi kesempatan untuk menyerap tenaga kerja, menghasilkan karya yang produktif…jadi maaf, saya sama sekali tak tertarik adanya bisnis tanpa ruang, tanpa karyawan sejenis option atau MLM atau apa.

  17. Kalau tidak dirasakan mungkin tidak akan timbul perasaan terjebak. Ketergantungan mungkin iya tapi dua hal ini kan berbeda. Jadi mari dinikmati saja. 😀

    Yoga,
    Kenyataannya lebih banyak nikmatnya kok….karena kalau sibuk banget juga ngeblog pun berhenti, seperti anak bungsuku, bahkan untuk baca blog (apalagi untuk buat tulisan baru) tak ada waktu. Saya sendiri produktivitas ngeblog=banyaknya waktu luang……..hehehe
    Atau ngeblog untuk mengurangi stres….

  18. leres sanget, bu enny, teknologi memang bisa memberikan kemudahan bagi umat manusia, tapi kalau salah pakai, bisa repot. meski demikian, kalau masih ada atasan yang meminta bawahan untuk menghadap langsung ketika hanya ingin menyampaikan sekadar kabar atau info, misalnya, rasanya kok jadi aneh, ya, bu. mudah2an saja pola pikir semacam itu sudah berubah. wah, agaknya bener, bu enny, cuaca sedang tdak bersahabat, banyak temena bloger yang mengeluh karena sakit, termasuk saya.

    Pak Sawali
    ,
    Zaman saya awal masuk kerja, situasinya memang seperti itu pak…tentu saja sekarang hal seperti itu tak ada lagi. Cuaca lagi ga enak pak, saya juga mulai pilek lagi….mesti banyak mimun air putih hangat…..kayaknya flu muter terus deh. Hawanya kering kerontang….

  19. terkadang di rumah pun
    saya harus siap dengan data-data pekerjaan

    hp pun harus standby walaupun sedang sakit untuk menerima telepon dan memberikan data yang diperlukan

    apalagi virtual meeting sudah bisa dilakukan
    bisa-bisa nilai bersosialisasi berkurang

    Sigit,
    Memang situasi seperti itu, tapi pada kenyataannya orang Indonesia makhluk sosial, tetap ada keinginan untuk ketemu, sekedar ngopi bareng di sela pekerjaan… atau bahkan sambil kerja, biar suasana berganti.

  20. Beginilah wajah dunia yang dilipat ya, Bu. Kukira kuncinya memang ada pada kitanya yang mesti bijak dalam pengejawantahannya…

    Daniel Mahendra,
    Memang kita yang harus pandai membagi waktu…..

  21. arifrahmanlubis

    terkadang saya (dan beberapa teman) berontak terhadap penjara teknologi atau kenyamanan fasilitas…menuju “gua hira”.. akses teknologi tidak menjangkau lagi.. kalau gak ke gunung, ke situ(danau), pesantren di daerah, atau tempat indah lain di alam..

    tapi sekarang, dengan rutinitas, tidak segampang dulu 😦

    ibu sering begitu ga bersama keluarga? 🙂

    Arifrahmanlubis,
    Saya sama anak-anak senang bermain, bahkan dirumahpun bisa berkumpul, beradu guling, bantal, ketawa-ketawa dsb nya. Kalau jalan-jalan, sering duduk dipojok cafe melihat orang berlalu lalang…atau sekedar duduk di teras rumah, menghirup angin segar dari tanaman yang bergoyang. Banyak kok yang bisa dinikmati tanpa harus mengeluarkan uang banyak.

    Bahkan anakku dan teman-temannya (+/_ 15 orang), akhir Minggu ini mau ke Bandung, baksos ke panti asuhan, dan semuanya tidur dirumahku. Saya hanya menyediakan kasur dan tempat, mereka akan rame-rame memasak, pagi-pagi belanja ke pasar tradisional naik angkot.

  22. Makanya kalo mo tidur, hape selalu saya silent. Biar tetep bisa istirahat berkualitas tanpa interupsi. Kalo liburan sedang tidak ingin diganggu kerjaan ya tinggal hape yang berurusan kerjaan dimatikan atau ditinggal di rumah. Toh masi ada hape laen yang nomernya hanya diketahui orang-orang terdekat. Tapi memang, kalo lama-lama ga ketemu internet rasanya kayak terasing dari peradaban hehehe…

    Emyou,
    Iya, orang sekarang punya hape banyak…ada untuk keluarga, untuk kerjaan, untuk hal-hal lain.
    Yang penting bagaimana kita bisa menyiasatinya.

  23. Saya tidak bisa membayangkan, dengan produktivitas posting yang demikian tinggi, merespon semua komentar di blog yang demikian banyak, masih juga balas berkunjung ke blog-blog orang lain, bagaimana Mbak Enny mengatur waktu? Berapa lama dalam satu hari dihabiskan di depan komputer?

    Saya sedang mencoba untuk ‘mengalahkan’ jerat pesona blog, sebatas sebagai pengisi waktu luang saja. Karena kalau dituruti, apa yang menarik dan ingin dibaca dari berselancar di blog tidak ada batasnya. Lalu kapan membaca buku, mempelajari sesuatu secara intensif, menjalin hubungan langsung dengan orang-orang di sekitar kita, dan mengerjakan hal-hal lain yang juga menarik? Dulu sebelum kenal blog, hidup juga oke-oke saja tuh?

    Saya suka kesal kalau sedang bersama orang lain, dia/mereka sibuk dengan hp-nya sendiri, sms nggak ada henti. Jika ada kesempatan, saya akan pergi dari samping orang yang sibuk dengan orang lain itu …

    Tutinonka,
    Pekerjaanku sekarang kan tidak dari jam 7.30 s/d 17.00 wib seperti dulu, yang harus sampai tengah malam baru pulang, kadang terpaksa tidur di kantor, Sabtu Minggu pun dipanggil ke kantor…..sekarang banyak melalui email, setelah diskusi lewat email, baru ketemu…merumuskan…dan jalan.
    Lebih santai tapi harus mendisiplinkan diri….jadi ditengah-tengah kejenuhan tak punya ide, saya baca blog, menulis posting (ada yang serius perlu waktu > 1 hari, ada yang 10 menit jadi)….

    Jadi kalau lagi produktif menulis, mungkin karena saya lagi “in the mood”, sudah banyak ide yang ditulis di laptop saat transit, menunggu teman, atau kapan aja…terus tinggal memindahkan ke kompi. Kalau lama nggak nulis, artinya kurang sehat, atau kesibukannya tak berkaitan dengan komputer, tapi mengajar di luar kota atau lagi rapat melulu.

  24. tini

    bisa ala biasa ya bu……..
    memang teknologi cepat berubah.
    dulu email hanya untuk orang2 tertentu saja..

    namun jaman berubah bu… ganti atasan saya diharuskan buka email setiap pagi begitu komputer nyala, hp harus 24 jam on, wah ….kadang lagi ada acara keluarga telepon terus lho bu….kadang kalau libur saya matikan hpnya deh. nah senin paginya dipanggil……
    ya…. resiko ya bu.

    …… tapi tetap kita sikapi secara profesional.

    Tini,
    Betul….tergantung bagaimana kita menyikapinya…kemudahan bisa menjadi hambatan atau malah meningkatkan produktivitas.

  25. Jadi ingat tukang pos… Dulu saya senang sekali menunggu surat-surat yang datang. Tapi sekarang sudah sangat jarang. Kartu lebaran pun sepertinya sudah dianggap ‘jadul’. Pak pos datang ke rumah hanya untuk mengantarkan tagihan kartu kredit. Berita-berita dari sanak-kerabat dan handai-taulan cukup dikirim lewat sms, e-mail atau chatting langsung. Jangan-jangan di masa depan jalanan akan sepi. Karena semua orang beraktivitas dari dalam rumah. Belanja online, masuk kantor pun online saja…

    Ratna
    ,
    Bahkan tagihan kartu kredit pun saya sudah dikirimi lewat email…..
    Tapi pada dasarnya manusia Indonesia senang bersosialisasi…terbukti betapa banyaknya acara kopdar yang digagas para blogger.

  26. ya memang, karena manusia mahluk sosial jadi harus bisa juga membagi waktu buat tetap memantain hubungan baik dengan orang orang dalam kehidupan kita..

    rasanya sekarang waktu jadi benda mahal!

    apalagi kalau prioritasnya salah… ah… saya juga masih belajar buat mengaturnya dengan benar saat ini…

    Natazya,
    Iya betul…harus pandai mengatur waktu, agar keluarga tetap mendapat perhatian, kita sendiri juga tetap bisa mengembangkan pengetahuan.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s