Cipetevaganza

Ternyata selama ini kami tinggal di daerah yang masih banyak masyarakat Betawinya. Ini terlihat saat untuk pertama kalinya, di daerah jalan Cipete Raya di tutup selama dua hari pada tanggal 26 dan 27 Juli 2008, digunakan sebagai area “Festival Djakarta Tempo Doeloe” yang menyajikan antara lain beraneka ragam makanan Betawi. Sebenarnya posting tulisan ini sangat terlambat, namun karena belum satu bulan acara tersebut diadakan, saya pikir tak ada salahnya menulis acara tersebut, tentunya dari sudut pandang saya pribadi.

Inilah pertama kalinya diadakan Festival makanan dan kerajinan Jakarta Tempo Doeloe, didaerah Cipete Raya, karena selama ini yang dikenal adalah Festival Kemang, yang letaknya hanya berjarak sekitar 3 (tiga) km dari jalan Cipete Raya. Dan kali ini adalah untuk pertama kalinya diadakan, padahal saya tinggal di daerah dekat jalan Cipete Raya (jalan ini selalu kami lewati setiap kali akan pergi atau keluar dari rumah) sudah 23 tahun sebelum pindah ke daerah Cilandak. Dan konyolnya, saya tahu acara tersebut malah dari tukang pijat yang diundang ke rumah, yang memang langganan teman-teman di kompleks dimana kami sebelumnya bertempat tinggal.

Acara dibuka pada pagi hari Sabtu tanggal 26 Juli 2008 oleh Gubernur DKI. Sayang saat pembukaan ini saya tak bisa melihatnya, karena masih menyelesaikan tugas. Pada malam harinya, saya bersama si sulung mencoba melihat-lihat seperti apa acara Festival tersebut.

Penjual kerak telor
Penjual kerak telor

Festival kerajinan dan jajanan khas Betawi ini memenuhi dua pertiga jalan Cipete Raya, dan makanan khas Betawi yang dijual antara lain: kerak telor, roti buaya, bir pletok, nasi uduk dan lain-lain.

Penjual menjajakan barang dagangan pada tenda-tenda terbuka yang memenuhi sepanjang dua pertiga ruas jalan Cipete Raya. Restoran yang berada di sepanjang jalan juga ikut berpartisipasi, antara lain “Dapur Sunda”, bahkan di sebelahnya diadakan panggung terbuka. Tak kalah meramaikan adalah delman yang dihias rumbai-rumbai khas hiasan Betawi, juga adanya ondel-ondel yang dipasang pada pintu masuk jalan Cipete Raya dari arah jalan Fatmawati.

Pengunjung banyak sekali, rata-rata keluarga besar keluar semua, sampai berjubel. Anak saya tertarik pada kaos yang bisa didesain sesuai dengan gambar pesanan pembeli.

Juga ada tukang jualan obat, serta pertunjukan gambang kromong yang banyak diminati penonton.

Sayang saya tak bisa lama, karena mendadak keringat dingin keluar (penyakit lama, yang tak tahan jika melihat sekumpulan orang banyak), untungnya saya ingat ada rumah teman yang dekat jalan Cipete Raya, karena kalau mau ke arah kompleks (rumah yang pernah kami tempati selama 23 tahun) masih terlalu jauh. Akhirnya saya beristirahat di rumah teman, dan anak sulungku meneruskan melihat Festival Djakarta Tempo Doeloe.

Apa yang dapat saya simpulkan?

  1. Festival ini ternyata cukup banyak menyedot pengunjung, bahkan banyak orang asing yang melihat-lihat dan menikmati acara ini.
  2. Promosi perlu dilakukan jauh sebelumnya, sehingga akan lebih banyak peserta yang ikut dalam festival ini, sekaligus mengenalkan budaya Betawi bagi anak-anak muda.
  3. Stand yang mengkhususkan pada makanan Betawi serta pernak pernik hasil kerajinan Betawi perlu diperbanyak. Saat itu saya beberapa kali berkeliling, hanya karena ingin mencari penjual bir pletok dan roti buaya. Roti buaya ini biasanya digunakan sebagai hantaran, saat meminang seorang gadis.

27 pemikiran pada “Cipetevaganza

  1. Wah menarik sekali, apalagi buat pecinta makanan tradisional seprti saya, pasti nyaman makan sambil nonton hiburan. Terimakasih

    Yulism,
    Iya, ternyata menarik, dan orang Betawi benar-benar banyak sekali….

  2. welehweleh™… keknya meriah banget, tuh. tapi iya juga, ya. promosinya keknya kurang, tuh. buktinya, Farijs van Java aja ga tau. //itu mah karena kagak gaul aje. hwehe//

    (^_^)v

    Farijs van Java,
    Masih ada tahun depan….

  3. Ikram:
    Bir pletok itu minuman non-alkohol berwarna coklat dan agak pedas. Agak2 mirip jahe atau bandrek gitu..

    Daniel Mahendra:
    Biasanya, tanggal 31 Agustus itu ada Festival Jalan Jaksa, berkaitan dengan 17 Agustus-an. Biasanya ada kesenian Betawi dan juga ada layar tancap. Tapi kalau kubandingkan dengan Cipetevaganza kemarin, yang di jalan jaksa lebih sepi, mungkin karena bukan daerah padat penduduk.

    Tapi karena Puasa mulai tanggal 1 September, aku tidak tahu apakah 31 Agustus yang akan datang masih ada Festival Jalan Jaksa atau tidak.

  4. Wow, seru juga ya acara Festival Djakarta Tempoe Doeloe-nya. Jadi pengen nyobain Bir Pletok juga nih bunda.. 🙂

    Inos,
    Kayaknya enak…hangat dan pedas…..

  5. arifrahmanlubis

    namanya kenapa bir pletok bunda?

    ada sejarahnya kah?

    Arifrahmanlubis
    ,
    Saya lupa, dulu rasanya pernah baca…mungkin karena panas dan hangat…..jadi rasanya seperti …petok…pletok…(ngarang nih).
    Seperti petasan saat ada penganten Betawi, itu maksudnya untuk memberi tahu bahwa rombongan pengantin prianya datang…bagian barisan belakang agar bersiap…maklum dulu ga ada telepon/hape.

  6. Visit Indonesia Year 2008. Dua minggu lalu juga saya visit Indonesia, sebentar. Sayang ngga tau kalo ada acara gituan. Padahal pas waktu penyelenggaraannya dengan kedatangan saya.

    Iwan Awaludin,
    Wah sayang ya, kita ga sempat ketemu. Tapi acara bapak kayaknya juga padat sekali…

  7. wah saya liat nih beritanya di jaktv. keliatannya memang promosi dr pihak penyelenggara yg kurang soalnya gaungnya ga berasa sm sekali.

    Pimbem,
    Mudah2an menjadi pelajaran yang baik untuk tahun berikutnya….

  8. Belum pernah minum bir pletok…. namanya bir aja tapi nggak beralkohol kayak rootbeer yang cuma pakai nama beer aja, tapi nggak ada alkoholnya.

    Btw, kalau tangkur buaya itu minuman mana ya?? Katanya malah beralkohol…. :mrgreen:

    Yari NK,
    Tangkur buaya….istilah ini saya dengar saat bertugas ke Jayapura setahun yang lalu…banyak dijual di Papua Trade Center (PTC). Dan saya sempat mengunjungi peternakan buaya…..

  9. Kemang Festival lebih rameh Bunda … intinya sih sama, tapi betawinya lebih di cipete memang.

    Ah kerak telor itu saya suka 🙂

    Rindu,
    Betul…festival di Kemang banyak bulenya dan kelas menengah atas…sedang di Cipete, masyarakat Betawinya banyak banget…untuk kelas menengah bawah…sak cindil abang nya keluar semua….

  10. Kalau nggak salah ada minuman khas namanya es goyang ya Bu? Dulu waktu ke festival jajanan Bango, saya penasaran lihat tukang es yang melayani pembelinya sambil menggoyang-goyangkan gerobak esnya, ternyata ya itulah ciri khasnya dan es-nya sendiri gak bikin kita “goyang-goyang” ternyata 🙂

    Yoga,
    wahh saya malah belum pernah minum es goyang…es yang dikenal di Jakarta adalah es doger….

  11. Waktu kecil di Surabaya saya dan adik2 sering minum bir temulawak dan bir kopi (minuman bersoda tradisional). Kalo diingat bir kopi rasanya mirip sama root beer-nya fastfood amerika yg terkenal itu ya (nggak boleh nyebut merek) …

    Oemar Bakrie,
    Saya juga senang minum kopi bir (entah kenapa istilahnya kopi bir ya)….dan kok kayaknya ini hanya dikenal di Jatim, termasuk kampung halamanku?

    Bir temulawak malah ada lagunya…bapak masih ingat?

  12. wah, yang pasti festivalnya menarik kalau mengangkat nilai2 kearifan lokal, Bu Enny. pada era global seperti sekarang, konon banyak orang yang sudah jenuh dg hal2 yang serba modern dan metropolis, dan ingin kembali menyelusuri jejak2 masa silam. semoga festival tersebut bisa memberikan kepuasan tersendiri bagi warga Jakarta yang sudah rindu dg budaya dan tradisi masa lalu.

    Sawali Tuhusetya,
    Betul pak….dan memang semarak….sayapun suka…cuma pusing karena berjubel….

  13. Setahu saya, di pinggiran jakarta memang masih banyak warga betawi aslinya. Kalau di tengah kota kan sudah habis sama lahan perkantoran? 😀

    Donny Reza
    ,
    Betul…..dan mereka suka menjual tanahnya jika akan naik haji….ini yang menyebabkan mereka semakin tergusur ke pinggir..
    Karena sekolah di SD inpres…teman anak-anakku banyak yang asli Betawi.

  14. Wahh… asyik nih bisa bisa nyaksiin festival tradisional kayak gini… tahun kemaren saya ngikutin Ode Kampung di Rumah Dunia Banten… adem banget liat tradisi yang masih bertahan!

    Qizinklaziva
    ,
    Betul….jadi lebih mengenal budaya Betawi

  15. wah kalau pas ke jkt pengin lihat juga bu, kalau tahun depan ada lagi

    Achmad Sholeh,
    Ada beberapa Festival Budaya Betawi di Jakarta, yang dilaksanakan dengan memblokir jalan….yang sudah berjalan Festival di jalan Daksa (umumnya dikunjungi warga negara asing), dan Festival di jalan Kemang. Di Cipete Raya baru kali ini.

  16. Saya ketawa-ketiwi sendiri di depan komputer diingatkan soal lagu bir temulawak itu Bu … pasti Pak Tri Djoko juga masih inget … hehehe

    Oemar Bakrie,
    Masih ingatkah lagunya?
    Kalau tak salah, antara lain…

    Bir temulawak
    Yen dipikir ngurokno awak..
    .dst nya….

  17. HHmmm …
    Cipete … Cipete … ???

    Ini Jalan yang menghubungkan Jalan RS Fatmawati-Blok A di ujung yang satu … sementara ujung yang lain adalah … Pangeran Antasari bukan ya ???

    Nh18,
    Jalan yang menghubungkan depan Mal D’Best di Jalan Fatmawati, dengan pasar Inpres (jika lurus ke Jeruk Purut) di jl. Pangeran Antasari…..

  18. Saya sempat makan kerak telor waktu nonton Jakarta Fair bulan Juni 2008 lalu. Enak dimakan waktu masih hangat. Cuma saya belum tahu, hasil kerajinan tradisional/khas Betawi itu seperti apa ya?
    Di Yogya ada FKY (Festival Kesenian Yogya) dan Sekaten yang diadakan rutin tiap tahun. Sekaten diadakan di Alun-alun, untuk rakyat banyak. Sedangkan FKY diadakan di Benteng Vredeburg (Malioboro), untuk rakyat yang tidak terlalu banyak (maksudnya yang paham dan punya perhatian pada dunia seni …).

    Tutinonka,
    Pertama kali makan kerak telor saat ada acara di mal D’best….dan saking penginnya, saya beli dan di bawa pulang. Ternyata salah, harusnya dimakan saat masih panas. Jadinya ingatanku tentang kerak telor tak begitu baik.
    Hmm saya sendiri juga belum tahu, apa ya yang khas untuk kerajinan Betawi? Mungkin ada yang mau sharing di sini.

  19. narpen

    Mau liat sebenernya, sayang tanggal segitu pas kemaren lagi sibuk2nya -.-

    Kerak telor justru pertama nyoba pas di itb (pas jumatan dan pas ada acara semacam pasar seni -lupa namanya). Iya, emang enakan pas anget2. Klo ga anget ya jadi biasa rasanya. Waktu mo nyoba kerak telor asli rasa jakarta (yg sebelumnya kan kerak telor bandung :D) di PRJ Juni kemaren kok ga ketemu ya?

    Dulu seingetku bir pletok itu dingin, yang hangat itu wedang secang (secang itu yg bikin warnanya jadi coklat kemerahan). Kenapa dibilang bir pletok? Karena dulu buat ngedingininnya dikocok (shaking) bareng es batu, jadi pletok2, gtu..

    Narpen,
    Kenapa baru ada belakangan ini ya? Kalau masih di Cipete pasti lebih asyik lagi…..

    Tapi ga tau jg ya klo salah 😀 Abis itu kan sisa2 pengetahuan tata boga jaman smp -yg dulu ulangan dapet 6 itu, hahaha. Ampe dikhawatirin ama walikelasku.

  20. Ping-balik: THE BEST FROM MY FRIENDS #1 « The Ordinary Trainer writes …

  21. Ping-balik: Festival Budaya Betawi 2010: Cipetevaganza II, 5-6 Juni 2010 «

Tinggalkan komentar