Apakah semua yang instant tidak baik?

Entah semalam rasanya lelah sekali, setelah mengobrol bersama teman-teman yang sudah lama ingin ketemu, apalagi memang cuaca benar-benar tidak bersahabat. Ketiga teman yang lain ingin meneruskan perjalanan ke Pejaten Village (bener nggak sih nama plaza nya?), karena ada satu teman yang baru berulang tahun, dan mendapatkan diskon buku untuk satu kali pembelian jika membelinya saat pas bulan merayakan ulang tahun. Karena saya sudah lelah, kami berpisah jalan di Pejaten Village.

Tak lama kemudian hujan seperti dicurahkan dari langit, syukurlah sudah sampai di rumah. Saya tak mungkin meneruskan pekerjaan dengan membuka komputer yang tersambung ke internet, jadi menghabiskan waktu dengan membaca sambil mendengarkan radio. Sambil merenung, saya mulai berpikir, apa betul ada orang yang sedemikian beruntung tanpa melakukan apapun? Kembali saya merenungkan perjalanan hidup saya, yang rasanya setiap tahapan melalui perjuangan, dan tak ada hasil yang jatuh demikian saja. Dan saya percaya, semua hasil melalui sebuah proses, kerja keras, yang kadang jalannya terjal dan berliku-liku. Juga saya percaya, bahwa kebahagiaan itu harus dibuat, harus diperjuangkan, jadi tak mungkin kita memimpikan kebahagiaan tanpa melakukan suatu apapun.

Entah lagi beruntung, di sela-sela pemutaran lagu, ada pencerahan dari Bapak Gede Prama, yang membuat saya semakin yakin, bahwa tidak ada segala sesuatu yang instant. Sayang saya tak bisa mengikuti kata per kata penjelasan Bapak Gede Prama, tapi inilah ringkasannya:

“Tak ada segala sesuatu yang instant. Instant mengandung risiko. Tak ada hubungan yang instant, karena hubungan yang instant patut dicurigai. Seorang teman yang tiba-tiba datang dan berusaha mengakrabkan diri pada kita, layak mendapatkan suatu kecurigaan, ada maksud apa dibaliknya. Kebahagiaan merupakan rangkaian proses yang panjang untuk mendapatkannya. Sedangkan kejernihan merupakan sahabat kehidupan, untuk meraihnya, memerlukan kerja keras yang panjang”.

Saya menjadi ingat petuah almarhum ibu, bahwa perjalanan kehidupan kita ibarat naik sebuah tangga. Kita harus mulai dari tahap paling bawah, berjuang untuk bisa menaikinya satu per satu, dan setiap tangga kita harus kokoh menyesuaikan diri, agar tak jatuh ke tangga di bawah nya.

Jika direnungkan, apa yang dikatakan oleh bapak Gede Prama benar adanya, saya mengingat kembali perjalanan hidup saya, yang melangkah tangga demi tangga, dengan setiap kali terasa akan jatuh dan tak kuat menerpa angin. Hanya kemauan kuat yang membuat diri kita bisa bertahan.

39 pemikiran pada “Apakah semua yang instant tidak baik?

  1. saya lebih percaya kepada proses daripada hasil yang instan buk. intan tidak bisa ditemukan secara innstan .. hehhe

    Mantan Kyai,
    Yup setuju…..bahkan ibaratnya sampai gulung koming ya agar mendapat hasil yang memuaskan.

  2. Ah, mengena, Bu!
    Saya setuju dengan semua itu, apa yang diraih tidak didapat dalam proses yang instan.

    Darah dan air mata adalah harga yang harus dibayar dari setiap apa yang kita dapat.

    U2, melalui lagu Walk On bilang gini:

    What you’ve got, they can’t steal it, or even feel it…

    Kita pantas untuk mendapatkan apa yang kita hasilkan melalui perjuangan keras! 🙂

    DV
    ,
    Betul…semua melalui proses, tahapan…perjuangan…sebelum mencapai hasil.
    Bahkan kadang melalui berbagai kegagalan, yang bisa menyebabkan frustasi kalau tak kuat mental dan iman

  3. Wah baca ini jadi semangat lagi…mmmhh, jadi memang begitu, thanks for sharing bu 😉

    Si Bulet,
    Sssst….memang biar dibaca ponakanmu itu……tapi kan nggak ngarang, buktinya pak Gede Prama juga mengatakan itu.

  4. Instant itu hanya untuk pemuasan sementara.

    Instant noodle hanya cukup bagi yang benar-benar kelaparan, tapi dalam sejam akan lapar lagi.
    Foto instant juga biasanya tidak tahan lama.

    Jadi kalo memang untuk sementara, instant juga gpp sih…

    EM

    Emiko,
    Betu;…kepuasannya memang berbeda….
    Walau sesekali menikmati juga hal-hal yang instant, seperti kopi instant, mie instant…tapi itu sebatas makanan.
    Hal yang melalui proses, rasa kepuasannya lain, dan bisa menghayati betul prosesnya…

  5. Betul Ibu …
    Semua itu harus ada prosesnya …
    Harus ada effortnya …
    Ada tahapannya …

    Perkara ditengah jalan … ujuk-ujuk ada hasil yang diluar perkiraan kita …

    NH18,
    Yup betul…
    Untuk makanan, kadang sih makan juga makanan instant, tapi hanya sesekali
    Untuk pekerjaan, atau hal lain, kebetulan saya jarang menerima keberuntungan yang jatuh dari langit, semua melalui proses, kadang berliku…tapi jika berhasil, kenikmatannya tiada tara

    Ya … It’s just a bonus

    Salam saya Ibu

  6. Saya berjuang keras untuk kehidupan saya, begitupun Ibu dan orang-orang di sekitar saya yang mencintai saya. Dan, saya menikmatinya… Sesekali ada juga sesuatu yang instan, tapi sesungguhnya itu buah lain dari kerja keras kita. Bukan…bukan instan sama sekali..

    Bu, terimakasih atas apa yang telah Ibu bagi selama ini, hari ini tepat setahun saya ngeblog. Walaupun dengan tertatih-tatih… :mrgreen:

    Suhadinet,
    Saya juga sama pendapatnya dengan bapak..kadang mendapat keberuntungan, tapi kalau kita lihat kebelakang, semua adalah hasil kerja keras.
    Hasil yang diperoleh melalui kerja keras, membuat kita semakin kaya pengalaman, memahami kesulitan orang lain, dan bisa berbagi jika mendapatkan keberuntungan….

  7. Wah topik ini menarik sekali bu. Saya sebenarnya juga sudah mau menulis masalah keinstanan seperti ini tetapi udah keduluan bu edratna. Wakakakak… Nggak apa2 deh.

    Tapi menurut saya, saya punya perbedaan pandangan sedikit. Menurut saya, instan lawannya adalah seksama (atau ada kata yang lebih tepat lagi nggak ya??). Instanpun terkadang juga membutuhkan proses tetapi proses tersebut hanya sebentar dan tidak seksama.

    Menurut saya, hidup adalah proses tarik menarik antara instan dan seksama. Terlalu instan tidaklah baik, sebaliknya terlalu seksama sehingga proses menjadi terlalu bertele-tele dan tidak perlu juga bukan sesuatu yang bijaksana.

    Nah, setiap kasus pada setiap individu masing2 punya kadar yang unik antara instan dan seksama. Kita perlu merencanakan sesuatu dan menjalankan sesuatu dengan sangat teliti namun di sisi lain kita juga berlomba melawan waktu dan para pesaing kita………

    Yari NK,
    Iya kang Yari, instant pun kadarnya berbeda…budaya instant, apa maksudnya? Kadang melalui perdebatan dan pandangan setiap orang bisa berbeda.Yang melalui proses, melalui planning, implementasinya setiap kali di review diharapkan akan memberikan hasil yang lebih baik. Benarkah? Jika orang yang membuat perencanaan, melakukan proses, serta menilai implementasinya telah tepat, adalah juga orang yang kompeten di bidangnya. Dan bukan berarti kalau hasilnya lama (prosesnya lama) lebih baik.
    Tapi yang saya artikan adalah instant, yang merupakan keinginan mendapatkan hasil dengan cepat, tanpa peduli prosesnya…yang kadang melupakan tahapannya, dan ada yang tertinggal, yang bisa menimbulkan potensi risiko di kemudian hari.

  8. mangkum

    “High Risk High Return”, nyambung deh.. Hehehe… Dapet rizki cepat banyak, resikonya hilangnya juga cepat dan banyak…. 😀

    (OOT deh sekalian: Tapi di ekonomi syariah yang lebih dikenal adalah “No Risk No Return”. Kalau ga mau resiko, ga bakalan dapet rizki. Karena dlm bahasa Arab, risk berasal dari kata rizq (rejeki))

    Mangkum,
    Mungkin bukan dapat rejekinya cepat, hilangnya juga cepat ya… terkadang karena merasa mudah mendapatkan rejeki, orang jadi boros. Berbeda jika melalui kerja keras, maka kita akan memperhitungkan pengeluaran kita dengan hati-hati

  9. Beneran ya kemarin ibu kelelahan? Dari rautnya sama sekali tidak terlihat lho, Bu. Malah ibu terlihat yang paling antusias membagi ilmu.

    Jangan2 karena menunggu saya terlalu lama? Saya janji itu yang pertama dan terakhir, Bu. T_T

    Hmm, saya sendiri masih merasa-rasa. Apakah kebahagiaan yang saat ini sedang saya cicip adalah buah perjuangan di masa lalu ataukah murni keberuntungan ya?

    Saya tidak pernah merasa berdarah-darah mendapatkannya. Suami, anak2, karir, relasi, keluarga, sahabat, minat. Semua seperti hadiah yang ditumpahkan begitu saja.

    Mungkin karena saya penikmat hidup. Dan menjalaninya dengan tetap menjaga kejernihan serta kesadaran.

    Sepertinya Yoga dan Mieke yang paling cocok dengan kontemplasi tulisan ini.

    Sanggita,
    Iya, lelah itu baru terasa kalau udah sampai rumah. Kalau ketemu teman, suka menjadi semangat dan lupa.
    Sebetulnya malam itu juga mau meneruskan kerjaan, tapi karena hujan campur petir, jadi malah termenung-menung…dan lelahnya terasa. Kadang perasaan lelah justru muncul kalau lagi bersantai, karena kalau lagi kerja kan ada target harus selesai, betapapun lelahnya harus dilupakan.

    Wahh Sanggita sungguh beruntung, memang ada orang yang mudah mencapai sesuatu, ada juga yang harus melalui kerja keras. Kayaknya saya yang termasuk, mendapatkan sesuatu melalui kerja keras dulu..tapi saya juga bersyukur karena dalam setiap proses mendapatkan sesuatu ini banyak pengalaman yang membuat saya makin memahami dan bisa mensyukuri pencapaian tahapan, betapapun kecilnya hasil yang saya capai.

  10. kalau kita tengok ke belakang, proses untuk meraih sesuatu kerap membahagiakan juga. sesuatu yg instan sering membuat kita lupa bahwa semuanya butuh proses.

    Krismariana,
    Yup…kadang jika kita menengok kebelakang, kita tak percaya bahwa akhirnya kita mencapai apa yang benar-benar kita inginkan. Dan perjuangan pencapaian selama ini menjadi kenangan yang indah.

  11. bener banget bu, segala sesuatu tidak dapat diraih dengan instan. kita saja kalau mau makan mie instan harus beli dulu kan?

    Perjuangan memperoleh sesuatu harus diimbangi dengan usaha dan doa.

    Farhan,
    Betul…kerja keras harus tetap diimbangi dengan doa, karena diujung usaha itu ada nasib yang tak dapat kita hindarkan. Dengan doa ini, kita tak patah semangat jika kerja keras kita rasanya sia-sia…mungkin memang nasib kita belum ke situ…atau harus melalui jalan lain.

  12. maunya serba instan memang gejala ketidaksabaran orang modern. Tapi ‘non-instan’ juga bisa bermasalah…alias lelet..hahaha. Yah..kasuistik tentu. Saya senang kalau bikin KTP/SIM instan (artinya pelayanan yang cepat dan memuaskan toh?) tapi gak senang kalau makan mie instan terus2an dan liat org2 yang mau terkenal dgn cara instan. :)… Salam kenal..lagi blog walking.

    Ajie,
    Tentu yang dimaksud instan disini adalah mencapai sesuatu dengan cepat, tanpa melalui tahapan, dan asal cepat berhasil
    Kalau bikin KTP atau SIM, itu sudah diukur dan ada standar prosedurnya…bahkan di perusahaan, setiap front liner ada ukurannya, berapa waktu yang dibutuhkan paling lama dalam melayani seorang customer. Tentu bukan ini yang dimaksdukan dengan tulisan itu, atau pencerahan dari pak Gede Prama.

  13. Dalam banyak hal “excitement” justru terletak pada perjalanan atau proses-nya, tujuan dan hasil lebih pada konsekuensi logis saja … Bukan begitu ?

    Oemar Bakrie,
    Kalau kita bisa menikmati, sebetulnya sejak mulai membuat perencanaan, perjalanan dalam mencapai proses, dan memperoleh hasil, adalah suatu pengalaman yang seharusnya bisa dinikmati. Dengan menikmati tahapan tersebut, memahami nya, kita akan memperoleh tambahan pembelajaran yang tak terkira besarnya.

  14. ah, tapi ada juga sesuatu yg sangat enak kalo instant.. misalnya mi instant ketika lapar mendera di akhir bulan, hihihihi..

    namun kalo kebanyakan mi instant bisa ndak sehat dan sakit perut.. heheheh..

    *bikin kopi instant*

    Zam,
    Makanan instan pun kalau terus menerus juga tidak baik, dan bisa berpengaruh pada kesehatan

  15. Hhhmmm…Memang sich..belajar darimpara senior itu akan mendapatkan banyak ilmu…

    Begitu juga dengan semangatnya sangat luar biasa…

    Terima kasihg Bunda..

    Saya akan terus berjuang tanpa mengharapkan yang instant…

    Salam hangat Bocahbancar…..

    Bocah bancar,
    Berjuang dan menikmati setiap prosesnya, kesulitannya dan hasilnya….ini akan merupakan pembelajaran yang sangat berguna

  16. Segala yang instan memang berbahaya, tapi kadang kala, kita nggak pernah tahu, took us forever untuk mendapatkan kejadian yang ‘seperti’ instan padahal itu adalah hasil dari perjuangan yang sungguh berat…

    Bingung, Bun, apa maksudku?
    Sama! Aku juga… hehehehe…

    *tapi Indomie itu sumpah enak… Cappucinno Torabika instant juga enak…. dan photobox yang langsung jadi itu menggemaskan sekali… jadi,jadi? Know the consequences aja deh… *

    Lala,
    Makanan instant memang menggoda, tapi jangan terus menerus, karena tak baik bagi kesehatan.
    Tapi soal hasil, yang terkadang instant, padahal hasil perjuangan berat bertahun-tahun….namanya bukan instan La, karena kalau kita berjuang pasti kita merasakan prosesnya kan?

  17. Juga saya percaya, bahwa kebahagiaan itu harus dibuat, harus diperjuangkan, jadi tak mungkin kita memimpikan kebahagiaan tanpa melakukan suatu apapun.

    BU SAYA SUKA SEKALI PENGGALAN INI

    Imoe,
    Saya menulis itu, karena seperti itulah yang saya lakukan. Untuk membuat rumah tangga bahagia, harus ada kemauan keras untuk mencapainya, juga dukungan dari para anggota keluarga, karena kebahagiaan itu juga akan dirasakan oleh seluruh keluarga. Tak ada kebahagiaan yang jatuh dari langit, tapi melalui proses, dan setiap kali harus disesuaikan, apa standar kita tentang bahagia tersebut, karena standar bahagia bagi masing-masing orang berbeda.

  18. Yup…semua butuh proses, yang instant biasanya langsung lenyap. Tapi yang melalui beragam proses, umumnya akan abadi.
    Bayangkan jika kita menempati satu poisisi sebagai bankir, padahal basic saya radio. kalo saya ngambil jalan instant. apa bisa bank yang saya tempati melesat pesat. Nggak mungkin kan?

    Mari bandingkan dengan kerja seseorang yang dimulai dari Nol, setelah melewati ragam proses dan perjuangan bertahun2. Fokuys di karier dan mempertahankan profesinya serta meningkatkan kemampuannya selama bertahun2, Akhirnya sekarang ia tinggal duduk manis bahkan memiliki sebuah perusahaan.

    Jadi yang instant rasanya harus dipikirkan lagi….

    Pakde,
    Yup…sepakat…
    Dalam bidang pekerjaan memang tak ada yang instant, semua melalui proses setahap demi setahap. Walau ada yang karirnya melejit, tapi tetap ada proses pembelajaranannya.

  19. bapak gede prama? waaaah… 106.6 FM, ya bu? muara? hwehe…

    v(^_^)

    mi instan pun tak baik, bu.

    Farijs van Java,
    Ehh saya malah belum pernah mendengarkan radio Muara…..
    Saya suka dengan pak Gede Prama, dari hal sehari-hari….bisa mendapatkan pendalaman seperti itu.

  20. artupasikcir

    saya setuju dengan Bapak Gede Prama,
    karena semuanya membutuhkan waktu yang tepat untuk hadir di saat yang tepat pula..
    proses memang kadang terkesan melelahkan, namun disitulah seni dan kenikmatan nya.. bahkan kadang tanpa sebuah proses dan perjuangan yang amat berat, hasil yang diperoleh terasa begitu hambar..

    Salam kenal, Bu..
    regard.

    Artupasikcir,
    Salam kenal juga, makasih telah berkunjung ke blog ini.
    Proses melelahkan, sekaligus menyenangkan karena kita bisa belajar banyak hal.

  21. instans2 emang gak baik bunda…tp untuk anak kostan sepertiku kalau mo berat2 harus pulang kerumah 😀
    jadi mie intans, susu kotak dan cemilan adalah teman setia 😀

    Ria,
    Ini kan bukan cerita tentang makanan…walau makanan instan pun kalau terus menerus tetap tak baik untuk kesehatan

  22. Treante

    yang instan itu terkadang enak banget!

    liat aja mie instan, bawaannya pengen makan trus 😛

    http://reatheryan.co.cc

    Treante,
    Kalau makanan instant pengaruhnya pada kesejatan…yang dibicarakan di atas sebetulnya tak ada kaitan dengan makanan

  23. saya lebih percaya proses bu. lebih mantap dan biasanya lebih baik. saya juga setuju, yg instan (nggak tahu apa mie dan makanan lain masuk kategori ini) hasilnya tdk baik.

    Zulmasri,
    Betul pak…karena kita ikut mengalami sendiri bagaimana sulitnya mencapai tahap demi tahap, jika ada masalahpun kita ikut terjun langsung membenahi dalam prosesnya….

  24. upik

    Baiknya seh memang melalui proses BUn, karena dnegan proses kita juga bisa belajar dan menjadi lebih dewasa…

    Upik,
    Betul…..rasanya semua memang melalui proses…dan jika kita bisa menikamtai setiap tahapan, hasilnyal ebih menyenangkan

  25. adalah indah ketika kita bisa menikmati setiap etape perjuangan dalam mencapai kesuksesan
    gagal adalah penumbuh semangat bahwa ada yg harus kita perbaiki
    Dan ketika itu kita lakukan, dampaknya ternyata kita jauh lebih baik dan lebih siap untuk mendapatkan yg terbaik 🙂

    Achoey,
    Iya betul…dalam kegagalan itu, kita juga belajar mengapa terjadi kegagalan, berusaha memperbaiki…

  26. hem tergantung bu, mi istant khan enak bun, banyak yang mau, hehehehe
    khabarnya sehat khan bun??

    Realylife,
    Lha kok mie instant…itu kan makanan.
    Dan kalau terusan makan mie instant kan tak baik bagi kesehatan….
    Ceritanya lebih pada pencapaian dalam bidang kerja, kehidupan dll..

    Kabarku baik2 aja…

  27. kebanyakan yang instan tidak abadi. pada kondisi tertentu yang instanpun diperlukan.
    misale telkomnet instan..heheheheh

    Budisan68,
    Kalau telkomnet instant saya tak punya pengalaman, karena internetnya pakai Kabel Vision (First Media) dan Indosat Im2.

  28. Makanya saya nggak suka kopi instan Bu wkkk…
    Tapi benar, pertemanan itu ada prosesnya, kata teman saya, begitu juga dengan mencari jodoh (meski nggak dipungkiri dalam one in a million, ada yang berhasil baik dengan proses yang instan)–proses yang tak instan insha Allah membawa hasil yang terbaik, asalkan mau bersabar. Semoga Ibu dan teman-teman pembaca Edratna berhasil menjalin persahabatan yang tak instan.

    Terima kasih nasehatnya Bu, nasehat yang dulu pernah Ibu berikan, ketika saya makan siang di rumah Ibu. 🙂

    Yoga,
    Kopi instant memang kalah sedap dibanding kopi aroma, misalnya…bener kan?

    Yahh temanpun melalui proses, teman yang bisa bertahan lama karena ada kesamaan minat, budaya, dan saling memahami keperluan orang lain. Saya termasuk orang yang konservatif, tapi kalau udah punya teman, betul2 seperti saudara…dan menjadi teman keluarga juga. Dan teman yang tak terlalu sesuai, biasanya juga tak terlalu akrab, sekedar kenal aja.

  29. Sunnatullah, semuanya tidak instant. Kun fa ya kun pun ada prosesnya, ada waktunya. alam berkembang sejak adanya big bang, dari kecil sampai ke besar, katanya pun milyaran tahun.

    Iwan Awaludin,
    Betul pak, tak ada proses sekali jadi…semua melalui tahapan…

  30. Menarik, Bu. Sesuatu yang ditanam secara instan umumnya memanen hasil yang instan pula. Proses yang membuat sesuatu lebih bermakna. Terkadang malah jauh lebih bermakna ketimbang tujuan itu sendiri. Aku termasuk orang yang percaya pada proses ketimbang terlalu mengagungkan tujuan.

  31. tini

    segala sesuatu yang diinginkan pasti ada proses ya bu dan proses itu merupakan suatu hal yang patut diapresiasi….dan pula harus dievaluasi.

    Tini,
    Yup…betul…

  32. Proses menjadikan diri ini matang sempurna.
    Seperti emas yang ditempa dalam panas bara perapian.
    Hasilnya kilau indah

    Salam kenal ibu… 🙂

    Ekaria27,
    Salam kenal juga..maksih telah berkunjung

  33. Ping-balik: julia perez » situ gintung

Tinggalkan komentar