Bagi setiap jamaah calon Haji, dianjurkan untuk mengikuti manasik, terutama bagi orang yang belum pernah pergi ke sana, seperti kami. Manasik ini diselenggarakan bahkan sebelum kami mendapatkan keputusan berangkat apa tidak, namun kami memantapkan diri untuk mengikuti semua kegiatan Manasik. Manasik ini tidak hanya mempelajari tentang Rukun Haji, namun juga lebih mengenal siapa teman dalam satu rombongan, mengetahui tip-tip perjalanan, barang apa saja yang perlu dibawa, serta permasalahan yang sering atau pernah terjadi.
Kegiatan manasik yang kami ikuti, dilakukan selama 5 (lima) kali pertemuan, sebagai berikut:
- Manasik 1 diadakan hari Minggu, 24 Juli 2011, di STAM, jalan RE Martadinata no.30 Bandung
- Manasik 2 diadakan hari Sabtu, 13 Agustus 2011, di Hotel Mitra, jalan W.R.Supratman no.98 Bandung
- Manasik 3 diadakan hari Sabtu, tanggal 20 Agustus 2011, di Hotel Mitra, Bandung.
- Manasik 4, diadakan hari Sabtu tanggal 30 September 2011-1 Oktober 2011 dengan menginap di Hotel Grand Lembang, Lembang.
- Manasik 5, merupakan evaluasi dan pemantapan, diadakan pada hari Sabtu, 8 Oktober 2011, di hotel Mitra, Bandung.
Kegiatan Manasik antara lain: 1) Bimbingan doa, 2) Shalat dan ibadah selama perjalanan Haji, 3) Problem-problem yang sering terjadi selama perjalanan Haji, 4) Akhlak dalam Haji, Umrah dan Ziarah, 5) Apa dan bagaimana agar bisa menjadi Haji Mabrur, 6) Praktek Sholat dan ibadah-ibadah lain selama Perjalanan Haji, 7) Praktek lapangan Manasik Haji dan Umrah, 8) Ibadah Harta. Pertemuan terakhir adalah untuk evaluasi, dan penjelasan teknis keberangkatan.
Saat manasik dibuka kesempatan untuk bertanya seluas-luasnya, dari pertanyaan paling ringan, sampai yang berat. Dalam manasik juga dijelaskan perbedaan dalam melaksanakan Haji, bahkan juga perbedaan dalam melakukan sholat, sehingga nanti jamaah tidak kaget setelah sampai di sana, karena di Masjid Al Haram (Makkah) dan Masjid Nabawi (Madinah) merupakan pertemuan dari berbagai bangsa, budaya, yang diperkirakan tahun ini mencapai 4 juta orang yang melaksanakan ibadah Haji, serta setiap tahun akan selalu bertambah. Dari semua Rukun Haji, doa yang paling mustajab adalah saat di Padang Arafah, syaratnya adalah: a) Harus yakin, 2) Khusuk….merasakan kehadiran Allah, 3) Dalam berdoa, tahu apa yang kita minta. Kami mengikuti pelaksanaan Haji Tomatsu, yaitu mengerjakan Umrah dulu, kemudian baru melakukan Rukun Haji.
Saat manasik, kami juga diperkenalkan siapa Ustad yang akan membimbing rombongan, juga dokter Arto, yang akan membantu bilamana ada jamaah Haji yang kurang sehat. Dokter Arto yang ramah, didampingi oleh isterinya, yang juga seorang dokter anak. Dokter Arto menjelaskan agar bagi para jamaah calon Haji yang mempunyai penyakit khusus, mohon mengisi form dan mendapat rujukan dari dokter yang merawatnya, untuk memudahkan pemantauan selama perjalanan Haji. Suami termasuk mendapatkan perhatian khusus, apalagi semester 1 tahun 2011 telah dua kali masuk rumah sakit, yang pertama stroke ringan dan yang kedua adalah kena glaucoma pada mata kiri. Walau agak kawatir, saya percaya Allah akan menjaga kami, kalau kami telah mendapat panggilannya sebagai tamu Allah untuk melaksanakan ibadah Haji.
Rombongan kami akan mengenakan pakaian ihram di bandara King Abdul Azis, Jeddah. Sesuai fatwa MUI, bagi jamaah Indonesia yang datang ke Jeddah, boleh memakai pakaian ihram di Jeddah, sekaligus melakukan miqat. Disarankan banyak berdoa selama memakai pakaian ihram, karena doanya sangat mustajab. Ibadah Umrah dan Haji sangat unik, namun yang utama adalah “menjaga hati”.
Pada dasarnya, komponen ibadah Haji ada 3 hal:
- Ibadah yang berasal dari proses tindakan Siti Hajar
- Ibadah yang berasal dari tindakan Nabi Ibrahim
- Ibadah yang berasal dari tindakan Nabi Muhammad.
Siti Hajar adalah isteri Nabi Ibrahim yang berkulit hitam, oleh Allah swt wanita berkulit hitam ini menjadi contoh tauladan bagi seorang ibu. Dilingkungan Masjid Al Haram, hanya Siti Hajar yang dimakamkan di sana, yang merupakan penghormatan terhadap wanita Islam.
Pada manasik ini juga dijelaskan mengapa thawaf dimulai dari Hajar Aswad. Dimulai dengan mengucapkan Bismilah…Allahu Akbar. Menghambakan diri pada Allah swt, serta thawaf dilakukan dalam keadaan suci. Manasik yang lengkap dilakukan di hotel Grand Lembang, selain kami diajarkan berbagai hal tentang masalah Rukun Haji, juga dilakukan praktek Lapangan, bagaimana cara thawaf, Sai, dan melempar jumroh. Sungguh suatu pengalaman yang indah sekali, tanpa pembelajaran ini, kami akan kebingungan saat sampai di Tanah Suci.
(bersambung)
Kalau lihat orang manasik rasanya ingin segera naik haji..
Mohon doanya ya..
Semoga cepat kesampaian…
Saya pernah dengar, Siti Hajar mungkin sama dengan Hagar kalo di kitab.
Oh, didampingi dokter ya Bu? Itu dokternya memang khusus didatangkan dari pemerintah atau dari agensi sih Bu? Enak ya kalo ada dokternya, jadi ga takut klo kenapa2
Saya tak tahu Clara, mungkin Uda Vizon bisa menjawab.
Harus didampingi dokter, ada aturannya, karena cuaca yang berbeda, kegiatan fisik yang penuh, yang sehat di tanah air bisa sakit. Sebaliknya, yang kurang sehat, malah bisa sembuh. Saya bersyukur jamaah di kelompok saya (sekitar 100 orang), ada satu dokter yang bertugas, isterinya juga dokter. Dan jamaahnya juga ada yang berprofesi dokter…jadi semua ada tujuh orang dokter. Alhamdulillah.
begitu pentingnya manasik ya bu, ga kebayang kalo manasik pasti bingung sekali. krn yg diberitahu di manasik tak hanya tata cara haji dan umroh tp hal2 teknis lainnya. salam bu.
Ada cerita, pernah suatu waktu beberapa jamaah pernah naik haji, sehingga memutuskan untuk tidak ikut manasik dan langsung berangkat. Hasilnya? Kacau, karena manasik tak sekedar pemahaman tentang cara ibadah, namun segala hal lainnya, termasuk peraturan baru (di Arab sering berubah-ubah dalam rangka penyempurnaan, maksudnya).
wah, mendengarkan oleh-oleh cerita dari Bu Eni… aku siap mendengar, Bu…
Silahkan Don
Alhamdulillah… 😀
Kemarin Ibu “menghilang” karena akan khusyu’ melaksanakan ibadah haji, ya? Alhamdulillah, Bu. Saya juga kepengen. Semoga dipanggil. 😀
Semoga Farijs segera menyusul ya.
Sharing yang menarik sekaligus bermanfaat bagi pembaca setia blog bu Eni. Salam
Semoga bermanfaat ya mbak…
wah saya jadi mengerti sedikit tidaknya tentang manasik itu….ditunggu lanjutan ceritanya bu…
Manasik perlu sekali…walau pernah naik Haji, namun ini acara untuk menyamakan langkah dan persepsi.
untung aja manasik dulu ya bu, padahal waktu itu belum ada kepastian berangkat,
kalau memang sudah jalannya pasti Allah kasih ya bu
Benar mbak Monda, saat itu memang disarankan ikut manasik sampai selesai, karena sering sekali bisa berangkat karena ada yang batal